Senin, 05 Maret 2018

Kata Kata Ki Bagus Perihal Kriteria Kepemimpinan



Kata Kata Ki Bagus Perihal Kriteria Kepemimpinan

“Djandji tidak boleh disalahi terutama oleh para pemimpin, karena namanja akan luntur hilang kehormatan dirinja, dan pemimpinja tak akan dihargai orang. Djanganlah boros dengan djandji dan kesanggupan, djanganlah berdjanji kalau tidak jakin dapat menetapi. Menjalahi djandji adalah dosa besar dan menetapi djandji adalah satu kewadjiban.”
“Buat masyarakat Islam penting sekali perhubungan antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, yang diusulkan pasal 4 ayat (2) ditambah dengan kata-kata :”yang beragama Islam.”  Jika Presiden Orang Islam, maka perintah-perintah berbau Islam , dan akan besar pengaruhnya.“ (Safroedin Bahar dkk, 1995, Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia,)
Dalam Achlaq Pemimpin, Ki bagus Hadikusumo memberikan delapan (8) kriteria seorang pemimpin.
Pertama, seorang pemimpin haruslah memiliki sifat istiqomah. Istiqomah menurut beliau berarti lurus, teguh dan bersungguh-sungguh. Lurus maksudnya tidak miring dan tidak berbelok. Teguh berarti sikap tak berubah pendirian. Dan bersungguh-sungguh berarti yakin dan setia. Ki Bagus menegaskan,
„Dalam i’tiqod (kepertjajaan), pembitjaraan dan tindakan dengan pendirian jang teguh serta bersedia membela kebenaran itu dengan setia.“ Beliau kemudian mengutip surat Hud ayat 112 dan As-Syura ayat 15. (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin, Pustaka Rahaju, Jogjakarta)
“Orang jang tidak bertawakkal kepada Allah hati dan keteguhan, mendjadi penakut dan senantiasa merasa kuatir ragu. Kalaupun ia berani, maka keberaniannja itu tidak teguh dan lekas berubah mendjadi ketakutan dan ketjemasan.” (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)
Poin kedua syarat pemimpin adalah Tawakkal. Ki Bagus menekankan pentingnya tawakkal bagi seorang pemimpin.
“Orang jang sengadja beramal kebaikan membela agama dan kebenaran sangat sering digoda oleh sjaitan – iblis (jang selalu menampakkan dirinja berupa kesenangan dunia), sehingga ia merasa takut dan kuatir berkurang penghasilanja, mundur perusahaannja, atau susut hartabendanja; atau kehilangan pangkat dan djabatannja, atau kuatir tak mendapat rezeki. Ketahuilah, disini orang harus mempunja tawakkal itu untuk mengalahkan godaan sjaitan tersebut diatas.” (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)
Poin ketiga, Ki bagus menyebutkan “Selpkoreksi (self-correction-pen) serta tidak menjari-tjari kesalahan dan tjela orang lain. “ Sambil menyitir Surat AlHajr ayat 18, Ki Bagus menyebutkan pentingnya bermuhasabah.  Karena yang paling berbahaya adalah hawa nafsu yang bersembunyi dalam diri manusia.
Poin keempat adalah adil dan jujur menjadi syarat seorang pemimpin.
‘”Maka djudjur ialah keadilan watak dan kelakuan, dan adil ialah kedjudjuran hukum dan peraturan” (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)
Poin kelima adalah tawadlu dan tidak takabur kriteria pemimpin. Ki Bagus menyebutkan Surat Luqman ayat 18 sebagai peringatan Allah untuk tidak berlaku angkuh dan sombong. Sifat sombong dan ujub menurut Ki Bagus menghilangkan kehati-hatian dan kewaspadaan. Inilah yang menjadi pangkal kekalahan dan kejatuhan. (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)
Poin ke enam adalah Pemimpin harus memegang teguh janji. Ki Bagus berseru,
“Djandji tidak boleh disalahi terutama oleh para pemimpin, karena namanja akan luntur hilang kehormatan dirinja, dan pemimpinja tak akan dihargai orang. Djanganlah boros dengan djandji dan kesanggupan, djanganlah berdjanji kalau tidak jakin dapat menetapi. Menjalahi djandji adalah dosa besar dan menetapi djandji adalah satu kewadjiban.” (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)
Poin ketujuh adalah sabar dan halim. Sabar bukan hanya menerima kekecewaan dengan tenang, tetapi juga lebih luas, yaitu;
“Tahan dan kuat batinja, teliti, tenang dan berani. Bersabar ialah menahan kemarahan hawanafsu dan menahan keinginan nafsu jang djahat, sehingga nafsu itu dapat dikendalikan dan diatur dengan teliti dan utama“ (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)
Sifat halim menurut Ki Bagus adalah lembut hati dan peramah, tidak lekas marah dan pemaaf. Sifat seperti ini akan menarik hati, perhatian dan kecintaan pengikutnya dan masyarakat.
Poin terakhir adalah hidup sederhana sebagai sifat seorang pemimpin. Pemimpin harus menghindari sifat kikir dan boros. Menariknya, Djarnawi Hadikusumo, tokoh Muhammadiyah yang juga putra dari Ki Bagus Hadikusumo, diberikan nasehat mendalam bagi oleh Ki Bagus diakhir hayat beliau. Ki bagus berpesan,
“Kalau engkau hendak mentjari pemimpin sedjati ichlas lahir-batin, perhatikanlah terlebih dahulu dapur rumahnja dan tjara hidupnja sebelum memperhatikan dia dari segi-segi lainnja. Djika engkau lihat dapurnya penuh santapan jang enak-enak dan tjara hidupnja mewah, hentikan penjelidikanmu karena sudah terang dia bukan pemimpin sedjati. Sebab seorang pemimpin sedjati tidak mungkin suka hidup mewah. Bahkan pemimpin jang mengatakan bahwa kemegahan dan kemewahan itu perlu untuk medjaga standing bangsa dan negara kita dimata dunia internasional : tetapi perkataan itu njatanja alasan jang dibuat-buat, sebab dirumah tangganja jang terpisah dari dunia internasional, namun mereka suka mewah dan megah djuga. Djarang orang jang berani hidup melarat ketika ada kesempatan baginja mendjadi kaja baik setjara halal atau tidak halal, jang berani hanjalah pemimpin-pemimpin sedjati dan muchlis serta orang2 jang saleh, karena mereka sedia rela melepaskan keduniaan itu asal dapat bekerdja dan berdjoang untuk keselamatan dan kebahagiaan umat”
Ki Bagus melanjutkan, “Tidak kurang pemimpin jang dahulu disebut muchlis, tetapi setelah terbuka kesempatan untuk mewah maka diambilnja kesempatan itu dan mereka terus djuga mendjadi pemimpin; tetapi keichlasanja itu telah hilang, apalagi djika kesempatan itu tidak halal. Ketahuilah bahwa ukuran pemimpin tidak ditentukan oleh lamanja dia berdjoang, tetapi oleh keichlasan dan kebidjaksanaannja serta keberaniannja memikul tanggung djawab.“ (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)

Sumber :
https://www.kiblat.net/2015/11/06/idealisme-dan-keikhlasan-ki-bagus-hadikusumo/alang)

Tidak ada komentar: