Jumat, 21 Agustus 2015

Just… Say Good Morning




Just… Say Good Morning
Tadi pagi ada kejadian yang sangat mengerikan sepanjang berangkat  ke kantor seperti biasa saya naik bis P19 dari Blok M dan turun di depan Hotel Le Meridien. Bagi penumpang tetap bis P19, saya sudah hapal dengan wajah-wajah pencopet yang berkeliaran didalam bis. Rata-rata gerombolan mereka berkisar 3 sampai maksimum 5 orang, gaya mereka biasanya seperti orang yang mau berangkat kerja (pakai hem dan membawa tas sandang atau map). Modus operandi mereka biasanya dilakukan dengan berdiri atau menghalangi penumpang yang hendak turun baik melalui pintu depan ataupun belakang. Sudah berkali-kali saya menyaksikan copet beraksi baik mengambil dompet maupun hp (barang yg paling mudah dicuri), sayangnya saya tidak dapat berbuat apa-apa ...
Dan pagi ini sungguh luar biasa ... sepanjang Blok M menuju ke arah Ratu Plaza
semua baik-baik saja, artinya penumpang yang naik turun adalah penumpang biasa, namun begitu bis berhenti didepan STC (Senayan Trade Center) dekat Ratu Plaza, bis di stop oleh gerombolan orang sejumlah kurang lebih 8 orang, spt biasa mereka bergaya "copet mau kerja", tadinya saya tidak begitu memperhatikan mereka, tapi begitu melihat sebagian besar tangan-tangan mereka bertato saya mulai berhati-hati. Bis terus melaju, kejadian pertama terjadi sewaktu salah satu penumpang laki-laki hendak turun di kolong GKBI, tanpa salah apa-apa laki- laki itu di pukul dan didorong dari dalam bis oleh salah satu pencopet, saya bertanya-tanya ada apa ini ?, saya perhatikan laki-laki yang turun
tadi tampaknya benar-benar seperti karyawan . Tak lama kemudian mulai banyak penumpang yang akan turun di Benhil, disitu mulai terdengar teriak-teriakan penumpang yang kena pukul, rupanya kepala copet dengan beringas mulai memukul penumpang laki-laki, saat itu saya semakin waspada biasanya anggota copet yang lain akan beraksi saat kita lengah Perlahan-lahan dengan disertai beberapa pukulan penumpang laki-laki dapat
keluar dari bis, dan ada seorang perempuan muda yang  sebelum turun sempat berkata "awas tuch gerombolan copet !!" , dan perempuan  itu langsung didorong kepalanya oleh salah satu copet dan diludahi !.
Saat itu penumpang lain sudah mulai panik selain melihat pencopet memukul kesana kemari , kami terjebak diantara 8 orang copet tersebut.  Ketika saya berdiri untuk turun, tiba-tiba kepala copet menuju kearah saya dan tanpa bicara apa-apa seorang bapak yang duduk disebelah saya ditampar, dipukul dan berkali-kali ditonjok perutnya dengan keras dan kasar oleh pencopet itu, sementara bapak itu berteriak-teriak kebingungan dan kesakitan karena dia tidak merasa berbuat salah thd penumpang lain. Untung dia segera sadar dan berdiri, saat itu saya belum bisa keluar dari bis dan berdiri didekat pintu masuk,
Dengan jarak yang sangat dekat bapak tersebut ditendang kuat-kuat oleh copet tadi membuat dia hampir terjatuh dan saya terdorong ke arah Supir bis, saya reflek mencari
pegangan agar tidak jatuh dan kesempatan itu dipakai oleh penumpang  lain untuk segera turun dari bis begitu juga saya (saya terus berdoa mohon perlindunganNya) .
suara pagi ini adalah suara pembuka dari email seseorang. Jakarta memang kota yang sudah menggeliat dengan kekejamannya. Mereka yang hidup di Jakarta terpaksa harus bermain dengan alur kapitalis untuk hidup. Apa itu sila ke empat pancasila? Seakan menguap bersama dengan  terbangnya hati kebersamaan yang dibangun oleh para pendahulu kita. Konsep moral yang dulu dibangun tidak akan terlihat lagi djakarta raya......
hidup adalah perjuanagan, perjuanagan adalah pilihan, pilihan adalah perut.kekosongan perut adalah kekuatan untuk mencarinya. Apa kabar Jakarta? Jakarta dengan kemewahan dan kemiskinan yang berjalan tanpa dosa beriringan. Antara Harley Davidson dan Ojek yang kepayahan membayar cicilannya. Apakah Jakarta sudah menjadi kekuatan anarkhis? Entahlah......


Tadi pagi ada kejadian yang sangat mengerikan sepanjang berangkat  ke kantor seperti biasa saya naik bis P19 dari Blok M dan turun di depan Hotel Le Meridien. Bagi penumpang tetap bis P19, saya sudah hapal dengan wajah-wajah pencopet yang berkeliaran didalam bis. Rata-rata gerombolan mereka berkisar 3 sampai maksimum 5 orang, gaya mereka biasanya seperti orang yang mau berangkat kerja (pakai hem dan membawa tas sandang atau map). Modus operandi mereka biasanya dilakukan dengan berdiri atau menghalangi penumpang yang hendak turun baik melalui pintu depan ataupun belakang. Sudah berkali-kali saya menyaksikan copet beraksi baik mengambil dompet maupun hp (barang yg paling mudah dicuri), sayangnya saya tidak dapat berbuat apa-apa ...
Dan pagi ini sungguh luar biasa ... sepanjang Blok M menuju ke arah Ratu Plaza
semua baik-baik saja, artinya penumpang yang naik turun adalah penumpang biasa, namun begitu bis berhenti didepan STC (Senayan Trade Center) dekat Ratu Plaza, bis di stop oleh gerombolan orang sejumlah kurang lebih 8 orang, spt biasa mereka bergaya "copet mau kerja", tadinya saya tidak begitu memperhatikan mereka, tapi begitu melihat sebagian besar tangan-tangan mereka bertato saya mulai berhati-hati. Bis terus melaju, kejadian pertama terjadi sewaktu salah satu penumpang laki-laki hendak turun di kolong GKBI, tanpa salah apa-apa laki- laki itu di pukul dan didorong dari dalam bis oleh salah satu pencopet, saya bertanya-tanya ada apa ini ?, saya perhatikan laki-laki yang turun
tadi tampaknya benar-benar seperti karyawan . Tak lama kemudian mulai banyak penumpang yang akan turun di Benhil, disitu mulai terdengar teriak-teriakan penumpang yang kena pukul, rupanya kepala copet dengan beringas mulai memukul penumpang laki-laki, saat itu saya semakin waspada biasanya anggota copet yang lain akan beraksi saat kita lengah Perlahan-lahan dengan disertai beberapa pukulan penumpang laki-laki dapat
keluar dari bis, dan ada seorang perempuan muda yang  sebelum turun sempat berkata "awas tuch gerombolan copet !!" , dan perempuan  itu langsung didorong kepalanya oleh salah satu copet dan diludahi !.
Saat itu penumpang lain sudah mulai panik selain melihat pencopet memukul kesana kemari , kami terjebak diantara 8 orang copet tersebut.  Ketika saya berdiri untuk turun, tiba-tiba kepala copet menuju kearah saya dan tanpa bicara apa-apa seorang bapak yang duduk disebelah saya ditampar, dipukul dan berkali-kali ditonjok perutnya dengan keras dan kasar oleh pencopet itu, sementara bapak itu berteriak-teriak kebingungan dan kesakitan karena dia tidak merasa berbuat salah thd penumpang lain. Untung dia segera sadar dan berdiri, saat itu saya belum bisa keluar dari bis dan berdiri didekat pintu masuk,
Dengan jarak yang sangat dekat bapak tersebut ditendang kuat-kuat oleh copet tadi membuat dia hampir terjatuh dan saya terdorong ke arah Supir bis, saya reflek mencari
pegangan agar tidak jatuh dan kesempatan itu dipakai oleh penumpang  lain untuk segera turun dari bis begitu juga saya (saya terus berdoa mohon perlindunganNya) .
suara pagi ini adalah suara pembuka dari email seseorang. Jakarta memang kota yang sudah menggeliat dengan kekejamannya. Mereka yang hidup di Jakarta terpaksa harus bermain dengan alur kapitalis untuk hidup. Apa itu sila ke empat pancasila? Seakan menguap bersama dengan  terbangnya hati kebersamaan yang dibangun oleh para pendahulu kita. Konsep moral yang dulu dibangun tidak akan terlihat lagi djakarta raya......
hidup adalah perjuanagan, perjuanagan adalah pilihan, pilihan adalah perut.kekosongan perut adalah kekuatan untuk mencarinya. Apa kabar Jakarta? Jakarta dengan kemewahan dan kemiskinan yang berjalan tanpa dosa beriringan. Antara Harley Davidson dan Ojek yang kepayahan membayar cicilannya. Apakah Jakarta sudah menjadi kekuatan anarkhis? Entahlah......

Tidak ada komentar: