Menjual Fantasi: Kisah Cinta
Fiona
Ingat Fiona?, ia adalah gadis
cantik yang masih mengharapkan cinta kekasihnya. Fiona harus menghadapi hatinya
yang ragu dan adanya orang ketiga. Pada tahun 2009, Kisah Fiona lumayan sering ditayangkan
di layar televisi, kisah cinta yang dikemas dalam iklan mini produk Ponds,
sebuah produk kecantikan dalam judul Flawless Beauty.
Kisah percintaan Fiona memang
menarik bagi pihak adam maupun hawa. Romantisme kisah yang dibuat membuat kaum
haswa melayang, sedangkan kecantikan Fiona memaksa si Adam senang melihat iklan
Ponds tersebut. Cerita sengaja dipotong dan ditunda penayangan di episode
berikutnya untuk memancing rasa ingin tahu dari pemirsa. Fiona yang nongol tiap
hari di tv kala itu , akhirnya membuat bebrapa pemirsa mampu mengimajinasikan
sendiri khayalan cinta sejatinya. Iklan Ponds
telah berhasil memberikan sebuah khayalan bagi penikmatnya si marketer akhirnya
berhasil dengan selipan produk di iklan tersebut. Cinta sejati dalam balutan
Ponds.
Dalam mencapai tujuan pemasaran,
pemasar tidak lagi hanya mengandalkan paradigma decision-oriented approach.
Dalam paradigma decision-oriented approach (menurut Roy Goni), konsumen dilihat
sebagai pengolah informasi untuk membuat keputusan. Hal ini memiliki arti
konsumen dipandang sebagai mahkluk rasional yang hanya memberikan keputusan
berdasarkan pertimbangan rasional. Berpikir rasional artinya berpikir
sistematis dengan mempertimbangkan pro dan kontra dari sebuah pilihan, dalam
hal ini pilihan merk dalam suatu proses pembelian.
Memang paradigma tersebut masih
tepat dan diperlukan, namun terdapat banyak hal yang masih luput diperhatikan,
seperti fantasi dan mimpi. Pengalaman
hidup sehari-hari, baik pergaulan sosial, buku-buku, majalah, tontonan
televisi, radio, telah memperkaya alam bawah sadar konsumen. Sehingga, tanpa
disadari di dalam diri masing-masing konsumen terbentuk bermacam-macam fantasi,
mimpi, dan harapan, baik yang sifatnya baru atau memperkuat yang sudah ada.
Alam bawah sadar manusia seperti perekam
tersembunyi yang merekam banyak informasi. Hasil rekaman tersebut tersimpan
baik dan dapat dimunculkan sesuai dengan keadaannya. Alam bawah sadar kita mampu menyimpan informasi secara tidak
terbatas. Ketika informasi disampaikan secara berulang, rekaman otak akan semakin
mudah untuk.
Iklan Ponds dibuat menarik dan
ditayangkan berulang-ulang dengan bumbu to be continued menyasar pada alam
bawah sadar kita. Patut untuk dicermati, model iklan tersebut seperti iklan
rokok, tidak menonjolkan merk sebagai alat kosmetika Ponds mengambil porsi
romantika, yakni kisah cinta, kisah yang tetap enak saja ditonton. menumpang dalam sebuah fantasi yang lazim
menjadi impian semua orang, yaitu fantasi kisah percintaan sejati dengan
kekasih. Dalam iklan ini, produsen memancing konsumen untuk terlibat menjadi
saksi dalam kisah percintaan Fiona. Selanjutnya kisah percintaan ini akan
menjadi ilham dan inspirasi bagi konsumen, sekaligus konsumen dapat meniru cara
Fiona untuk memenangkan cintanya, yaitu dengan menggunakan produk Ponds.
Fantasi yang diciptakan oleh model iklan Ponds
tersebut akan mempengaruhi diri konsumen baik secara rasional maupun irasional.
Konsumen tidak akan langsung membeli, tapi radarnya akan tertanam dengan merk bernama
Ponds. Ponds menjadi apa yang akan diinginkan (want), bukan membeli apa yang
dibutuhkan (need). Membuat want sejajar atau melebihi need, menjadi jalan
panjang Ponds.
Memunculkan want yang sejajar
atau melebihi need merupakan acuan utama para marketer untuk melariskan suatu
produknya. Atau bias jadi want menggantikan need, kekuatan inilah yang (bias
jadi) diinginkan para marketer. Imajinasi yang ditampilkan mampu menguatkan
imehj want menjadi lebih tajam.
Bentuk iklan yang elegant dan
berkonsep juga menaikkan derajat Ponds. Positioning tersebut membuat para
konsumen menginginkan keanggunan yang tergambar sesuai imajinasinya.
Menciptakan fantasi-fantasi baru dan
mengkaitkannya dengan merk perusahaan menjadi sangat penting bagi para marketer.
Fantasi itulah yang akan mempengaruhi
trend bagi pengguna. Trend tersebut akan membuat marketer berhasil menanamkan
imajinasi menjadi lebih laku dipasar. Menurut
Roy Goni, ada tiga fantasi yang fundamental di balik proses pengambilan
keputusan konsumen untuk membeli suatu produk maupun jasa. Pertama, fantasi
akan pengakuan sosial dan rasa bangga (self esteem). Produk-produk yang dapat
memuaskan fantasi ini adalah seperti kosmetik, barang-barang mewah, kendaraan
mewah, pakaian, dan barang lainnya. Kedua, fantasi akan kebebasan, suatu
keinginan untuk dapat terbebas dari suatu keterbatasan, misalnya produk seperti
walkman, ipod dan berbagai gadget mutakhir yang dapat memberikan kebebasan bagi
pemakainya. Selain itu adalah jasa perbankan yang memberikan berbagai macam
layanan akses yang memudahkan nasabah, tayangan televisi berbayar yang
memberikan akses dunia lebih luas, dan lain sebagainya. Dan ketiga adalah
fantasi akan idola yang dipuja. Setiap orang mendambakan role model dari
seorang hero atau idol yang diidamkan, baik itu penyanyi, artis,atlet, ilmuwan,
maupun tokoh politik. Pada tataran ini, bukan hanya industri musik, olahraga,
perfilman yang dapat memanfaatkan fantasi tersebut, namun lebih lanjut industri
seperti telekomunikasi juga dapat memanfaatkannya.
Fantasi yang dituturkan Roy
tersebut layak untuk dijadikan acuan, bagian manakah bagi para marketer Ponds
memposisikan bidikannya.
Setujukah anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar