Rabu, 17 September 2008

Seorang Ayah dengan Anak Gadisnya

Seorang Ayah dengan Anak Gadisnya
Ayah tercinta...
Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik, setelah bertemu dia...ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto2 dan piercing yang melekat di tubuhnya, juga dengan motor bututnya serta rambut gondrongnya.
Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua (aku pikir jaman sekarang 42 tahun tidaklah terlalu tua). Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini.
Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkannya bersama.
Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh.
Aku tahu dia juga punya cewek lain tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.
Ayah..jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku.
Salam sayang untuk kalian semua.
Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.Masih dengan perasaan terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu...

ps: ayah ... tidak ada satupun dari yang aku tulis di atas itu benar, aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yg lebih mengerikan daripada nilai rapotku yg buruk. Kalau ayah sudah menandatangani rapotku di atas meja, panggil aku ya... Aku tidak ke mana2 saat ini aku ada di tetangga sebelah.

Kisah ini terjadi disuatu pagi yang cerah,...mungkin tidak begitu cerah untuk seorang ayah yang sangat sibuk, yang kebetulan memeriksa kamar putri-nya...Dia mendapati kamar itu sudah rapi, dengan selembar amplop bertuliskan "untuk ayah" di atas kasurnya... Perlahan dia mulai membuka surat itu......hahahaha aku sampai berlinang airmata saking tertawa membaca surat begitu. Aku mulai membayangkan kejadian itu seminal terjadi pada diriku, sebagai sebuah implementasi protes kepadaku karena terlanda kesibukanku dikantor. Sudah pasti aku akan terkejut dan benar-benatrshock pas membaca pada beberapa bait awal, bisa jadi aku Belem tentu menyelesaikan tukisan, keburu pingsan, atau panik. Sentilan yang cerdas. Untuk anak berumur enambelas tahun, tullisan itu membuatku menjadi berpikir kedepan dan menjelajah ke alam dimana aku menjadi orang tua dari anak gadis berumur 16 tahun.
Seorang anak gadis yang sedang tumbuh-tumbuhnya, dengan koordinasi yang terserap bebas dari luar. Masalah seks pun Madang anak kita menjadi lebih tahu dari kita. Satu klik dari Internet bisa menjelaskan segala hal. Siapa sangka kita akan lebih tahu definisi domestic partner dalam friendster daripada orang tua kita. Orang tua kita pasti akan bingung apabila kita bilang tentang domestic partner. Ituah contohnya.
Kita akan dibilang kuno apabila kita kebingungan mengoperasikan windows vista dan MS 2007.nah lo. Padahal kita dulu bilang kuno dengan orang tua kita yang bingung cara menyalakan komputer. Kita akan diketawakan dengan anak kita apabila kita bingung apa iti e book.
Ayah dan anak gadisnya merupakan pertalian yang erat. Ayahku dan saudaraku yang perempuan memang erat, yang mampu ”ngebilangin” ayah , ya ...adik ku perempuan itu.ibuku saja susah banget untuk menasehati ayahku. Aku mungkin bisa jadi akan begitu kali ya? Anak gadisku yang akan mengomeli aku jikalau aku sudah kebanyakan kolesterol, ataum tensi darahku sudah tidak normal lagi.
Tapi tahu gak, ayahku sering menggendong adikku yang perempuan dikala kita masih kecil, jangan coba-coba bikin nangis adikku, wuah berabe. Tapi yang terlihat sekarang adalah beberapa karakter ayah yang ingin berdiri diatas diri sendiri begitu melekat pada adikku, ibuku yang dekat dengan ayahnya menjadi seseorang ibu yang pantang menyerah, darah itu menjadi mengental karena hubungan emosional. Aku mungkin ketika anaku masih kecil, akan bermain-main dengan hal yang bagus, siap tahu hasil yang main-main ini menjadi begitu tajam kelak baginya, amin
Seorang wanita muda menceritakan bahwa ketika dia masih kecil, ayahnya, Seorang seniman, sering kali sibuk dengan kuda-kuda, campuran minyak dan melukis di atas kanvasnya yang besar sementara dia duduk di lantai dekatnya sambil bekerja sekeras ayahnya dengan krayon serta buku gambarnya sendiri. Seringkali, sang ayah meletakkan kuasnya, kemudian merentangkan tangan dan memangkunya. Setelah itu sang ayah melingkarkan jari-jari mungil anaknya pada salah satu kuasnya, dan menuntunnya dengan tangannya yang besar dan kuat. Dengan begitu lembutnya, dia membimbing tangan anaknya yang menggenggam kuas dan mencelupkannya ke dalam palet serta mencampur warna merah coklat terang dengan kuning kecoklatan, dan kemudian menggoreskan cat basah yang mengkilap tersebut pada kanvas yang ada di depan mereka. Gadis kecil itu memandang dengan penuh keheranan saat mereka, bersama-sama, sedang membuat sesuatu yang indah. Sang ayah tidak tahu bahwa dia telah memberikan anaknya keahlian yang memberi kepuasan yang luar biasa bagi hidup anak tersebut. Hari ini, Joni Tada – seorang cacat ganda karena kecelakaan ketika menyelam saat remaja - masih tetap melukis, namun kali ini dengan kuas pada mulutnya. Sebagian besar pendapatannya disalurkan bagi pelayanan untuk membantu orang lain. Belas kasihnya, juga merupakan pantulan dari belas kasih yang ditunjukkan kepadanya oleh seorang ayah yang penuh kasih dan kelembutan.
Warisan terbaik yang dapat ditinggalkan seorang ayah kepada anaknya adalah teladan yang baik. Seperti yang sudah sudah, tauladan orang tua memang membekas dalam, apakah menjadi baik ataukanh menjadi tidak baik.

Tidak ada komentar: