Eksibisionisme Seseorang
Menurut Tri Hadi, Psikolog Klinis dari Rumah
Hati mengatakan eksibisionisme adalah suatu kelainan seksual yang termasuk
dalam kategori Paraphilia, yaitu
objek pemenuhan kebutuhan seksual yang tidak lazim dan dianggap menyimpang. Penderita
eksibisionisme atau disebut eksibisionis mendapatkan rangsangan seksual ketika
melihat reaksi korban saat terkejut, takut, menjerit, teriak, atau lari. Di
situ dia membayangkan wajah korban dan mulai masturbasi sampai mencapai
orgasme. Sedangkan Wikipedia menyebutkan Ekshibisionisme adalah tindakan memamerkan atau mengekspos, dalam
konteks publik atau semi-publik, bagian-bagian tubuh seseorang yang biasanya
tertutup - misalnya, payudara, alat kelamin, atau bokong. Praktik ini
mungkin timbul dari hasrat atau dorongan untuk mengekspos diri mereka sedemikian
rupa kepada kelompok teman-teman, kenalan, atau orang asing untuk hiburan
mereka, kepuasan seksual, atau untuk kesenangan berhasil mengejutkan
pengamat yang tidak menduganya.
Eksibisionis dapat terjadi pada pria maupun
wanita. Pada pria, penderita menemukan kepuasaan saat melihat perempuan
menunjukkan ekspresi saat melihat
genitalnya. Pada wanita, penderita menemukan kepuasan melihat pria terangsang
saat melihat alat kelamin, payudara atau pantatnya. Beberapa eksibisionis
ditangkap atas kejahatan yang melibatkan kontak dengan korban. Eksibionis bermasturbasi
ketika berfantasi atau ketika memamerkannya.
Eksibisionisme (exhibitionism atau sering
disebut dengan istilah flashing) merupakan fantasi seksual secara terus-menerus
melibatkan perilaku dimana individu memamerkan bagian genitalnya kepada orang
asing yang tidak mau melihatnya. Perilaku tersebut bertujuan untuk mengejutkan,
menakuti, dikagumi, atau menimbulkan rasa jijik pada orang yang menjadi
sasaran.
Beberapa jenis
perilaku dapat dimasukkan sebagai suatu bentuk eksibisionisme menurut wikipedia,
di antaranya:
- Anasirma: mengangkat rok ketika tidak mengenakan celana dalam, dengan tujuan untuk memamerkan alat kelamin.
- Flashing: membuka secara sementara anggota tubuh yang biasanya tertutup. Pada perempuan misalnya memamerkan secara singkat payudara telanjang dengan gerakan mengangkat dan menurunkan pakaian dan/atau bra secara singkat. Atau juga memamerkan secara singkat alat kelamin laki-laki atau perempuan.
- Martimaklia: Suatu jenis parafilia yang melibatkan ketertarikan seksual agar orang lain menonton tindakan seksual yang dilakukannya.
- Mooning: mempertunjukan bokong telanjang dengan cara mendodorkan celana dan celana dalam. Perilaku ini cenderung menjadi berstandar ganda berbasis jender: jika dilakukan oleh laki-laki, perilaku ini lebih sering dianggap lelucon, humor, hinaan atau ejekan, dan tidak ada hubungannya dengan rangsangan seksual; sedangkan jika dilakukan oleh perempuan, hal kebalikannya terjadi, yaitu dianggap rangsangan seksual (atau sedikitnya perhatian seksual) kepada orang sasaran yang ditunjukan.
- Streaking: aksi berlari telanjang bulat melintasi tempat umum. Tujuannya biasanya bukan bersifat seksual, tetapi nilai ketegangan dan "kejutan", dan dapat dilakukan laki-laki atau perempuan.
- Kandaulisme: ketika seseorang menelanjangi pasangan seksualnya dengan cara yang eksplisit.
- Reflektoporn: aksi menelanjangi diri sendiri dan mengambil gambar (foto atau video) dengan menggunakan permukaan memantul, seperti cermin, kemudian mengunggah gambar tersebut ke internet atau forum publik. Contoh perilaku ini termasuk "pantulan laki-laki atau perempuan telanjang yang terpantul pada permukaan ceret, televisi, pemanggang roti, dan bahkan pisau, sendok dan garpu". Contoh ini dimulai dengan tren yang melibatkan seorang pria menjual ceret dalam acara lelang di Australia, dan memamerkan foto ceret dengan pantulan tubuh telanjangnya pada permukaan ceret; contoh lainnya termasuk sebagai berikut, dan istilah spesifik "reflektoporn" pertama kali dipopulerkan oleh Chris Stevens di Internet Magazine.
- Skatologia telepon - Beberapa peneliti mengklaim bahwa perilaku ini adalah varian eksibisionisme, meskipun tidak terdapat komponen interaksi fisik secara langsung.
Secara umum,
menurut wikipedia terdapat dua kelompok utama eksibisionisme. Eksibisionisme
yang tidak berbahaya, dan eksibisionisme yang berbahaya. Dalam karya ilmiah Forensik
dan Aspek Medik-Legal atas Kejahatan Seksual dan Praktik Seksual yang Tidak
Biasa (2009) mengklasifikasikan eksibisionisme sebagai berikut.
Kelas I: Eksibisionis berfantasi
Orang-orang
ini berfantasi memamerkan alat kelamin mereka kepada orang-orang yang tidak
curiga, tetapi terlalu takut untuk benar-benar melaksanakan fantasi itu. Mereka
cenderung untuk tetap bahagia hanya dengan fantasi eksibisionis mereka.
Beberapa dari mereka mungkin beralih ke eksibisionisme zoofilik untuk memenuhi
fantasi mereka, karena tampaknya ini adalah kegiatan yang lebih aman.
Kelas II: Eksibisionis murni
Orang-orang
ini puas dengan hanya memamerkan alat kelamin mereka dari kejauhan dan bermasturbasi. Mereka tidak menyentuh korban mereka atau benar-benar menyakiti
mereka dengan cara apapun.
Kelas III: Eksibisionis kriminal
Pelanggar
jenis ini adalak kelompok eksibisionis yang paling banyak. Mereka juga terlibat
dalam kejahatan seksual lainnya, terutama pedofilia dan penganiayaan anak. Setelah menemukan seorang anak sebagai
korban, perilaku seksual mereka mungkin dimulai dengan eksibisionisme, tetapi
dapat berkembang menjadi kejahatan pelecehan seksual dan penganiayaan anak. Hal ini dianggap
sangat berbahaya bagi masyarakat dan memerlukan perhatian lebih.
Kelas IV: Eksibisionis ekslusif
Pelaku ini
tidak dapat membentuk hubungan romantis normal dengan orang dari kelompok
preferensi jender mereka, dan tidak bisa melakukan hubungan seksual yang
normal. Bagi mereka, eksibisionisme adalah satu-satunya saluran untuk kepuasan
seksual. Penderita eksibisionis tersebut tampaknya tidak dilaporkan dalam
literatur sejauh ini, tetapi berdasarkan teori kesetaraan parafilia, dapat
diprediksi bahwa jenis seperti ini memang ada dalam masyarakat dan mereka akan
dilaporkan suatu saat nanti. Perilaku, mereka terletak di ujung ekstrem dari
kontinum parafilia karena mereka tidak dapat membentuk hubungan romantis normal
dengan orang lain.
Dibawah ini
adalah berbagai macam penanganan penderita eksibisionis menurut https://psikologiabnormal.wikispaces.com/Eksibisionis:
- 1. Terapi Psikoanalisis
Pandangan psikoanalisis adalah gangguan itu
timbul karena adanya gangguan karakter yang dahulu disebut gangguan
kepribadian, sehingga sangat sulit untuk ditangani dengan keberhasilan yang
cukup memadai.
- 2. Teknik Behavioral
Para terapis dari aliran behavioral mencoba
untuk mengembangkan prosedur terapeutik untuk mengubah aspek seksual individu.
Terapi aversif dilakukan dengan memberikan kejutan fisik saat seoseorang
menunjukkan perilaku yang berkaitan dengan parafilia. Metode lain, disebut
satiation yaitu seseorang diminta untuk bermasturbasi untuk waktu lama, sambil
berfantasi dengan lantang. Kedua terapi tersebut, apabila digabungkan dengan
terapi lain seperti pelatihan kemampuan sosial, dapat bermanfaat terhadap
paedofilia, transvestisme, eksibisionisme, dan transvestisme (Brownell, Hayes,
& barlow, 1977; Laws & Marshall, 1991). Cara lain yang dilakukan adalah
orgasmic reorientation, yang bertujuan membuat pasien belajar untuk menjadi
lebih terangsang pada stimulus seksual yang konvensional. Dalam prosedur ini
pasien dihadapkan pada stimulus perangsang yang konvensional, sementara mereka
memberi respon seksual terhadap rangsangan lain yang tidak konvensional.
Terdapat pula teknik lain yang umum digunakan, seperti pelatihan social skills.
- 3. Penanganan Kognitif
Prosedur kognitif sering digunakan untuk
mengubah pandangan yang terdistorsi pada individu dengan parafilia. Diberikan
pula pelatihan empati agar individu memahami pengaruh perilaku mereka terhadap
orang lain. Banyak program penanganan yang memberikan program pencegahan
relapse, yang dibuat berdasarkan program rehabilitasi ketergantungan
obat-obatan terlarang.
- 4. Penanganan Biologis
Intervensi
biologis yang sempat banyak diberikan dua generasi yang lalu adalah dengan
melakukan kastrasi atau pengangkatan testis. Baru-baru ini, penanganan biologis
yang dilakukan melibatkan obat-obatan. Beberapa obat yang digunakan adalah
medroxyprogesterone acetate (MPA) dan cyptoterone acetate. Kedua obat tersebut
menurunkan tingkat testosteron pada laki-laki, untuk menghambat rangsangan
seksual.
dalam kasus
postingan di media sosial, harus dilihat apa motivasi mengunggah fotonya
sendiri yang telanjang. Apakah orang tersebut mendapat kepuasan seksual setelah
mengunggahnya atau apakah orang yang melihat foto tersebut akan merasa takut
atau malah justru senang. Tidak semua orang yang mengunggah foto tersebut dapat
disebut eksibisionis. Postingan tersebut termasuk fenomena sosial yang disebut
narsisme (tahap parah). Apabila perempuan sengaja (seperti penari striptease), mereka tidak
dikategorikan eksibisionis, karena motivasi tidak untuk mencapai kepuasan
seksual.
Di beberapa negara perilaku eksibisionisme
merupakan kriminalitas karena dianggap sebagai perilaku tidak menyenangkan atau
bahkan dikategorikan sebagai tindakan pelecehan seksual. Pelaku eksibisionisme
tidak pernah dan jarang sekali memamerkan bagian genitalnya dengan telanjang
bulat sebelumnya, berbeda dengan pelaku pornografi, untuk memberi kesan bahwa
paraphilia seperti yang ia lakukannya adalah lumrah terjadi dan nyata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar