Wedding Organizer Saat Ini
Mau model apa? Tradisional? Modern? Campuran? Ribet? Atau yang simple?. Uangnya ada berapa? Udah bisa lah membuat acara nikah. Pusing?
Stress? Kan ada WO. Gitu aja kok repot.
Saat ini kehidupan berasa semakin keras dikota-kota se
Indonesia. Kalo bicara Jakarta, Medan, atau Surabaya, sudahlah….itu sudah
merupakan kiblat kota di Indonesia. Saat ini kota besar memang menyita waktu
kita. Sudah menjadi hal biasa
apabila sosialita saat ini memilih dan melakukan hal yang simple. Kehadiran wedding planner atau wedding organizer (WO), menjadi sasaran
utama orang-orang di perkotaan. WO juga disediakan oleh pihak hotel atau gedung
–gedung pertemuan. Kita sadar, menggunakan WO pasti menambah budget. Penambahan
budget ini dimaklumi dengan konsekuensi kita lebih tidak berpikir perihal
“perinthilan” acara pernikahan. Kita cukup focus pada acara saja. Yah paling
baju nikah aja.
Film The Wedding Planner merupakan gambaran bagaimana kita
akan mengetahui konsep dan langkah perusahaan tersebut.WO saat ini merebak baik
kota besar maupun kota kecil. Dalam Film Wedding Planner itulah kita akan
mengerti seluk beluk secara kasar proses persiapan pernikahan.
Film Wedding Planner dibuka dengan ayah mempelai wanita yang sedang
melakukan sambutan kepada undangan. Kata sambutan yang manis dan tersusun
keluar dari mulut bapak tersebut. Ternyata, sambutan pria tersebut merupakan
lypsinc melalui earphone yang dipandu oleh seorang wanita disuatu tempat.
Wanita tersebut adalah si Wedding Planner. Bisa kita bayangkan, konsep WO
sampai pada tahap bantuan untuk pidato. Kalo dipedesaan atau perkampungan, kita
akan melihat WO-WO dari diri sendiri bekerja bersama-sama. Dari angkat kursi
sampai masak untuk hidangan. Tetangga adalah pekerja dari otak WO. Otak WO biasanya
ibu mempelai wanita.kita akan sangat maklum apabila dua jam sebelum acara sang
ibu masih berantakan dandanannya. Acara untuk pembagian tugas kalo disolo akan
disebut Kumbokarnan. Pembagian tugas pada acara tersebut dilakukan, mulai dari kepala
adat atau yang dituakan dikampung atau keluarga sebagai pemberi pidato
sambutan, saudara dekat menjadi penerima tamu dan para tetangga membantu menjadi
tukang masak, memasang terpal atau tenda untuk tempat tamu, menyewa atau
meminjam perabotan, para anak muda kampong atau karabng taruna atau remaja
masjid kebagian jadi sinoman atau pengantar minuman dan makanan untuk tamu. Wo
tradisonal memang terasa kekeluargaan dan begitu dekat. Kita akan menyadari
arti penting saudara dan tetangga.
konsep WO meniadakan itu semua. Tetangga dan saudara tinggal duduk manis menikmati acara. Para tetua cukup ada didepan manggut-manggut sampai akhir acara untuk foto bersama,done. Untuk budget, ada rate harga yang sudah ditentukan oleh WO. Pelanggan juga diberi opsi mengenai sejauhmana keterlibatan WO dalam acara mereka.
Sikap terbuka antara pelanggan dan WO terkait pelaksanaan
kegiatan dan anggaran. Konsep dan dana harus dibicarakan sampai dalam. Ketika
kita saling terbuka dan berdiskusi, kita akan mengharapkan hasil yang kita harapkan
terwujud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar