Menghindari makanan yang Katanya…
Iseng iseng saya membuka email,
sudah lama rupanya email nggak dibuka. Ternyata , ada broadcast tetangga
sebelah perihal bahaya bahan-bahan yangmembahayakan. Sebenarnya nggak gitu-gitu
percaya amat sih. Broadcast ini membahas bahaya botol bekas plastic, sate yang
dibakar, udang dan vitamin c, mie instan, dan makanan dalam kemasan.
BEKAS BOTOL AQUA. Botol bekas
minuman mineral masih sering digunakan oleh kita dan menaruhnya di mobil atau
di kantor. Menurut broadcast tersebut, Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan
plastic botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate or PET)
mengandung zat karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali
saja, katanya sih tidak boleh lebih dari seminggu, dan harus ditaruh ditempat
yang jauh dari matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan
plastik rusak dan zat karsinogen itu
bisa masuk ke air yang kita minum.
PENGGEMAR SATE. Nah kalau ini, saya sampai
membaca ini berkali-kali.Kalau Anda makan sate, katanya nih kita harus makan
timun setelah makan sate. Katanya, ketika kita makan sate, kita ikut juga
mengkonsumsi karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker. Obat
yang mujarab adalah makan timun setelah nyate. Sate katanya mempunyai zat
Karsinogen (penyebab kanker) dan timun memiliki anti Karsinogen.
UDANG DAN VITAMIN C. menurut si
pembuat broadcast, haram makan udang bersama –sama dengan vitamin c. kalo tetap dilaksanakan, akan menyebabkan
keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari Udang dan
Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat keracunan yang fatal dalam hitungan jam.
Nggak tahu, apakah ini benar atau salah, yang jelas, saya nggak akan
mencobanya, secara udang adalah makanan teraneh yang pernah saya lihat.
MI INSTAN. Saya berkali-kali
menggaruk-garuk kepala ketika membaca masalah ini.saya harus menunggu 3 hari
untuk makan mie lagi setelah makan mie. Hmmm saya langsung menarik nafas
panjang.Dari informasi broadcast ini, ada lilin yang melapisi mi instan. Lilin
itu konon yang menyebabkan tidak lengket ketika dimasak. Karena konsumsi lilin
setiap hari, menyebabkan terjadinya kemungkinan seseorang terkena kanker.
Menurut broadcast tersebut, lilin dari mie tersebut dibutuhkan 2 hari untuk
bias keluar dari tubuh.
DIBALIK KEMASAN MAKANAN. Ada
berbagai kemasan menurut si pembuat broadcast yang harus di hindari, yakni
kertas dan stiryofom. Kertas . kadang waktu kita beli makanan, ibu ibu pasar
sering menggunakan kertas Koran atau kertas majalah sebagai pembungkus makanan.
Ternyata, kertas tersebut terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang
ditentukan. Di dalam tubuh kita, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau tangan
kita. Setelah melewati pencernaan, baru menuju sistem peredaran darah dan
kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain, seperti: ginjal , hati, otak,
saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3
P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) & paralysis (kelumpuhan) . Styrofoam.
Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene merupakan pilihan jamak bagi para
penjual karena kemasannya yang manis dan menarik. Namun, kepraktisan adalah
poin utama. Styrofoam katanya dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan para
pembuat styrofoam karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan
bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan
panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan
keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan. Pada Juli
2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu
styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan
endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan
pada system endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen
dalam makanan.
Terkesan sederhana, namun bagi
anak kost, pilihan lain susah untuk digunakan. Kesadaran bahwa balutan makanan
tidak tersebut cukup bagi anak kost yang
memiliki pilihan lain.
Sumber: berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar