Analisis
Alimin (1947)
Kitab ini
disiarkan dengan melalui Bagian sensor AGIT-PROP CC. PARTAI KOMUNIS INDONESIA.
Yogyakarta,
April 1947
I. Penerangan
Saya diminta
oleh kawan-kawan dalam Partai menulis satu brosur untuk menjawab soal–soal yang
langsung bersangkutan dengan Partai kami.
Kawan-kawan
kami memandang perlu sekali adanya jawaban dan penerangan tegas untuk mencegah
lanjutnya kekeruhan, kebingungan, dan pertikaian dalam Partai. Saya kira
pemandangan kawan-kawan itu betul, oleh karena mereka mengetahui betul keadaan
umum dan khususnya keadaan politik di Indonesia.
Saya sebagai
orang baru hanya datang meninjau. Saya harus belajar lagi untuk menambah
pengalaman.
Setelah
kembali di tanah air, barulah mengetahui betapakah kerusakannya Partai selama
kami tinggalkan semenjak 22 tahun yang lampau.
Dalam 20
tahun Partai kami telah menderita beberapa rintangan dan perpecahan. Partai
kami dirusak oleh pihak reaksi, oleh kawan-kawan kami sendiri – kawan-kawan
kami yang masih terjangkit oleh penyakit “kiri” – penyakit kanak-kanak dan
dirusak pula oleh kawan-kawan yang tidak lurus hati. Mereka menggunakan Partai
sebagai adpertensi, sebagai reklame untuk menutup rahasia-rahasianya.Ada juga
kawan-kawan kami yang membesar-besarkan dan mengaku sebagai anggota terpenting
dari internasional dan berkuasa atas pimpinan sebagian dari pergerakan
revolusioner di Pasifik. Orang ini sangat melebih-lebihi. Perbuatan semacam ini
sangat merugikan Partai. Orang-orang itu tidak setia pada Partai dan mereka
tidak memperdulikan nasib Partai, sebaliknya mereka merusak nama Partai.
Pendeknya
Partai terlantar !
Meskipun
begitu dengan bantuan kawan-kawan yang pulang dari buangan, yang baik, yang
jujur hati, dan yang mencintai Partai; maka kami bersama-sama membangunkan
hidupnya Partai kami.
Partai mulai
hidup dalam waktu 6 – 8 bulan ini. Partai maju dan kualitasnya tambah baik
daripada yang sudah-sudah. Dengan bantuan pemuda baru dan kawan-kawan yang
telah mendapat banyak pengalaman di Eropa dan di Australia, maka sekarang
Partai mendapat banyak tenaga yang baik. Partai mulai menuju ke arah teori,
teori Marxisme dan Leninisme. Partai mewajibkan pada seluruh anggotanya
supaya mereka banyak belajar tentang ilmu revolusi dan perjuangan kaum sekerja.
Juga Partai mulai giat membaca banyak buku. Harus dikemukakan bahwa
pemuda-pemuda kami yang memegang pimpinan Partai bekerja rajin, mempelajari
Riwayatnya Partai Dunia, Partai Komunis (Bolsewik) di negeri Persatuan Soviet
di bawah pimpinan Stalin.
Inilah
tanda-tanda yang sehat.
Inilah
kewajiban Partai Komunis.
Partai
Komunis ialah Partai kasta Buruh dan kasta Tani – ialah Avangard kasta
Proletar.
Jadi supaya
Partai Komunis sungguh-sungguh menjadi Partai – Avangard perlulah Partai diberi
senjata teori revolusioner – teori dan wet-wet revolusi. Apabila tidak begitu
Partai akan tinggal impoten, Partai tidak bisa memberi pinjaman pada perjuangan
Proletar.
Inilah kata
Lenin dalam bukunya: “Selangkah maju, dua langkah mundur”, memperingatkan pada
anasir yang ragu-ragu, yang mondar-mandir, yang tidak tetap.
Cukuplah
dengan keterangan bahwa Partai Komunis ialah bentuk Organisasi yang tertinggi
dalam organisasi kasta Proletar.
Berhubung
dengan permintaan kawan-kawan dalam Partai, maka kami akan memberi penerangan
dan jawaban kepada omongan-omongan dan tulisan-tulisan yang dihambur-hamburkan
dalam “Thesis” dan surat-surat sebaran.
Penulis,
II. Revolusi
di Indonesia.
ANALISIS.
Kepada
kawan-kawan revolusioner, kami mengemukakan sebuah pemandangan tentang revolusi
nasional di Indonesia. Kami mengharap pemandangan pendek ini kiranya menjadi
suatu bahan yang berguna bagi penyelidik-penyelidik revolusi – tentang
kemungkinan-kemungkinan, kemenangan dan kesukaran-kesukarannya revolusi di
tanah jajahan atau revolusi-revolusi di dunia seumumnya.
Ada beberapa
hal yang berhubungan dengan riwayat Revolusi Indonesia. Maka itu pertama kali
harus diketahui bagian yang penting dan bagian yang historis, agar supaya orang
bisa mengetahui kekuatan dan kelemahannya revolusi, dan dengan jalan begitu
orang mendapat paham yang jelas tentang duduknya revolusi ini.
Revolusi
Indonesia mempunyai watak sendiri, watak yang berlainan daripada watak
yang menurut hukum-hukum (wet-wet) revolusi pada umumnya. Kekuatan revolusi
nasional mulai dari 8 Maret 1942 yang didahului oleh intervensi militer Jepang
di Indonesia itu adalah datang dari luar.
Ada beberapa
hal dan keadaan internasional yang menetapkan kemenangannya revolusi di
Indonesia. Kemenangan revolusi itu telah mematahkan salah satu mata-rantai
imperialisme di lautan Pasifik. Dengan kekuatan dari luar dan kekuatan dari
dalam, maka dapatlah revolusi Indonesia menggugurkan kekuasaan borjuis nasional
(raja, regen, dan lain-lain perkakas negara) dan selanjutnya dengan mudah
membasmi pula restan-restan dan kekuatan borjuis asing (Belanda dan kaki
tangannya).
Sebab yang pertama
:
Revolusi
Indonesia mulai di tengah-tengah peperangan dunia yang kedua, yaitu peperangan
mati-matian antara kaum imperialis sendiri (Amerika, Inggris, Perancis,
Belanda) versus fasis-imperialis (Jerman, Itali, Jepang). Dalam peperangan
dunia yang kedua, negeri Persatuan Soviet terpaksa membela diri dari ancaman
fasisme. Dalam peperangan anti-fasisme negeri Persatuan Soviet mengambil bagian
yang terbesar dan menderita korban yang terbanyak. Negeri Persatuan Soviet
telah melembekkan dan menggugurkan sebagian besar dari kekuatan raksasa fasis
dan nazisme.
Adalah
kekuatan negeri Persatuan Soviet yang menjadi tenaga pendorong dan yang
mempercepat pecahnya revolusi di tanah-tanah jajahan.
Jadi,
peperangan antara kaum imperialis sendiri dan peperangan anti-fasis itu adalah
berarti besar sekali bagi negeri-negeri jajahan dan negeri-negeri setengah-jajahan.
Keadaan yang semacam ini telah memberi keuntungan kepada negeri-negeri
tersebut. Negeri-negeri itu mendapat kesempatan menggunakan kekalutan dan
pertentangan yang sangat tajam di antara dan di dalam kalangan imperialis
sendiri, dan bersamaan dengan itu maka negeri-negeri jajahan dapatlah
mengorganisir kekuatannya sendiri.
Sebab yang kedua:
Revolusi
Indonesia pada fase yang kedua telah meningkat menjadi tinggi – setelah Jepang
menyerahkan diri di hadapan imperialisme Amerika. Imperialisme Jepang menghadapi
imperialisme Amerika boleh diumpamakan seperti tikus kecil menghadapi Sang
Singa atau seperti David menghadapi Goliath.
Jepang
kalah.
Kekalahan
Jepang itu membawa beberapa akibat yang merugikan dan yang sesungguhnya tidak
dikehendaki oleh Amerika atau oleh imperialisme Inggris sendiri. Kekalahan
Jepang itu menimbulkan beberapa perubahan yang besar.
Revolusi di
seluruh Pasifik jadi lebih meluap.
Sebab yang ketiga:
Pada masa
tengah-tengahnya peperangan dunia yang kedua, imperialisme itu umumnya telah
menjadi lemah. Terutama imperialisme Belanda yang telah menderita beberapa
krisis di ibu negerinya sendiri dan yang telah kehilangan alat dan
syarat-syarat yang perlu untuk merebut kembali sebagian dari tanah jajahannya.
Nyatalah bahwa kekuatan imperialisme Belanda setelah habis peperangan jauh
kurang daripada kekuatan imperialisme Perancis untuk merebut kembali semua atau
sebagian dari jajahannya di Vietnam.
Sebab yang keempat:
Kemenangan
Revolusi nasional di Indonesia terjadi pada penghabisan peperangan imperialis
di Pasifik. Dunia umum telah jemu dengan adanya peperangan. Kaum kerja di
seluruh dunia mengharap datangnya damai selekas-lekasnya. Maka menurut
logikanya dari beberapa soal, maka kaum kerja di seluruh dunia menyetujui
adanya perubahan, perubahan yang membawa damai di seluruh dunia. Tidak saja di
Barat akan tetapi juga di Timur manusia itu umumnya setuju pada kemerdekaannya
bangsa-bangsa di tanah jajahan. Maka Revolusi nasional di Indonesia telah
mendapat banyak sokongan dan simpati dari kaum kerja di Barat dan di Timur.
Yang
terpenting ialah:
Di Indonesia
telah terdapat beberapa Partai yang berpengalaman dan militan dan Partai-partai
itu mendapat sokongan yang masal, sokongan yang banyak.
Revolusi
nasional di Indonesia telah dengan mudah mengatasi beberapa reaksi dan
kesukaran, oleh karena bantuan kaum tani miskin dan bantuan petty
proletariat yang kedua-duanya itu sangat haus kepada perubahan nasib, haus
mendapat tanah, haus pada damai, serta haus pula pada peraturan-peraturan yang
adil. Revolusi nasional di Indonesia telah dengan mudah mengatasi beberapa
reaksi, pandai menindas kontra-revolusi di dalam negeri dan menolak
kontra-revolusi dari luar dengan bantuannya pemuda tani dan pemuda kaum kerja
yang giat dan patriotis mempertahankan revolusi nasional.
Selain
daripada itu orang harus mengerti dan senantiasa memperhatikan keadaan-keadaan
di luar dan keadaan-keadaan di dalam negeri dan orang harus mengakui pula
adanya bagian yang negatif pada revolusi nasional di Indonesia. Bagian yang
negatif itu telah terang pada kita sekalian, bahwa revolusi nasional di
Indonesia adalah terpencil, terpisah atau ge-isolir, terpisah oleh samudera,
tercerai dari bantuannya tetangga kita, tetangga kita yang juga memperjuangkan
revolusi di benua Pasifik. Kalau negeri kita ini letaknya ada di benua, maka
negeri-negeri tetangga kita itu dapat memberi bantuan dan sebaliknya kita pun
bisa memberi sokongan langsung padanya.
Revolusi
nasional di Indonesia telah memberi banyak pelajaran dan pengalaman pada
lain-lain tanah jajahan yang masih menanti bagiannya menjalankan revolusi.
Jadi
bersama-sama dengan adanya kejadian-kejadian dari luar dan kejadian dari dalam,
maka kita dapat menimbang, bahwa sebab-sebab tersebut di atas itu adalah
memudahkan berhasilnya revolusi nasional di Indonesia.
Sebagai
analisis yang lebih luas, orang harus mencoba menarik garis yang tegas dan
memperbandingkan revolusi nasional kita dengan revolusi nasional lainnya, di
Vietnam, di Birma, atau lebih jauh lagi, dengan revolusi-revolusi di India dan
di Tiongkok.
III.
“Thesis”.
Ada “Thesis”
baru. Dalam “Thesis” itu Tan Malaka menulis beberapa soal rempah-rempah.
Sebagian besar dari tulisan itu tidak aktual lagi. Soal-soal yang dikemukakan
kami anggap sudah terlalu tua, sudah basi, dan sebagian lagi hanya fragmenten,
“Cuttings” dari buku-buku yang tidak berguna lagi untuk menjadi bahan atau
material guna membikin orientasi keadaan baru.
Di dunia
telah penuh dengan bahan atau material baru sebelum dan sesudah perang dunia
yang kedua. Meskipun begitu dari material baru itu toh sudah tidak digunakan
lagi. Perubahan ekonomi dan perubahan politik dunia berjalan cepat hingga
tiap-tiap 3 – 5 bulan sekali meminta pembaharuan orientasi dan pemandangan yang
luas.
Kaum kerja
perlu mendapat pemandangan yang aktual, yang langsung dan yang kongkrit
mengenai politiknya sendiri.
Kami
berpendapat bahwa kewajiban kaum kerja pada masa yang akan datang ialah
mempelajari politik empat negeri besar, terutama politik dan ekonomi Amerika
dan Soviet Rusia.
Sehabis
perang dunia kedua, Amerika timbul menjadi diktator groot Finans kapital
dan Soviet Rusia timbul menjadi negeri sosialis yang lebih kuat dan yang
mendapat kemenangan dan banyak pengalaman dalam politik, dalam ekonomi dan
dalam militer.
Orang harus
mempelajari dua aliran besar ini sedalam-sedalamnya. Dalam abad yang ke XX ini,
adalah hanya dua sistem sosial saja, sistem Sosialisme dan sistem Kapitalisme.
Di sana-sini
penulis “Thesis” mencoba menerangkan arti Sosialisme. Ia mengatakan Sosialisme
itu dibentuk oleh Marx dan Engels kira-kira 100 tahun yang lampau. Keterangan
ini tidak tepat. Robert Owen adalah orang yang mula-mula mencoba mempraktikkan
Sosialisme di Irlandia dan kemudian di Amerika. Pada masa itu Robert Owen belum
mempunyai teori tinggi tentang Sosialisme. Jadi Sosialisme Owen ialah
Sosialisme Utopi. Marx dan Engels tidak membentuk Sosialisme, akan tetapi
mereka mempelajari dan meninggikan teori masyarakat Sosialis. Jadi ada dua
corak Sosialisme. Satu Sosialisme Utopi dan yang lain “Scientific Sosialism”
atau Sosialisme yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Marx dan Engels mempelajari
Sosialisme sedalam-dalamnya. Mereka memeriksa, mereka menguji dan mereka
mengritik semua ekonomi borjuis, tetapi juga memeriksa lagi bukunya sendiri
sehingga berhasil menulis sebuah buku “Critique of Political Economy”. Begitu
juga mereka memeriksa lagi Sosialisme sedalam-dalamnya dan hasilnya ialah
“Scientific Sosialism” – Sosialisme yang berdasarkan ilmu pengetahuan. Dalam “Thesis”
orang itu hanya menerangkan sistem Sosialisme dan sistem Kapitalisme yang
bertentangan, dan buntutnya kapitalisme katanya ialah imperialisme. Bagaimana
jalannya pertentangan dua macam sistem itu? Dan bagaimana serta kapan
kapitalisme itu berbuntut?
Kita kira
perlu diterangkan sifatnya pertentangan dua sistem itu. Sistem Sosialisme dan
sistem Kapitalismeitu terus-menerus tentang-menentang dan tidak saja
pertentangan yang terus-menerus, akan tetapi sebaliknya pada puncaknya krisis
kapitalisme, kapitalisme itu sendiri akan memperkosa diri sendiri untuk
melahirkan Sosialisme atau lebih terang lagi Sosialisme itu lahir dari
kandungan kapitalisme sendiri. Jadi, Sosialisme itu dilahirkan dari
kandungan kapitalisme – ia lahir dipaksa oleh tenaga pendorong atau aksi
revolusioner dari kaum kerja. Jadi bukan pertentangan terus-menerus antara dua
sistem itu – bukan proses yang terus-menerus, tetapi proses terus-menerus
menjadi tinggi dan puncak atau krisis prosesnya itu melahirkan Sosialisme.
Jadi seperti
yang telah kami terangkan di atas, Sosialisme itu ialah suatu sistem Sosial
yang dilahirkan oleh aksi revolusioner dari kaum kerja dan kawan-kawan
seperjuangannya. Jadi Sosialisme itu lahir dari kandungan masyarakatkapitalis
dengan syarat tenaga pendorong – aksi yang aktif dan aksi yang revolusioner.
Menurut Historis Materialisme, peralihan dari satu masyarakat ke lain
masyarakat – peralihan ke tingkat yang lebih tinggi – umpamanya masyarakat
perbudakan menjadi masyarakat feodal dan dari kandungan masyarakat feodal itu
lahirlah masyarakat kapitalis. Perpindahan atau peralihan dari satu masyarakat
ke masyarakat lain itu tidak terjadi dengan jalan damai atau aman, tetapi
dengan jalan pertentangan dan perjuangan – dengan jalan perlawanan mati-matian.
Tan Malaka
menerangkan bahwa masyarakat Sosialis itu ialah masyarakat yang tidak
berkasta-kasta. Itu tidak hanya begitu saja.
Sosialisme
ialah sistem sosial dari suatu masyarakat di mana orang bebas dari tindasan
orang lain. Jadi Sosialisme ialah suatu masyarakat di mana penduduknya
terhindar dari segala macam penindasan.
Dalam
masyarakat Sosialis alat-alat pembikinan barang dikuasai oleh segenap kaum
kerja dan sebaliknya dalam masyarakat kapitalis alat-alat itu dimiliki hanya
oleh segenggam orang saja.
Sistem
kapitalisme tumbuh menjadi tinggi dan puncaknya ialah imperialisme. Jadi,
imperialisme bukan buntut tetapi sebaliknya imperialisme ialah puncak yang
tertinggi atau ujung daripada kapitalisme. Dan bersama-sama dengan timbulnya
imperialisme timbullah revolusi proletar. Jadi, imperialisme ialah tingkat
kapitalisme yang tertinggi – tingkat yang penghabisan, tingkat yang melahirkan
corak revolusi yang tertinggi yaitu revolusi proletar.
Di dalam
masyarakat Sosialis seperti yang telah ternyata ada di Soviet Rusia itu,
tiap-tiap orang diwajibkan bekerja menurut kecakapannya dan tiap-tiap orang
diberi bahan keperluan hidup menurut hasil pekerjaannya. Ini adalah permulaan
daripada Komunisme. Dalam masyarakat Komunis, tiap-tiap orang bekerja menurut
kecakapannya dan mendapat bahan-bahan keperluan hidup menurut kebutuhannya. Di
dalam masyarakat Sosialis dan masyarakat Komunis berlaku satu hukum yang
menetapkan: “Siapa bekerja, dapat makan” – “Siapa tidak bekerja, tidak makan” –
Pada kaca
yang pertama dari “Thesis” dalam “Kata Pengantar”, penulisnya mengemukakan
dirinya sebagai “Seorang Nahkoda yang berpengalaman cukup”. Ia mengambil
Columbus sebagai contoh “Columbus akan berbalik setengah pelayaran setelah
menemui mara bahaya kalau ia cuma bergantung kepada teorinya ahli bumi Toscanelli
saja”.
Dalam
“Thesis”nya orang menganjurkan semangat “adventurer”, mencoba-coba sesuatu yang
mengandung bahaya maut pun mesti dilakukan. Ia menghargai semangat “adventure”
sebagai syarat untuk mencoba-coba sesuatu perbuatan yang berbahaya. Jadi,
dengan semangat “adventurous” ia ingin merebut kekuasaan. Jadi, untuk melakukan
“putsch” yang berbahaya – dengan tidak pakai perhitungan, – “by chance”, orang
harus bertindak dengan berani dan disertai dengan semangat “adventure”. Inilah
suatu illusi yang digambar-gambarkan oleh seorang yang “berpengalaman cukup”.
Columbus
bukan “adventurer” dan tidak bersemangat “adventure”. Ia adalah seorang outdekkingsreiziger
yang berilmu cukup tentang teori ilmu bumi. Ia yakin bahwa Amerika ada, dan
memang ada. Adanya Amerika itu telah dibuktikan oleh “telornya Columbus”
sendiri: Ia tidak mencoba-coba menuju ke benua Amerika dengan semangat
“adventure”. Ia faham dan yakin pada dirinya akan kebenaran yang dipelajarinya.
Jadi,
perbandingan antara Columbus dan Tan Malaka ada berlainan sekali. Lebih tepat
kalau penulis “Thesis” mengumpamakan dirinya sebagai Don Quichotte – the errand
knight – yang melalui sepanjang jalan dengan fantasi dan semangat “adventurer”.
Don Quichotte dengan gagah berani melawan windmolen (kincir-angin). Ia merebut
roda angin. Ia jatuh pingsan dan untuk “maut” pun ia akan berbuat. Ia menjadi
lebih nekat lagi! Perbuatan Don Quichotte itu ialah perbuatan “adventurer” atau
“avonturier”, ialah aliran yang sangat berbahaya. Seorang yang bersemangat
“avontuurlijk” adalah sangat berbahaya kalau ia diberi kewajiban menjalankan
pergerakan politik. Di dalam kalangan revolusioner tidak ada tempat bagi
“politici” yang berwatak “adventure”. Bagi kaum revolusioner adalah satu
penghinaan besar apabila ia atau mereka mendapat kritikan atau celaan sebagai
“politieke avonturier”. Kaum revolusioner di Barat mengkritik dan menghina
habis-habisan kepada orang-orang yang beraliran “avonturisme” dan
“opportunisme”. Memang banyak sekali terhadap aliran “avonturisme”, dalam
kalangan pemimpin-pemimpin petty-borjuis dan pseudo-revolusioner.
Orang-orang
yang akan merebut kekuasaan karena dorongan keinginan “avonturisme” – ingin
mendapat gelaran dan pujian – boleh kami samakan dengan Don Quichotte yang
nekat, dia yang tergesa-gesa. “Ein Streber”; Perbuatan kurang sehat perbuatan
“avonturier” – Dalam politik “avonturier” atau “avonturisme” adalah aliran yang
sangat berbahaya, “Ambitious”, itulah orang-orang yang mengacau-balaukan
pekerjaan kawan-kawannya.
Dalam
revolusi di Indonesia banyak orang yang mengemukakan dirinya bahwa merekalah
yang telah berjasa dalam proklamasi Indonesia Merdeka. Mereka masing-masing
merasa berhak memegang kemudi Negara. Mereka berebut-rebutan pengaruh. Mereka
menjalankan komplotan dan intrik, noda-menodai. Seorang lagi mengaku lebih
pandai daripada yang lain, lebih revolusioner dan sebagainya.
Mereka
berebut-rebutan tulang.
Perbuatan
yang semacam itu mengeruhkan keadaan politik dan memecah persatuan rakyat.
Mereka memecah simpati rakyat dan menimbulkan antipati terhadap orang-orang
yang dimusuhinya.
Revolusi
rugi!
Inilah
akibatnya perbuatan orang-orang yang mencari kedudukan dan pujian.
Hampir pada
akhir “Thesis” penulisnya membeberkan berupa-rupa soal yang diambilnya dari
buku catatannya. Ia menyerang, ia mengkritik lawan-lawannya. Kritikan dan
serangan itu khususnya ditujukan kepada kami (Muso – Alimin). Untuk membela
diri ia membeberkan keinginannya sebagai pemimpin yang “dibenumd” oleh kantor
Agung. Ia menerangkan supaya dia mendapat sokongan dan bantuan dari Rakyat
untuk membela dan membersih-bersihkan diri, ia appel pada Rakyat supaya diberi
keputusan bahwa ia benar, bahwa dia tidak bikin salah dalam revolusi 1926. Ia
menunjuk-nunjukkan kekuasaan autoriteit dan hak veto. Ia menyebut-nyebut
nama pemimpin besar, yang sesungguhnya tidak disukainya. Ia menyebut nama
kantor yang memberi “benuman dan kekuasaan” padanya dengan maksud supaya orang
“takut”, supaya orang memandang padanya sebagai orang “berguna” yang diberi autoriteit.
Sebetulnya, Tan Malaka menenggelamkan diri dalam pujian dan reklame sendiri.
Pujian itu baik, tetapi memuji-muji diri sendiri itu tidak begitu baik
didengarnya.
Ia
mencurigai dan mendakwa-dakwa orang yang tidak disukainya. Sebaliknya,
kecurigaan dan dakwaan itu dirasa oleh Tan Malaka sendiri dengan perasaan yang
tidak jujur. Tan Malaka “voelt zich gepasseerd” . . . ia merasa kecewa sebab
kami berdua – Muso dan Alimin – dengan tidak diketahuinya pergi ke negeri Jauh.
Di negeri jauh kami dapat mengetahui apakah artinya pangkat dan kekuasaan itu.
Orang yang tahu bagaimana keadaan politik negeri tersebut akan “heran”
mendengar pujian, reklame, yang gilang-gemilang. Barangkali penulis “Thesis”
masih ingat akan kawan-kawannya seperti O. Hell . . . dan M. Volt . . . yang
dahulu pernah sebagai pegawai biasa bekerja di Pasifik. Dua orang itu bekerja
bukan di kantor Besar akan tetapi hanya membantu pekerjaan dalam pergerakan kaum
kerja. Mereka orang Prof. . . . Barangkali dua orang pegawai itu yang lantang
yang tidak berhak memutus apa pun yang memberi “mandat”, yang memberi
“autoriteit”, yang memberi “kekuasaan besar” pada Tan Malaka. Dua propagandis
tersebut kemudian kena hukum lantaran membela pergerakan Anti Soviet –
pekerjaan Trotzkisten. Orang yang jujur hati dan yang mengerti akan pekerjaan
“propagandis” bukan orang yang “penting” dan yang “Berautoriteit”, dilarang
menunjuk-nunjukkan diri sebagai reklame – menyebut dan membangkit nama kantor
Besar. Orang yang biasa sungguh-sungguh bekerja buat keperluan kaum kerja –
bukan cari nama dan pujian, bukan ingin “mashur” – ia tidak akan membuka-buka
rahasia cara-caranya bekerja di bawah tanah. Orang tahu apa artinya kantor Besar
itu di mata kaum imperialis. Pada waktu kami berdua tinggal lama di negeri Jauh
itu kami kenal beberapa kawan yang lebih “responsible” dan memegang P. K. di
negeri Besar. Setelah dididik baik-baik mereka pulang ke negerinya
masing-masing juga zonder “mandat”, juga zonder “autoriteit”, juga zero “veto”
dan juga zonder “apa-apa”. Mereka juga pulang kembali ke negerinya
masing-masing dan bekerja untuk P. K. Sebagai orang biasa.Mereka tak perlu
“mandat”, mereka tak perlu “veto” atau kekuasaan luar biasa . . . . Mereka tahu
kewajiban bekerja di bawah tanah!
Sebelum
orang menjadi “Presiden” orang sudah ingin memegang hak “veto” – vetonya petty
borjuis, Pemuda Komunis tahu bahwa dalam Partai tidak ada “veto” atau kekuasaan
mutlak . . . Dalam Partai hanya ada Demokrasi – Demokrasi Centralisme, ialah
Demokrasi Progressif. Semua itu bukan salahnya orang yang ingin pujian dan
junjungan, tetapi ialah karena kekurangan pengetahuan, ia merasa lebih besar
daripada yang lain-lain. Banyak kawan-kawan yang datang di negeri Sejuk. Di
sana hanya melihat rapat besar dan kenal si-itu dan si-ini. Ia tidak dapat
didikan apa-apa. Banyak orang datang di negeri Jauh, kira-kira pada tahun
antara dua puluhan. Pada masa itu Negeri kami masih rusak. Politik dan
ekonominya belum teratur.
Tetapi dalam
tahun 1927 – 1928 keadaan mulai berubah dengan cepat. Politik partai menjadi
lebih tinggi dan sekolahan Partai lebih teratur. Di sini kawan-kawan dapat
didikan yang tetap dan teratur. Teori Partai jadi lebih tinggi dan kader-kader
Partai diwajibkan belajar banyak. Musuhnya juga tambah banyak dan keadaan umum
lebih menjadi genting. Peraturan bekerja diubah sama sekali. Perkara intern ini
kami tidak diizinkan menerangkan lebih lanjut. Orang yang membersihkan diri dan
menyalahkan kejadian pada tahun 1926 itu betul – mereka tidak salah. Mereka
tidak salah karena mereka tidak berbuat apa-apa; orang yang tidak berbuat
apa-apa sudah tentu tidak mungkin membuat kesalahan.
TENTANG ROYERAN
Tan Malaka
merasa tidak senang hati bahwa ada kabar dia telah diroyeer oleh . . . . dari
pihak Partai, waktu Partai dipimpin oleh kawan-kawan lain dan juga setelah
kembali di tangan kami, kami tidak memperhatikan soal-soal partai lain atau
soal-soal seseorang yang tidak berhubungan dengan Partai. Kami hanya berdaya
upaya membangunkan dan mendidik kader baru, mengumpulkan kawan-kawan yang tidak
curang dan kawan-kawan yang lurus hati dan bersama-sama kami berikhtiar
mendirikan sekolahan dan kursus-kursus bagi pemuda yang kami didik dalam ilmu
Marxisme – Leninisme, yang kemudian hari akan jadi dasarnya Partai kami,
Partainya Lenin dan Stalin.Kami tidak suka meminta dan mengundang kawan-kawan
atau anggota Partai lama kembali ke dalam Partai dengan tidak kehendaknya
sendiri. Menurut hukum Partai, anggota Partai yang telah lama tidak bekerja
bagi Partai atau telah lama dengan sengaja menjauhkan diri dari Partai atau
masuk anggota Partai lain, maka orang atau anggota itu dengan sendirinya
dikeluarkan dari Partai – jadi orang itu bukan anggota Partai lagi. Partai
Komunis bukan Partai borjuis dan juga bukan Partai nasional di mana
anggota-anggotanya bertindak atau berbuat dengan semau-maunya sendiri.
Pada kaca
yang penghabisan penulis “Thesis” minta dibuktikan siapa yang meroyeernya dan
di mana dia berada pada waktu dia diroyeer. Lebih lanjut dikatakannya, bahwa di
sini ada dua Tan Malaka, Tan Malaka palsu dan Tan Malaka sebenarnya.
P. K. I.
Tidak bisa meroyeer orang yang bukan anggota Partai dan Tan Malaka bukan
anggota Partai lagi. Seperti Nath Roy di India – eks-Komunis, yang mendirikan
Partai lain di India telah diroyeer oleh Partai – akan tetapi Roy nekat,
dikatakannya : “Saya tidak mau diroyeer, saya orang Komunis”. Partai tidak mau
mengakuinya sebagai anggota lagi, baik Tan Malaka palsu atau Tan Malaka
sebenarnya. Partai menolak kedua-duanya, baik yang sebenarnya apa lagi yang
palsu.
Orang
memegang keras anggapan “titel” atau “kekuasaan penuh” yang katanya diberi
padanya oleh rapat Besar. Ia appel. Oleh karena dia memegang “mandat pol” dari
organisasi Besar, dia tidak suka diroyeer, dia minta putusan “tertinggi”. Juga
waktu kami ada di Sana, kami tidak mendengar apa pun tentang royerannya oleh
organisasi Besar. Sekarang organisasi Besar sudah tidak ada lagi, jadi kalau
dia menuntut Hakim Komunis Tinggi dia harus cari sendiri di mana adanya hakim
itu. Dia menakut-nakuti orang dan menuntut supaya perkara itu diputus oleh
“Hakim Internasional” – sedangkan Internasional tidak punya “Hakim” – Hakimnya
ialah seluruh badan Partai bersama-sama. Partai tidak mengindahkan siapa pun
juga – anggota Partai “besar”, kecil, ber”autoriteit” atau ber”mandat-loos”, di
hadapan Partai mereka adalah anggota dan hanya anggota biasa. Kita sama kita
dalam satu Partai – Partai Komunis. Kami kira, bahwa “sangkalan” yang diajukan
oleh si Penulis “Thesis” itu lebih tepat jikalau “sangkalan” itu disangkal dan
ditujukan oleh perbuatannya si penulis sendiri. Tan Malaka tidak perlu kecil
hati dan ragu-ragu dan janganlah memperhatikan omong-omong dan perkabaran, dan
jangan menduga-duga orang yang tidak salah atau yang menyalahkan padanya dan
kerjakanlah terus keyakinan sendiri.
IV. Tuduhan
Troizkisme.
Pada waktu
kami ada di luar negeri kami senantiasa memikirkan dan mendaya-upayakan
bagaimana kami bisa mendapat sambungan dan bisa bekerja buat Partai di
Indonesia. Menurut kewajiban dan hukum Partai, Partai Komunis (Bolsewik) –
tiap-tiap anggota Partai, tiap-tiap orang Komunis, diwajibkan hanya bekerja
untuk Partainya, diwajibkan mencintai Partainya dan menjunjung tinggi
kehormatan dan prestise (prestige) Partainya. Tiap-tiap anggota – orang
Komunis – siapa pun juga, yang melalaikan dan menjauhkan diri dari Partai –
orang itu dengan sendirinya keluar dari kalangan Partai. Lebih-lebih orang
“Komunis“ yang mendirikan Partai lain atau organisasi politik lain yang
menentang atau berlainan dengan azas Partai, orang itu melanggar hukum Partai,
melanggar disiplin Partai, melanggar undang-undang Partai. Orang-orang ini
menentang Partai, anti Partai, mereka likuidator, mereka renegad.
Orang
Komunis hanya kenal dan hanya mengakui satu Partai saja, yaitu Partainya Lenin.
Partai Lenin yang diteruskan dan dipimpin oleh Stalin, mewajibkan pada sekalian
anggota Partai – memperbanyak pengalaman, memperbanyak dan mempertinggi teori
dan memperbanyak ilmu lain yang berhubungan dengan hukum-hukum pergerakan
revolusioner, pandai mengambil sikap terhadap massa dan menjalankan taktik yang
“fleksibel” yang elastis, yang ulet dan yang liat.
Pada waktu
kami masih muda, kami ingin “menjadi Komunis”. Kami membaca satu dua buku. Kami
bekerja rajin sebagai orang revolusioner. Dengan jalan demikian orang dapat
nama baik.
Sekarang
kami lama tinggal di luar negeri, kami belajar dan mendapat tambah pengetahuan
dan pengalaman. Tidak saja kami diwajibkan belajar dalam sekolah, akan tetapi
kami lama dididik dalam ideologi Komunis. Kami lama mempelajari ilmu-ilmu yang
telah ditetapkan oleh Partai, memegang keras hukum disiplin Partai dan tunduk
pada hukum Partai. Kami dilatih, diuji, dan dipraktekkan beberapa lama.
Kemudian kesetiaan kami pada Partai dilihat dan diawas-awasi. Dengan adanya
Partai baru – Partainya Lenin – maka didikan semacam ini dijalankan di semua
cabang-cabang Partai Komunis di seluruh dunia. Kami harus menjadi ideologis
yang terbaik yang diharuskan menghindarkan diri dari pengaruh borjuis, pengaruh
borjuis kecil dan pengaruh politisi syariatan lainnya.
Pada waktu
kami masih di luar negeri – di tanah Melayu – kami membaca surat-surat kabar
Inggris yang menerangkan bahwa Tan Malaka, seorang Komunis yang ternama
membentangkan program baru – program “Expansion”, yaitu program melebarkan
jajahan Indonesia Raya menjadi lebih raya lagi. Lebih jauh surat kabar itu
menjelaskan bahwa politik “Expansion” itu tidak lain dari pada turunan dan
melanjutkan politik imperialisme Jepang yang bersemboyan : “Asia buat bangsa
Asia”. Surat-surat kabar itu menerangkan, bahwa orang itu adalah seorang
“Komunis” yang beraliran Trotzkisme. Kira-kira dua minggu sesudah perkabaran
itu, warta lain lagi dari Ceylon dan Australia menyatakan juga bahwa ia seorang
Trotzkis yang menganjur-anjurkan partai nasional – Partai Republik Indonesia.
Sekianlah perkabaran dan warta yang kami tangkap pada waktu kami berada di
tanah Melayu.
Setelah kami
kembali di Tanah Air, kami mendengar berupa-rupa cerita tentang aksi dan
perbuatannya sesudah ia kembali di Indonesia. Di sana-sini ada orang yang
memuji aksinya dan di lain pihak ada yang mencela tindakan politiknya di
Indonesia. Ia berlaku sebagai umumnya Trotzkisten di luar negeri yang membikin
keruhnya pergerakan Nasional. Seperti di India, Roy –seorang eks. Komunis –
yang telah mengacau pergerakan revolusioner di India, di Tiongkok ialah Tjang
Du Su, di Persia ialah Sultan Sidik, dan di negeri-negeri lain lagi. Kalau Tan
Malaka menganggap dirinya seorang Komunis apalagi sebagai pendekar Partai yang
terkenal atau bapak revolusioner, selekasnya ia pulang ke Tanah Air, sepatutnya
dan wajib ia dengan segera berhubungan dengan dan menghidupkan Partai
Komunis di Indonesia, walaupun bagaimana juga keadaan Partai pada masa itu.
Dalam
“Thesis”nya ia menyangkal keras tuduhan Trotzkisme. Ia menuntut dan minta
alasan yang nyata atas tuduhan yang “bohong” itu.
Kami tidak
menuduh, kami tidak mendakwa, kami tidak pernah memfitnah orang, kami tidak
suka menusuk-nusuk dan membusuk-busukkan kawan atau lawan, kami hanya bekerja
untuk keperluan Partai, meninggikan kualitet Partai dan menjunjung tinggi
prestise Partai. Dalam Partai Komunis (Bolsewik) tidak ada perbedaan besar
kecil, tidak ada perbedaan pemimpin dan anggota, pemimpin yang berjasa atau
anggota biasa yang jujur dan bekerja baik buat Partai, mereka di muka Partai
berdiri tegak bersama-sama, menanggung jawab, bersama bagi keperluan Partai.
Partai Komunis bukan Partai Borjuis, bukan Partai advokat atau yuris yang
mendakwa atau yang menentang atau memungkiri dakwaan dengan cerdik dan licin
bicara untuk menghindari tuduhan atau dakwaan. Partai Komunis melakukan
pemeriksaan atas suatu soal – meminta pada anggota-anggotanya siapa pun juga,
pemimpin, atau anggota biasa, menerangkan terus-terang, menunjukkan kebenarannya,
dan mengakui kesalahannya sebagai orang Komunis – sebagai Bolsewik di hadapan
Partai. Kami orang Komunis bukan seorang dua-orang yang tercerai-berai, akan
tetapi kami adalah Partai yang bulat sebagai satu badan, Partai yang mengikat
seluruh anggota dan pemimpinnya dalam satu ikatan. Partai adalah kekuasaan atau
autoriteit yang tertinggi dan yang berkuasa. Inilah faham orang-orang Komunis
di Barat.
Maka Tan
Malaka menuntut dan minta jawaban atas tuduhan dan dakwaan pada dirinya.
Seperti
telah kami terangkan di atas, kami bukan pendakwa dan bukan penuduh, akan
tetapi kami berpendapat bahwa tuntutan dan jawaban itu sebaliknya harus dijawab
oleh orang itu sendiri, membuktikan dan menjelaskan dengan terang-terangan
dengan perbuatan dan sepak-terjangnya – sebagai orang Komunis – terhadap
Partainya – Partai Komunis Indonesia. Ia menjadi terkenal disebabkan oleh
karena dia pernah menjadi anggota Partai. Maka dengan tebusan ini ia akan
menjadi lebih mashur, lebih terhormat di mata kawan-kawan kami orang Komunis,
di mata kawan-kawan seperjuangannya.
Di negeri
Sejuk, di negeri Jerman, di Amerika, di Inggris, di Perancis dan juga di
Tiongkok kawan-kawan Komunis yang mengakui kesalahannya dan menolak
tuduhan-tuduhan yang memberatkan pada dirinya dengan perbuatan yang nyata dan
yang jujur terhadap Partainya, dapatlah kehormatan dan junjungan yang tinggi.
Dalam
“Thesis” di sana-sini orang mengutip dua-tiga kalimat dari buku Riwayat Partai
Komunis Negeri Persatuan Soviet (History of the C. P. S. U.). Kutipan-kutipan itu
untuk menunjukkan kesalahan seseorang dan membenarkan orang lain. Dalam tulisan
itu disebut nama-nama seperti Zinoviev, Kamenev dan lain-lain. Orang-orang ini
termasuk dalam golongan atau blok Trotzkisten seperti Bucharin dan lain-lain.
Limonadze dan Shatskin, orang dua inilah yang senantiasa berteriak-teriak –
“real shouters” –, pada satu masa mereka memuji Partai dan mencela N. E. P. Dan
pada lain masa mereka memuji N. E. P. dan mencela Partai serta mencela ini dan
itu. Sepak-terjang dua orang ini diamat-amati. Setelah ketahuan bahwa ternyata
mereka menjadi sel Trotzkisten, mereka kemudian mengambil keputusan sendiri . .
. . mereka bunuh diri. Kejadian semacam ini banyak sekali terjadi pada waktu
diadakan pembersihan dalam Partai.
Tentang
pinjaman Tsar. Dalam “Thesis” orang menunjukkan, - menurut Riwayat Partai
Komunis di Rusia –, bahwa Trotzky sendiri pernah mengusulkan pada Partai supaya
pinjaman luar negeri harus dibayar. Usul itu ditolak oleh Partai. Usul Trotzky
adalah salah, karena Revolusi di Rusia adalah Revolusi Sosialis dan dari
Revolusi Proletar berdirilah Diktator Proletariat yang menjadi pemimpin
masyarakat sosialis. Dalam Revolusi Demokratik borjuis (bourgeois democratic
revolution) semboyan Partai ialah menasionalisir tanah-tanah dan beberapa
perusahaan. Sedangkan dalam Revolusi sosialis Partai bersemboyan : “Sosialisasi
dan konfiskasi” seluruh bank-bank dan perusahaan besar. Menurut keadaan masa
itu, setelah perang dunia yang kesatu, Inggris dan Jerman ekonominya lembek
untuk mengadakan serangan kepada masyarakat sosialis. Borjuis dunia mengira
bahwa keadaan di Rusia pada waktu itu tidak akan tinggal tenang, mungkin
kontra-revolusi akan pecah dan kasta borjuis menunggu-nunggu pecahnya
kontra-revolusi dan mereka mengharap dapat merebut lagi kekuasaannya. Keadaan
internasional pada waktu itu dalam keadaan sedikit baik bagi pendirian Rusia.
Jadi, usul Trotzky supaya membayar hutang luar negeri adalah salah menurut
dasar Revolusi Sosialis, dan salah pula menurut strategi dan taktik Proletar Revolusioner.
Seperti
sudah kami terangkan, Revolusi Nasional di Indonesia – Revolusi Demokratik
borjuis (bourgeois democratic revolution) – hutang-hutang luar negeri
harus dibereskan dengan jalan damai, dengan jalan pembayaran angsuran dan
sedapat-dapatnya sebagian perusahaan penting langsung dimiliki oleh Negara.
Dengan jalan begini kami dapat menyelamatkan Republik dan memperkuat ekonomi
nasional.
V. Soal
Lama.
Kami kira
masih perlu memberi sedikit penerangan seperti di bawah ini: Kira-kira dua
puluh dua tahun (22) yang lampau, kami berdua, saudara Muso dengan saya, pergi
ke negeri Sejuk. Kepergian kami ke sana perlu menjalankan Perintah Partai.
Kira-kira pada permulaan tahun 925, kami ber-empat telah dihadapkan di muka
C.C. Partai Besar. Di sini kami bersama-sama dengan saudara-saudara Darsono,
Semaun dan Muso berhadapan dengan sebagian besar dari anggota C. C. Di hadapan
mereka saya menerangkan sedapat-dapatnya tentang politik dan ekonomi di
Indonesia pada masa itu.
Pada
pertemuan itu kami ber-empat mendapat kesan yang baik. Kami menghormati semua
figur yang duduk dalam pertemuan itu. Mereka adalah orang biasa. Setelah kami
tinggal beberapa bulan di Pusat negeri Sejuk, kami mendapat sekadar pemandangan
tentang soal-soal yang berhubungan dengan soal-soal Partai Besar. Kami mendapat
keterangan bahwa sejak tahun 1924 timbul beberapa aliran yang menentang pada
Pimpinan Partai.
Trotzky
adalah seorang bekas anggota yang ternama dalam Partai, yang mulai mengadakan
oposisi. Pada mulanya oposisinya itu hanya kecil saja.
Kemudian
kami ber-empat bertemu dengan Pengurus Partai yang terkemuka. Sudah itu kami
berdua kembali menuju Tanah Air.
Setelah kami
kembali lagi ke negeri Sejuk pada tahun 1927, maka kami tahu bahwa oposisi
terus menentang Partai – menyalah-nyalahkan dan membusuk-busukkan pimpinan
Partai. Telah beberapa kali Trotzky dan kawan-kawannya diperingatkan supaya
jangan membikin pertentangan dalam Partai. Peringatan itu diabaikan dan
sebaliknya oposisi berlaku giat lagi.
Mula-mula
oposisi dijalankan dengan alasan politik, tetapi kemudian dalam prosesnya
menjadi satu gerakan sabotase, menggunakan teror, membunuh pegawai negeri, dan
orang-orang Soviet yang ternama. Pergerakan Trotzkisten dan Trotzkisme menjadi
pergerakan teroris. Moralnya kaum Trotzkisten merosot begitu rendah sehingga
melakukan beberapa pembunuhan pada Gorky di Moskow, Kirov di Leningrad, meracun
beberapa pegawai negeri yang baik-baik, menggulingkan kereta api, memberi racun
dalam makanan yang disediakan untuk Rakyat Soviet.
Di dalam
waktu 15 tahun lamanya kami dapat mengetahui bahwa perbuatan-perbuatan kaum
Trotzkisten itu lambat laun menjadi satu pergerakan pembantu Fasisme – pembantu
kontra-revolusioner.
Sesudah
belajar beberapa tahun lamanya saya dapat mengetahui bahwa pertentangan antara
kaum Trotzkisten dalam Partai, bukanlah pertentangan yang persoonlijk,
pertentangan perseorangan, akan tetapi pertentangan itu letaknya dalam pertentangan
kasta – pertentangan antara Mensewik dan Bolsewik, antara Mensewik (petty –
borjuis) dan Bolsewik (kaum kerja).
Trotzky
adalah Mensewik, ialah anasir borjuis kecil.
Trotzky
sebagai kastanya borjuis kecil dengan sendirinya merosot menjadi kawannya
Fasisme, menjadi reaksi, menjadi musuh yang kejam dari pada kaum kerja.
Apakah
Trotzkisme itu ?
Trotzky atau
Trotzkisme adalah satu golongan yang berbahaya. Trotzky pernah menjadi salah
satu anggota pergerakan kaum kerja di Rusia. Dia dan kawan-kawannya telah
terbuka rahasianya dan bersama-sama dengan lain kaum kontra-revolusioner.
Trotzkisten dan Trotzkisme telah dibasmi di negeri Soviet. Di Eropa Trotzkisme
itu masih berlaku di antara kasta borjuis kecil dan golongan anti-revolusioner.
Sebab apa kami namakan trotzkisme itu golongan yang berbahaya, oleh karena kaum
Trotzkisten bekerja diam-diam dan dengan sembunyi memakai nama “Komunis”,
“Revolusioner”, “Marxist”. Dulu banyak kaum Trotzkisten menjadi anggota Partai.
Mereka tahu cara-cara kami bekerja.
Trotzkisme
ialah baik hanya bagi pergerakan Kontra-revolusioner, baik bagi pembantu
Fasisme dan baik sebagai pembantu pekerjaan spionase melawan Partai Komunis,
menentang pergerakan buruh revolusioner dan melawan Persatuan negeri Soviet.
Seringkali kaum Trotzkisten bekerja sebagai provokator.
Sekianlah
pengetahuan kami tentang Trotzkisten dan Trotzkisme pada waktu kami ada di luar
negeri.
VI. Sekadar soal Kebangsaan.
Pada kaca 7
buku “Thesis” penulisnya membentangkan hal kebangsaan. Ia memuji keadaan di
Soviet Rusia. Ia menghargai buahnya sosialisme di Rusia. Dari buah sosialisme
itu, maka lenyaplah pertentangan dan perselisihan antara golongan bangsa-bangsa
di negeri tersebut.
Tetapi
sebaliknya Tan Malaka masih menunjukkan perbedaan bangsa-bangsa di tanah
jajahan. Ia membangun agitasi yang sudah tua seperti: “Chinese and dogs are not
allowed”. Ini adalah salah satu pengaruh dari penjajahan. Tetapi kita pandang
soal ini tidak perlu dibongkar-bomgkar lagi, oleh karena sejak permulaan tahun
1934 keadaan sudah berubah banyak. Prejudice atau purbasangka mulai
kurang. Hitam-putih mulai mendekat. Sekarang di Amerika sendiri kaum buruh
hitam dan putih sudah berjalan bersama-sama dan bekerja dalam satu pabrik. Jadi
agitasi “betwen black and white” tidak perlu dikemukakan lagi. Umumnya perasaan
“chauvinisme” sudah menjadi sangat kurang. Hanya masih tinggal sedikit saja di
antara anasir borjuis kecil.
Kami tahu di
Indonesia soal kebangsaan sudah tidak menjadi soal lagi. Pada waktu revolusi
dan kontra-revolusi, segolongan bangsa di Indonesia sama bersatu dan segolongan
lagi memisahkan dirinya. Tetapi selagi revolusi mendapat kemenangan, maka
golongan bangsa-bangsa itu berjuang bersama-sama. Mereka tidak memperdulikan
apa pun juga. Revolusi harus menang ! ! ! Inilah semboyan yang ada pada mereka.
Tetapi setelah kekalahan dan bahaya mengancam padanya, mereka mulai
berpecah-belah dan mereka lambat laun memisahkan diri. Dan mereka kembali
kepada perasaan golongannya. Di Indonesia sekarang ini terlihat golongan
bangsa-bangsa itu berkumpul sebagai satu bangsa yang besar. Mereka berjuang
bersama-sama atas dasar kesatuan Bangsa dan atas dasar Patriotisme – cinta
kepada nusa dan bangsa. Sepanjang pengetahuan kita di Indonesia perasaan yang
“chauvinistik” hampir lenyap sama sekali.
Jadi, kepada
kawan-kawan yang baik, kita anjurkan supaya mempelajari : “Marxism and the
National and Colonial Question” (Marxisme dan soal Kebangsaan dan Tanah
jajahan), karangan Stalin.
Meskipun
Indonesia sekarang ini telah merdeka dan menjadi satu, tetapi kita pandang soal
bangsa dan golongan bangsa-bangsa itu masih perlu dipelajari.
Inilah
kewajiban studen-studen, ekonomis dan ahli-ahli penyelidik soal kebangsaan.
VII.
Dialectics.
Marx dan
Engels adalah ahli pikir dan ilmu pengajarannya meminta banyak pikiran.
Marxisme adalah satu doktrin, yang hidup, yang senantiasa berjalan terus, terus
menjadi tinggi – bukan dogma. Marx adalah ahli dialectics. Dengan dialectics
Marx tidak hanya mengupas satu soal masyarakat dan satu tujuan politik dunia
saja, akan tetapi terutama sekali dialectics itu digunakan untuk
mengupas dan menjelaskan soal-soal dalam pergerakan revolusioner – wet-wet atau
hukum-hukum pertentangan. Kami pandang perlu sekadar penerangan tentang
hukum-hukum dialectics.
Apakah dialectics
itu?
Dialectics adalah hukum pergoyangan (Beweging),
hukum gerak, hukum tegenstelling atau pertentangan, ialah hukum
kemajuannya masyarakat yang terdiri dari beberapa golongan. Dialectics
adalah hukum segala gerak, gerak baik di luar (lahir), maupun di dalam jalan
pikiran manusia (batin), semua itu terikat oleh hukum dialectics, bahwa
hukum dialectics itu menentukan proses lahir-melahirkan, proses
terus-menerus atau ungkir-mengungkiri (Negasinya Negasi – Negation of
Negation).
Dialectics ialah proses ganti-mengganti,
ubah-mengubah, dari encer menjadi kental (beku) dan dari beku menjadi encer,
jadi dari kuantitas menjadi kualitas dan vice-versa atau sebaliknya.
Inilah dialectics-nya kuantitas.
Di lain soal
dialectics itu memeriksa hal-hal seperti dialectics biologi, dialectics
botani (ilmu tumbuh-tumbuhan) dan dialectics zoologi yang telah
berjuta-juta abad terus-menerus lahir-melahirkan, ada-mengadakan, menjadi dan
rusak. Begitu juga dialectics dalam alam, yaitu Natur Naturas atau
Alam mengalamkan, turun-temurun, tumbuh dan mati.
Telah
diketahui bahwa dalam masyarakat sosial hingga sekarang ini selalu ada
pertentangan-pertentangan, antara yang memerintah dan yang terperintah, antara
kapital dan buruh, dan sebagainya. Jadi, terang ada pertentangan, maka dalam
hidup (orang hidup) juga ada pertentangan, suatu proses yang senantiasa
mempertahankan hidup dan merusak hidup sendiri, seperti dalam barang (benda)
sendiri. Dan selekasnya pertentangan itu berhenti, selekasnya juga hidup itu
sampai di puncaknya, sampai di batasnya – orang mati.
Seperti
telah kami sebutkan di atas dialectics Marx itu khususnya digunakan
untuk memandang jalannya gerakan revolusioner. Pemandangan yang jauh dari
fantasi, jauh dari cita-cita, jauh dari taksiran, dan jauh lagi dialectics
yang berdasarkan atas semangat “adventure”, “avonturisme”, etc. etc.
Maka apabila
orang mengakui kebenarannya dialectics dengan didasarkan atas semangat
“adventure” maka orang itu menyasarkan paham dialectics. Dalam Marxisme
sangat terlarang adanya aliran : “opportunisme”, “putschisme”.
Kalau orang
tidak berhati-hati menggunakan dialectics dan orang itu menjalankan
tindakan dengan pikiran yang egoistik, yang “campur-aduk”, orang itu akan
mendapat hasil seperti Napoleon yang telah menderita rintangan dan tentangan
dalam aksi yang dijalankan di Eropa. Sebagaimana diketahui, kemudian Napoleon
menderita beberapa kekalahan, oleh karena ia menggunakan taktik Cavalery yang
“jungkir-balik”.
Orang yang
menuju ke sesuatu tujuan yang “tinggi” dan mendasarkan kehendaknya itu atas
perasaan yang “Ambitious”, “Adventurous”, maka orang itu akan mengandaskan
dirinya atas karang oportunisme, atas karang kontra-dialectics.
Itulah
lukisan orang yang menderita penyakit “spekulasi” !
Untuk
memperdalam pengetahuan tentang dialectics kami anjurkan kepada
kawan-kawan yang ingin mempelajari ilmu dialectics yang Marxistis supaya
membaca dan memahamkan isi buku “History of the Party of the Soviet Union
(Bolsewik) (“Riwayat Partai Komunis Persatuan Soviet” (Bolsewik), bagian
IV dari kaca 97 sampai kaca 143. Bagian ini mengenai soal dialectics
yang ditulis oleh Stalin dengan cara begitu mudah dan populer, hingga ilmu dialectics
yang begitu sulit dapat dengan mudah dipahamkan.
Jadi jikalau
masih ada orang yang bertanya :
- Apakah pikiran dan keinsyafan itu ?
- Dan dari manakah datangnya ?
Kami kira
telah terang bahwa kedua-duanya itu adalah buah otak manusia sedang orang
sendiri adalah buahnya alam, alam yang bergerak maju bersama-sama dengan
jalannya keadaan sekelilingnya. Jadi, boleh diartikan bahwa buah otak manusia
itu pada Analisis yang penghabisan ialah juga buahnya alam – kedua-duanya tidak
menentang bagian yang lain dari alam, tetapi kedua-duanya itu bekerja
bersama-sama.
Inilah
pemandangan kami atas dasar materialistik.
VIII.
Perkara Tahun 1926
Seperti yang
sudah-sudah Tan Malaka memberi beberapa alasan untuk membenarkan pendiriannya
dalam “Perkara Tahun 1926”. Alasan-alasan itu tidak memberi penerangan dan
penjelasan dalam teori revolusi. Sebagian besar dari alasan-alasan itu
digunakan untuk membenarkan pendiriannya. Ia menyebut dirinya sebagai orang
yang “ber-mandat”, yang “dibenumd”’ yang “berkuasa”.
Dengan
mengadakan dan mengutip “alasan” yang tidak berguna, ia melanggar hukum
“bekerja bawah tanah”. Ia menyebut nama internasionale : orang yang semacam ini
sama sekali tidak mengerti kedudukan internasionale di mata imperialisme.
Dengan memuji diri dan memperlihatkan kekuasaannya, ia insyaf atau tidak insyaf
telah membuka rahasia Partai dan memberi senjata kepada musuh untuk menuduh
bahwa internasionale membantu pergerakan revolusioner di negeri-negeri jajahan.
Kami tidak dapat menerangkan hal ini dengan panjag lebar. Ini adalah
provokasi-provokasi yang diucapkan oleh orang yang mencari pujian. Orang harus
mengerti apakah artinya Organisasi Besar ini kalau ditinjau oleh mata
imperialis.
Orang
mengaduk-aduk putusan Prambanan dan lain-lain putusan yang diambil oleh Partai.
Kami kira
lebih baik dan berguna kalau orang itu bisa memberi pemandangan yang teoritis
yang meninggikan teori revolusi, supaya orang bisa menarik kesimpulan yang
Marxistis tentang salah dan benarnya jalan revolusi di tahun 1926. Cerita dan
alasan yang disiar-siarkan dalam “Thesis” itu tidak ada harganya bagi teori-teori
revolusioner.
Pemandangan-pemandangan
itu ialah pemandangan borjuis kecil. Seperti juga di Eropa, Kautsky mencela
hasil revolusi Oktober. Ia berkata: “Revolusi Oktober salah, Revolusi Oktober
bukan revolusi yang dijalankan menurut pelajaran Marx.” Di sini orang bisa tahu
siapakah Kautsky itu. Revolusi yang berhasil dicela, apalagi revolusi yang
kandas, umpamanya revolusi-revolusi di Rusia di tahun 1905 dan 1907. Sebagai
Kautsky, di Indonesia pun ada satu dua ahli teori borjuis yang mencela kandasnya
revolusi pada tahun 1926. Apalagi revolusi yang kandas, sedang revolusi yang
berhasil toh dicela juga oleh pendekar Sosial Demokrat. Bacalah bukunya Lenin
yang bertitel “Kautsky the Renegade” (Kautsky seorang pengkhianat).
Satu
pertanyaan : “Bagaimanakah sikap Tan Malaka dalam revolusi sekarang : apakah
hanya mencela-cela revolusi saja?”
Menurut
watak dan cara-cara memikir orang revolusioner, tiap-tiap revolusi besar maupun
kecil harus dianalisir dan dikritik, mencari sebab-sebab ekonomi yang
memaksa Rakyat melakukan revolusi. Sebab kerusakan ekonomi, sebab kekacauan
ekonomi umum dalam suatu negeri bisa mendorong Rakyat bergerak melawan tindasan
dan keberatan hidup.
Lain dari
pada itu kewajiban orang revolusioner, apabila suatu revolusi itu akan dimulai
atau telah berjalan sedapat-dapatnya harus memberi pimpinan agar supaya
mendapat kemenangan; atau kalau akan mendapat kekalahan revolusi itu harus
dipimpin juga supaya revolusi itu dapat diundur dengan jalan yang rapi dan
teratur. Berhasil atau kandas, apabila suatu revolusi itu telah mulai, revolusi
itu harus tetap mendapat pimpinan; dan sebaliknya, tidak boleh revolusi itu
dihalang-halangi atau dipotong-potong seperti telah kejadian di Indonesia pada
tahun 1926 di Jawa dan tahun 1927 di Sumatera. Haluan yang reaksioner ini
menghalang-halangi pecahnya revolusi di Indonesia dalam satu masa. Timbulnya
revolusi serentak bisa melembekkan sebagian kekuatan musuh – imperialisme
Belanda pada saat itu. Memotong jalannya revolusi itu berarti memberi kesempatan
kepada musuh revolusi membagi-bagi kekuatannya untuk memecah kekuatan revolusi.
Perbuatan kontra-revolusioner ini merugikanjalannya revolusi dan menyokong pada
musuh-musuh revolusi.
Orang belum
puas memuji dirinya. Ia lebih lanjut lagi berkata : “Percayalah bahwa sejarah
Indonesia ada di sebelahnya saja”. Ini pujian cukup mengukur derajat dan
kesenangan Tan Malaka.
REVOLUSI 1926 DI INDONESIA
Revolusi
1926 adalah suatu kejadian yang penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan
Indonesia.
Revolusi yang
pertama yang pecah pada tahun 1926 ialah pelopornya revolusi-revolusi di
tanah-tanah jajahan di lautan Pasifik. Di Indo-China pada tahun 1927, yang
kedua. Kejadian-kejadian di Burma pada tahun 1926/1927 ialah yang ketiga.
Sebelum
timbulnya krisis dunia pada 1929 – krisis kapitalis yang sehebat-hebatnyayang
belum pernah terjadi dalam kapitalisme-imperialisme – gelombang krisis itu
telah mulai menyerang ekonomi kapitalisme di negeri jajahan. Penarikan kembali duurtetoeslag
pengurangan upah kaum kerja, pemandangan waktu bekerja, dan penaikan beberapa
jenis pajak dan bea, dan permulaan mengurangi Staatsbegroting di seluruh
cabang-cabang perekonomian di Indonesia; itu semua sangat merusak lagi
penghidupan Rakyat di Indonesia seluruhnya. Krisis-krisis itu ialah akibatnya
peperangan imperialisme pada tahun 1914-1918. Telah beberapa kali Gubernur
Jenderal menerangkan di hadapan Volksraad adanya kekacauan ekonomi di Indonesia
dan telah memerintahkan pada sekalian pembesar-pembesar Departementen supaya
segera mengurangi belanja Negeri dan menghemat segala harta benda pemerintahan
Belanda di Indonesia.
Pada tahun
1926/1927 hampir seluruh dunia ditimpa krisis kecuali Jepang dan Amerika yang
mendapat keuntungan dari peperangan yang kesatu, sehingga penghidupan kaum kerja
ada sedikit ringan buat sementara waktu. Tetapi kemudian, bahkan Amerika
sendiri pun, mendapat juga tabrakan yang maha hebat dari krisis dunia pada
tahun 1929. Tidak saja ekonomi Amerika umumnya akan tetapi bank sistem dan
lain-lain organisasi keuangan yang telah teratur sebaik-baiknya menurut paham
ahli ekonomi borjuis, telah goncang oleh ancaman Krisis Ekonomi Dunia.
Pada
pertengahan tahun 1926 di London telah pecah pemogokan umum – The General
Strike in England – yang menggoncangkan perekonomian negara.
Di India,
telah timbul beberapa pemogokan-pemogokan kaum kerja, umumnya di pabrik-pabrik
tenun di Bombay dan Calcutta menuntut naiknya upah dan kurangnya jam bekerja.
Di
Indo-China telah timbul beberapa massa - aksi dari pihak kaum pekerja dan
terutama dari pihak kaum tani yang menuntut turunnya pajak dan lain-lain bea.
Massa –aksi revolusioner di Indo-China telah terkenal dalam riwayat revolusi di
lautan Pasifik dan telah memakan korban gantungan dari kalangan tani dan buruh.
Di Indonesia
telah terjadi beberapa pemogokan besar dan kecil (kereta api 1923 dan
lain-lain, pemogokan umum). Jadi, revolusi di Indonesia ialah revolusi yang
pertama di negeri-negeri Pasifik, revolusi yang menentang lanjutnya kerusakan
ekonomi dari seluruh penduduk, revolusi yang menentang tindasan imperialisme
Belanda atas penghidupan kaum pekerja dan revolusi yang telah menjadi permulaan
dan pengajaran bagi kaum tani dan buruh revolusioner dalam perjuangannya
terhadap imperialisme.
Revolusi di
Indonesia pada tahun 1926 adalah revolusi yang membuka jalan pertama menuju ke
Kemerdekaan Indonesia. Pengalaman revolusi itu telah memberi pengajaran dan
meninggikan derajat teori perjuangan kaum proletar di Indonesia dan hasil
pengajaran dan pengalaman revolusi 1926 itutelah terbukti dalam kemenangannya
revolusi nasional di Indonesia pada masa ini.
Begitulah
caranya orang Marxist memandang suatu revolusi menganalisir tidak saja
sebab-sebab politik, akan tetapi terutama menganalisir sebab-sebab ekonomi yang
menjadi dasar timbulnya revolusi-revolusi di dunia umum.
Jadi, juru
penyelidik revolusi di Indonesia tidak seharusnya hanya memeriksa material
untuk membenarkan atau mempersalahkan jalannya revolusi di Indonesia yang
timbul dari kehendak satu dua orang saja atau sebab-sebab dari putusan rapat-rapat
di candi itu atau di candi ini.
Bagi
keperluan riwayat revolusi dan analisis revolusi, tanggal dato, tempat rapat,
laporan satu dua orang kepada si Anu, semua itu tidak berguna dan tidak berarti
apa-apa. Itu semua tidak memberi arti apa-apa bagi analisis politik dan
ekonominya sesuatu revolusi.
Pada tahun
1905 revolusi di Rusia telah kandas. Apa sebabnya?
Pecahnya
revolusi tahun 1905 itu disebabkan oleh krisis ekonomi di Rusia lantaran
kekalahan perang dengan Jepang. Seperti juga pemerintahan Belanda, pemerintahan
Tsar adalah sangat reaksioner menindas Rakyat Rusia dengan sewenang-wenang.
Kekandasan
revolusi 1905 itu disebabkan oleh karena kaum tani tidak mengambil bagian yang
aktif dalam perjuangan revolusioner dan kaum tani itu sebagian masih menaruh
kepercayaan kepada Tsar. Juga kesalahan ini ada pada revolusi kita dalam tahun
1926, di mana sebagian dari kaum tani belum teratur dan semboyan revolusi yang
diberikan pada kaum tani tidak terang dan tidak cukup sehingga tidak menarik
sebagian besar dari kaum tani. Sebab itu sebagian dari kaum tani tinggal pasif
dan ada sebagian yang menyokong pihak kontra-revolusioner.
Tetapi
bagaimana pun juga revolusi 1926 di Indonesia akan lebih hebat mengacaukan
kekuatan imperialisme Belanda jika revolusi itu tidak dipotong-potong, tidak
disabotir oleh pihak indisiplinairen. Betapa tidak akan lebih hebat,
betapa tidak akan lebih besar efek dan pengaruhnya jika diingat, bahwa revolusi
1926 yang tidak sepenuhnya dijalankan itu saja sudah mendapat sambutan begitu hangat
di negeri-negeri tetangga. Di Indo-China dengan massa-aksi kaum tani dan buruh,
di Birma dan India dengan pemogokan-pemogokan kaum kerjanya, dan sebagainya.
Ternyatalah
pada kita, bahwa revolusi tahun 1926 di Indonesia menjadi pelopor revolusi di
Pasifik yang disebabkan oleh adanya kerusakan dan krisis kapitalisme.
Menurut wet
dialectics tidak ada sesuatu barang pun yang “absolute”, pasir, angin pun
tidak“absolute”, tetapi “relative”.
Revolusi
bukan kehendak atau perbuatan seseorang, Revolusi tidak tergantung pada
kehendak atau nafsu seseorang. Ia meluap dari batas garis tindasan orang atas
orang lain.
Barang
apakah yang tergantung pada nafsu seseorang ?
Tahun 1926
ialah sinar, dan dengan sinar ini Sejarah Tanah Air kita mulai bercahaya !
Oleh karena
Perkara tahun 1926 masih sering digugat-gugat orang, maka oleh sebab kebanyakan
kawan-kawan sudah meninggal dunia, maka kami berdua – Muso, Alimin – yang
menanggung jawab atas segala-galanya.
Segui il tuo
corso, e lascia dir le genti. (Teruskanlah jalanmu, janganlah perduli orang
mengomel - Dante)
IX. Partai Komunis.
APAKAH Partai Komunis ?
Partai
Komunis ialah Partai baru, Partainya Lenin dan Stalin.
Partai
Komunis ialah Partai Proletar yang revolusioner yang menjadi penunjuk
perjuangan kasta Proletar dan lain-lain kaum kerja (avanguard of the guiding
forces).
Partai
Komunis menuju kepembentukan masyarakat Sosialis. Sesuai dengan masanya,
kami lebih dahulu mementingkan penyelesaian Revolusi Nasional.
Partai
Komunis menerima anggota-anggota baru yang jujur, yang berani, yang militan,
menerima kaum kerja yang sadar akan kastanya dan juga menerima golonga-golongan
lain dari lapisan masyarakat. Partai Komunis menjalankan pimpinann yang
revolusioner dan yang taktis-teoretis. Anggota Partai Komunis harus tunduk pada
disiplin dan harus mempertahankan Demokrasi revolusioner, yaitu
Demokrasi-Sentralisme. Tiap-tiap anggota sangat diwajibkan belajar
Marxisme dan Leninisme dan ilmu-pengetahuan lain yang berhubungan dengan
perjuangan revolusioner. Tiap-tiap anggota harus tunduk dan menjalankan
hukum-hukum yang termuat dalam program dan undang-undang Partai. Tiap-tiap
anggota harus bekerja dan berbuat banyak bagi Partai, mengunjungi rapat-rapat
Partai dan tiap-tiap anggota diwajibkan mengambil bagian dalam pekerjaan Partai
sebanyak-banyaknya.
Apakah
kewajiban Partai yang pertama ?
Menolak dan
menentang akan adanya bahaya perang yang ketiga.
Membantu
Pemerintah Nasional dan memperkuat Persatuan Nasional dan bersama-sama dengan
itu mendidik dan memperkuat pergerakan kaum buruh dan kaum tani.
Menentang
sekalian aliran reaksioner, aliran opportunisme dan aliran lain-lain dalam
perjuangan kaum kerja.
Menjalankan
agitasi dan propaganda di kalangan Rakyat banyak untuk memperkuat persenjataan
dan kekuatan militer Pemerintahan Nasional. Menggiatkan pemuda revolusioner,
buruh, tani, dan intelektual sebagai dasar dan jaminan tegak berdirinya
Republik.
Menjalankan
massa-agitasi di seluruh lapisan Rakyat guna persatuan nasional, guna
menjalankan pekerjaan revolusioner.
Inilah
kewajiban Partai Komunis yang terpenting dalam Revolusi Nasional.
X.
Sosialisme
Di Indonesia
ramai dibicarakan tentang soal pembentukan Sosialisme. Lebih lama lagi soal ini
telah dibicarakan di negeri Tiongkok dan juga di beberapa negeri di Barat.
Sesungguhnya,
kalau suatu negeri telah berhasil menyelesaikan revolusi dan negeri itu telah
menjadi merdeka dari genggaman penjajahan; maka, kalau sebagian besar dari
penduduk di negeri itu ingin membentuk satu masyarakat sosialis, keinginan itu
memang mungkin dan bisa dicapai.
Inilah
keinginan dan kewajiban manusia yang pertama dan yang berat serta yang makan
banyak tempo.
Sebagai
perbandingan, kami kira ada perlunya diberikan sekadar gambaran dan pemandangan
bagaimana Rusia berhasil membentuk Sosialisme di dalam satu negeri.
Pada tahun
1913 Lenin menulis dalam “Pravda” dengan titel “How to increase per Capita
consumption in Russia”. (Bagaimana cara memperbayak konsumsi – makanan – bagi
tiap-tiap orang di Rusia).
Lebih lanjut
lagi Lenin menulis, bahwa Rusia pada waktu itu adalah negeri yang terbelakang,
yang miskin, dan orang-orangnya masih setengah biadab. Dalam alat-alat
pembikinan barang masih sangat terbelakang; empat kali lipat dari pada Inggris,
lima kali dari pada Jerman, dan sepuluh kali dari pada Amerika. Begitulah
keadaan pada waktu Rusia baru saja terlepas dari genggaman Tsar.
Revolusi
Oktober tahun 1917 di Rusia menang. Ialah Revolusi Proletar yang pertama
berhasil baik dan di sinilah dimulai pembentukan masyarakat sosialis – suatu
transisi langsung dari Kapitalisme ke Sosialisme. Masyarakat sosialis ialah
“Das Reich der Zukunft” ialah “Dunia Pengharapan”.
Rusia adalah
satu negeri yang besar, 1/6 dari dunia. Di Rusia terdapat bahan-bahan tambang
dan pelikan yang memberi kemungkinan untuk mengadakan perindustrian yang
menjadi salah satu dasar dari pada pembentukan masyarakat sosialis. Selain dari
pada mas, kayu, dan bahan-bahan yang terdapat dari alam, maka di Rusia terdapat
bahan yang terpenting untuk pembangunan masyarakat sosialis ialah : batubara,
minyak, besi, dan baja. Rusia negeri yang besar, penduduknya banyak, dan
letaknya negeri itu jauh dari Amerika, jauh dari Inggris, dan hanya Jermanlah
yang menjadi tetangganya, yang tidak aman bagi Rusia pada waktu permulaan
pembentukan masyarakat sosialis. Rencana ini dimulai kira-kira pada tahun 1928.
Pada masa
itu, dengan segera pemerintahan Soviet membikin plan, - membikin rencana
ekonomi yang seluas-luasnya.
Mula-mula
pemerintahan segera menguasai segala alat-alat pembikinan barang. Bersama-sama
itu, pemerintahan mengorganisir lain-lain ekonomi seperti : koperasi, Soviet
ekonomi, kolektif ekonomi, dan lain-lain organisasi yang sementara waktu
menjadi badan-badan bantuan untuk menjalankan rancangan-rancangan Soviet yang
besar. Mula-mula organisasi-organisasi itu berjalan dengan tidak mudah, mereka
mendapat beberapa rintangan dari anasir borjuis kecil yang masih ketinggalan di
Rusia pada masa itu. Di kota-kota besar organisasi itu berjalan lancar dari
pada di kota-kota kecil atau di desa-desa.
Bersama
dengan jalannya organisasi-organisasi itu pemerintah Soviet mengorganisir
segala kekuatan yang ada pada massa – yang ada pada Rakyat jelata dan
mengadakan agitasi dan propaganda serta menerangkan pada Rakyat umum, maksud
dan tujuan rencana Soviet itu. Hasil propaganda itu membawa banyak perubahan
yang sangat penting. Perhubungan buruh dan tani menjadi erat, persaudaraan
antara bangsa dan golongan bangsa-bangsa menjadi amikal dan sebagian penduduk
negeri Soviet bekerja bertambah rajin dan insyaf kepada kewajibannya masing-masing.
Kaum intelektual mendekat pada massa dan massa mencintai golongan intelektual.
Rakyat umum menjadi gembira, membantu, dan bekerja rajin atas kemauan sendiri.
Dengan
segera, pemerintah mengatur pembikinan alat-alat yang membikin barang-barang,
membeli, atau membikin mesin-mesin yang penting bagi keperluan pembangunan
ekonomi sosialis dan meng-rekontruir mesin-mesin yang telah ada,
menyewa, dan mempergunakan ahli tehnik dari luar negeri, pendeknya semua tenaga
dan akan digunakan untuk mewujudkan mesin-mesin yang langsung perlu bagi
perekonomian modern. Setelah itu dimulai, lalu membentuk pegawai-pegawai –
kader-kader – kader tehnik dan kader lain yang berhubungan dengan perekonomian
Soviet. Perlu dikatakan, bahwa dalam riwayat rencana Lima Tahun di negeri
Soviet, bahwa dengan bantuan Stalin, yang mengadakan pendidikan kader-kader itu
telah berhasil dalam waktu yang sependek-pendeknya. Maka kader-kader dan tehnik
itu ialah dasar yang pertama untuk pembangunan masyarakat sosialis – masyarakat
modern.
Pembentukan
masyarakat sosialis di Rusia mengalami banyak rintangan. Pada waktu jalannya
pembangunan Sosialisme di Rusia, negeri-negeri imperialis besar kecil amat
cemburu dan menentang sekali. Negeri-negeri itu mengritik Soviet, menghina-hina
dan membusukkan, mengadakan anti propaganda dengan press kampanye,
menyinggung-nyinggung semua hal yang mengenai pembangunan masyarakat Sosialis.
Dengan segala daya upaya mereka mengadakan sabotase dan memboikot perekonomian
Soviet, dengan mengirimkan spion ke dalam negeri untuk merusak mesin-mesin,
pendek kata mereka menghalang-halangi dengan berbagai jalan untuk mencegah
terlaksananya rencana-rencana Soviet itu.
Setelah
selesai peperangan dunia I, setelah menangnya revolusi di negeri Rusia,
negeri-negeri Inggris, Jerman, yang terutama Inggris mengancam-ancam hendak
menyerang pada Soviet Rusia di Timur jauh. Rintangan-rintangan ini memakan
banyak tenaga dan biaya yang sangat melambatkan jalannya rencana Soviet.
Pembentukan
sesuatu masyarakat sosialis itu dipandang oleh imperialisme sebagai ancaman
yang sangat berbahaya terhadap masyarakat kapitalis.
Sosialisme
ialah suatu masyarakat yang berlaku dengan tidak menggunakan modal. Dalam
masyarakat ini orang dilarang menggunakan tenaga orang lain. Orang merdeka,
semua orang bekerja bagi keperluannya semua orang, jadi tidak segolongan orang ini
bekerja buat golongan lain.
Buat
sementara waktu pada permulaan Sosialisme, masyarakat ini masih menggunakan
aturan Negara (Staat), akan tetapi alat-alat negara Sosialisme itu tidak
berlaku seperti alat-alat Negara yang memerintah, akan tetapi bersifat mendidik
penduduk masyarakat sosialis itu supaya kerajinan dan kehendak untuk bekerja
menjadi tinggi. Dan sebaliknya, alat-alat negara itu diamat-amati oleh seluruh
penduduk masyarakat itu. Sosalisme ialah masyarakat yang menuju kepada
penambahan senantiasa kesejahteraan penduduk masyarakat itu.
Setelah
terbentuknya Sosialisme di negeri Soviet, maka ternyatalah bahwa sesuatu
masyarakat yang semacam itu dapat dan mungkin diselenggarakan di mana juga pun.
Lebih mudah lagi menyelenggarakan Sosialisme di satu negeri besar di mana telah
berada dasar dan syarat-syarat yang perlu untuk menjadi dasarnya masyarakat
sosialis. Umpamanya di Inggris, di Jerman, di Amerika dan juga mungkin di
Jepang. Oleh karena negeri-negeri tersebut telah tersedia alat-alat yang baik
untuk memulai mendirikan rumah tangga sosialis.
Di
negeri-negeri tersebut, telah tersedia banyak mesin-mesin perindustrian berat
atau perindustrian yang penting dan di situ telah banyak kaum kerja yang
telahpandai melakukan alat-alat modern itu, jadi dengan mudah membentuk
masyarakat sosialis. Seperti yang telah diterangkan di atas, bahwa kader-kader
dan tehnik itu adalahsalah satu syarat yang pertama untuk mempercepat
penyelenggaraan Sosialisme. Ini tidak berarti, bahwa negeri-negeri yang
terbelakang, seperti Tiongkok, India, atau Indonesia tidak mungkin membentuk
Sosialisme. Tidak saja mungkin akan tetapi bisa. Tetapi Sosialisme semacam itu
akan berjalan lambat sekali dan tidak mudah mengubah atau mengganti keadaan
yang sudah-sudah dan apalagi untuk bersaingan, menyusul atau memburu
keadaan-keadaan yang adadalam masyarakat kapitalis, dengan yang tidak berdasar
atas mesin-mesin dan alat industri yang modern.
Lain dari
pada itu, selama di dunia masih banyak negeri-negeri kapitalis dan masih kuat,
maka penyelenggaraan suatu masyarakat sosialis di negeri-negeri yang letaknya
berdekatan dengan negeri kapitalis dan yang kekuatan kapital raksasanya masih
besar, yang mengontrol sebagian besar ekonomi negeri lain maka penyeleggaraan
itu tidak mudah dijalankan. Pertentangan antara sistem Sosialisme dan sistem
kapitalisme itu, selama Kapitalisme masih kuat, selamanya ia merintangi adanya
pembentukan masyarakat Sosialis.
Rintangan
itu dijalankan keras dan kejam, dengan terang-terangan dan dengan cara gelap.
Rintangan-rintangan
dan sabotase seperti yang telah dilakukan terhadap Soviet Rusia pada
permulaannya dan masih terlihat perbuatan semacam itu akan dilakukan pula dan
akan lebih kejam dari pada yang sudah-sudah. Lebih banyak jumlahnya
negeri-negeri sosialis lebih cepat menjadi lembeknya kapitalisme dan lembeknya
kapitalisme dapat memudahkan kemungkinan penyelenggaraan masyarakat sosialis.
Selama
kapitalisme masih kuat, negeri-negeri di sekitar Pasifik yang hanya baru
melepaskan dirinya dari genggaman negeri-negeri penjajah – negeri-negeri
merdeka itu sebaik-baiknya berjalan dan berlaku buat sementara waktu, lebih
kurang bersama-sama, di samping kanan-kirinya peraturan kemodalan dan
bersama-sama negeri itu haruslah mengurangi dan menghindarkan diri dari
peraturan-peraturan ekonomi yang bertentangan, sambil meninggikan dan menambah
penghasilan nasional yang langsung bagi keperluan Rakyat dan mempercepat
peraturan ekonomi yang mempercepat tingginya kesejahteraan dan kultur seluruh
penduduk.
Inilah
kewajiban yang pertama, yang berat dan yang terpenting.
XI.
Progressif Ekonomi Nasional (P. E. N.).
Buah
revolusi nasional di Indonesia dalam satu setengah tahun ini telah mengubah
sistem politik ekonomi Negara.
Banyak atau
sedikitnya perubahan semacam ini telah mempengaruhi politik internasional.
Pada waktu
pembangunan Negara soal yang terpenting ialah soal Ekonomi – soal ekonomilah
yang menjadi dasar politik kami.
Ekonomi
Indonesia dalam keadaan rusak. Kerusakan itu ditambah pula dengan krisis dan
peperangan dunia, akan tetapi meskipun begitu Pemerintah telah pandai mengatasi
beberapa kesulitan dan lambat laun ekonomi nasional mulai maju.
Sekarang
timbul pertanyaan : “Perekonomian manakah yang harus dijalankan?”
Mula-mula
harus diketahui berapa banyaknya perusahaan-perusahaan yang telah menjadi hak
milik Negara – perusahaan tanah dan perusahaan industri besar kecil. Selain
dari pada perusahaan-perusahaan Negara kami harus sedapat-dapatnya menambah
jumlah yang telah ada dengan jalan mengoper beberapa perusahaan yang sekiranya
dapat dibeli atau dipinjam dengan bayaran angsuran (obligasi nasional dan
lain-lain pinjaman Negara).
Soal yang
terpenting ialah : Pemerintah harus mempunyai satu-dua perusahaan besar yang
menjadi dasar dan jaminan bagi sebagian ekonomi nasional.
Pertama kali
memperbaiki dan memodernisir alat-alat pembikinan barang. Untuk menyempurnakan
pembangunan Negara sebagian besar dari Rakyat harus mendapat didikan yang
bersemangat antusiasme –giat dan rajin bekerja – dan bersama-sama itu
menguatkan “disiplin kerja”, disiplin seluruh tenaga kerja dalam masyarakat dan
mengontrol sebaik-baiknya segala rencana dan hasil pekerjaan, mengadakan
pilihan personil, mengadakan pilihan lain-lain pegawai atau kader-kader dalam
perusahaan dan pilihan alat-alat Negara. Pemerintah harus senantiasa mencari
jalan untuk meninggikan produksi dan menjalankan agitasi-propaganda yang
disertai semangat “Kompetisi nasional” – saingan atau perlombaan memperbanyak
produksi, perlombaan memperbanyak pembikinan barang – lebih banyak lagi dari
pada yang sudah-sudah untuk memperluas kemakmuran Rakyat.
Perusahaan
tekstil dan lain pertenunan harus diperbanyak dan penghasilan kapuk harus
diperluas.
Untuk
mewujudkan rancangan Progressif Ekonomi Nasional, harus dirancang program Agrikola
yang menambah banyaknya hasil bumi dari seluruh perusahaan Agrikola, salah
satu urat ekonomi yang terpenting dalam ekonomi nasional (gula, teh, kopi,
coklat, tapioka, getah, kopra, tembako, kina, dan lain-lain). Berhubung dengan
rencana Negara ini, pertama-tama Pemerintah berlaku sebagai satu-satunya
pemimpin Ekonomi nasional maka untuk mengharap hasil rencana itu harus
diperhatikan hidupnya dua golongan yang terbesar dalam masyarakat, yang menjadi
dasar ekonomi masyarakat kita.
- Meninggikan dan menambah penghasilan kaum tani tiap-tiap tahun dari 10 hingga 20 pCt. (membantu kaum tani dengan memberi pinjaman alat-alat pertanian modern). Perubahan dan modernisasi masyarakat feodal berarti satu revolusi dalam pertanian yang hingga sekarang belum pernah kejadian di negeri-negeri jajahan meski di negeri Jepang sekali pun di mana tehnik telah memuncak.
- Upah dan penghidupan kaum kerja harus dipertinggikan 20 hingga 30 pCt. Perbaikan nasib kaum kerja mendorong kegiatan bekerja yang berarti menambah produksi.
Juga Hortikultur
(kubis, kentang dan lain-lain, sayuran serta buah-buahan) harus diperbaiki
dan diperbesar.
Di lapangan Peternakan
segera diadakan pemilihan bibit yang baik dan mengadakan kawin – campuran
antara berbagai jenis binatang agar kita lekas dapat binatang ternak yang baik
dan lekas berkembang – biak (kuda Australia, sapi benggala, ayam lehor, dan
lain-lain).
Bersama-sama
dengan majunya Ekonomi nasional harus juga diperhatikan alat-alat Perhubungan
yang memudahkan transport antara distrik-distrik dan afdeling-afdeling,
antara desa dan kota supaya tempat-tempat yang kecil itu mendapat alat-alat
pengangkutan dan lain-lain kendaraan yang praktis, misalnya : trem-trem kecil,
truk, dan lain-lain kendaraan yang lambat laun akan menggantikan gerobak dan
cikar. Kereta api, listrik, trem, dan lain-lain harus menjadi hak milik Negara.
Inilah
Progressif Ekonomi Nasional dalam transisi Negara feodal ke masyarakat yang
progressif yang menjadi tinggi dan modern.
XII. Usul
Kami.
Berhubung
dengan pentingnya Pertahanan Negara, Partai mengusulkan :
- Reorganisasi seluruh tenaga dan kekuatan bersenjata, juga termasuk bagian kepolisian : semua tenaga dan kekuatan bersenjata harus bekerja dengan aktif dan rational : verbrudering dan mempererat persahabatan antara seluruh tenaga dan kekuatan bersenjata atas dasar mencintai nusa dan bangsa – atas semangat patriotisme revolusioner.
- Menuntut bantuan pemerintah memperluaskan agitasi dan propaganda menginsyafkan kaum kerja dan seluruh lapisan tani miskin yang hanya mulai sadar pada hidup politik.
- Membentuk pegawai-pegawai atau kader-kader reserve untuk gantinya pegawai-pegawai tua dan dengan segera menghapuskan pegawai-pegawai yang rudimenter dan menghapuskan birokrasi.
- Mempertahankan Demokrasi revolusioner.
- Perubahan gaji pegawai negeri tidak boleh melebihi dari pada gaji atau upah dari seorang buruh yang cakap bekerja (wage of a competent worker). Perubahan gaji harus dilakukan dari atas ke bawah.
- Kewajiban kami yang pertama ialah : Tidak “mengumumkan pembentukan masyarakat sosialis”, tapi mempersatukan produksi sosial dan pembagian barang-barang itu dikuasai oleh Pemerintah nasional dan dikontrol oleh badan-badan pekerja yang tertinggi. Partai Proletariat yang revolusioner tidak bisa mengizinkan Partai Komunis mempropagandakan terselenggaranya Sosialisme dalam satu negeri di mana sebagian besar dari penduduknya masih terdiri dari tani pertengahan dan di mana sebagian dari penduduknya belum merasa perlu meneruskan jalannya revolusi sosialis.
- Program Agrikola (Agrarian Programme) harus dipusatkan dalam satu kekuasaan yang dipimpin oleh salah satu badan Eksekutif Pemerintah.
- Menambah wakil-wakil buruh dan tani dalam pemerintahan negara.
https://www.marxists.org/indonesia/indones/1947-AliminAnalisis.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar