Rasulullah dan Poligami
Sekita abad 6 masehi atau sebelumnya, suku Quraisy, yakni
keturunan Rasulullah tinggal. Kehidupan sebelum dikenal oleh islam adalah
kehidupan bar bar masa lampau. Kehidupan jahiliyah dimana terjadi legalisasi terhadap
perbudakan, legalisasi terhadap kekerasan, legalisasi terhadap pengorbanan,
legalisasi terhadap pembunuhan anak perempuan., dan legalisasi legalisasi
bentuk lain. Pada masa itu Ka’bah masih dipenuhi oleh patung-patung untuk
sesembahan. Pada abad itu kota Mekkah ditempati oleh kaum Quraisy. Pada saat
itu tatanan kehidupan sosial memang tidak teratur, masyarakat terpecah menjadi
bersuku-suku yang saling berperang satu sama lain, serta perempuan tidak
memiliki hak dan kekuatan sosial, kemanusiaan ataupun hukum. Laki laki dapat
memiliki istri sebanyak yang mereka inginkan.
Di kota Mekkah itulah Rasulullah lahir dengan nama
Muhammad. Beliau lahir dari rahim Aminah. Ayahnya, Abdullah meninggal ketika Muhammad belum lahir.
Ibunyapun meninggal beberapa tahun setelah Muhammad lahir. Dibawah asuhan
pamannya, Abdul Mutholib, Beliau tumbuh menjadi pemuda yang memiliki kepribadian
mulia. Beliau pada umur 25 tahun menikah dengan atasannya yang janda, Khadijah.
Khadijah ketika menikahi Muhammad berumur 40 tahun. Dan status Khadijah saat itu adalah janda dan mempunyai 6
orang anak, 2 lelaki dan 4 perempuan. Muhammad
hanya memiliki satu istri sampai meninggal Khatijah. Entah apa yang telah
dipesankan melalui jalan muhammad, dimana disekitarnya sudah menjadi kelaziman
pada jaman itu bahwa seorang lelaki memiliki banyak istri. Dengan Khatijah,
lahirlah fatimah , putri Rasulullah yang menghasilkan keturunan Hasan dan
Husein. Ketika berumur 40 tahun, Muhammad dikukuhkan menjadi Rasulullah
terakhir. Beliau mendapatkan wahyu pertama kali dan kemudian disusul perintah
untuk menyebarkannya. Senantiasa Dalam menyebarkan wahyu, Nabi Muhammad SAW
mendapatkan tentangan yang sangat berat dari kaum Quraisy. Tapi karena bantuan
sang istri, yang mempunyai status sosial tinggi dan sang paman Abu Thalib, seorang
pemimpin Quraisy yang disegani, beliau masih bisa bertahan di dalam kota
Mekkah. Setelah kurang lebih 25 tahun membina rumah tangga yang harmonis, sang
istri tercinta meninggal disusul kemudian sang paman Abu Thalib. Kematian 2
orang inilah yang menyebabkan tekanan kaum Quraisy menjadi tak tertahankan
lagi. Siksaan demi siksaan didapat oleh Nabi dan pengikutnya yang masih
sedikit. Kemudian turunlah syari’at yang membolehkan untuk membela diri dalam
peperangan.
Dengan munculnya syari’at membela diri, menimbulkan bayak
munculnya syuhada. Hal itu menambah banyak muslimah yang kemudian menjanda
karena ditinggal mati suami, baik itu
yang meninggal wajar, karena perang, karena siksaan ataupun ditinggal oleh
suami karena pindah kembali ke kepercayaan awal atau kepercayaan lain. Benar-benar
pada masa tersebut janda begitu banyak. Karena itulah kemudian untuk lebih
memperkuat hubungan persaudaraan, memperkuat ikatan, menjauhkan para janda
untuk kembali ke kepercayaan lama, merangkul pihak yang memusuhi, memerdekakan
budak serta menyebarkan islam, Nabi memutuskan memperistri 10 orang perempuan.
Bukan untuk hawa nafsu atau menghindari hawa nafsu. Perlu diingat., bahwa
setelah Khatijah, beliau menikahi Saodah, seorang janda yang umurnya jauh
diatas beliau dan sudah memiliki anak. Wajah Saodah jauh dari cantik. Itupun
setelah menerima usul dari sahabat-sahabatnya.
Baru setelah itu turunlah ayat QS 4:3 : “Dan jika
kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu mengawininya) , maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang
kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
berlaku adil[265], maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang
kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya”
[265]. Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam
meladeni isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain yang bersifat
lahiriyah.
[266]. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat
tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami sudah ada, dan pernah pula dijalankan
oleh para Nabi sebelum Nabi Muhammad s.a.w. Ayat ini membatasi poligami sampai
empat orang saja
Kemudian oleh ayat QS 4:129 : Dan kamu sekali-kali
tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri( mu), walaupun kamu
sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung
(kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika
kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan), maka sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Ayat ini
turun sebagai pembatas, bukan sebagai anjuran atau kesunahan. Pada masa itu,
lazim memiliki istri banyak, tapi pertanggungjawaban tidak seperti yang
diinginkan. Pembatasan menjadi empat isteri merupakan suatu langkah maju.
Apakah sempat dipikirkan kenapa muncul istilah permaisuri?. Pada ayat lainnya
disebutkan bahwa sebenarnya lelaki tidak bisa adil terhadap isteri isterinya.
Kita
sekarang pasti sudah kenal dengan Poligami award. Suatu hal kontroversial yang
sempat membuat Mantan ibu Negara, Ibu Abdurrahman Wachid kebakaran jenggot.
Atau klao kita masih ingat bagaimana eksposnya Wong Solo menceritakan kisah
poligaminya dan memberi nama yang berbau poligami pada menu resepnya. Belum
lagi reda, kisah fenomel Aa Abdullah Gymnastiar yang menikah lagi. Bukan itu
pointnya. Tapi ketika proses penghormatan
terhadap janda dan tidak bersifat pilih paras bermain, hal tersebut
masih diwajarkan. Disebuah kota
yang sudah tertata kehidupan sosial, hukum dan tidak ada lagi perlakuan
sewenang wenang terhadap perempuan. Meskipun sulit untuk dikatakan sempurna,
karena memang produk manusia yang notabene kurang sempurna. Ada seorang lelaki
yang memutuskan menikahi seorang janda muslimah cantik yang bekerja dengan 3
anak disamping istri pertamanya yang masih hidup dengan 7 orang anak, sesuaikah
dengan yang dicontohkan Nabi Muhammad? Aku pribadi sangat sulit menemukan
kesamaannya. Memang sulit karena Rsulullah menikahi lebih dari lima isteri dan hanya memiliki satu keturunan
dari isteri pertama, isteri yang lain beliau tidak memiliki keturunan. Ada beberapa argument
yang terasa lucu, daripada TTM (Teman Tapi mesum), lebih baik dijadikan isteri
kedua. Memang, argument tersebut untuk kalangan beberapa pihak masuk juga sih,
tapi kasihan juga istrinya ya, suaminya yang jelalatan, kok tidak puasa,
padahal isteri musti nurut suami dan menjaga harta suami karena amanah. Ketika
argument tersebut muncul, yang terbayang adalah isteri saya. Ketika saya keluar
rumah, kemudian saya melihat wanita seksi, saya menjadi nafsu, kemudian pulang
ke rumah, kemudian bilang ke isteri saya bahwa saya menginginkan dia, dia
melayani, selesai. Kalau mungkin isteri saya sedang berhalangan, ada cara lain
untuk menyalurkannya, tinggal diskusi ke istri bagaimana caranya. Namun apabila
kita pas diluar rumah, kemudian melihat lawan jenis yang membuat syahwat kita
naik, kemudian kita datangi, bersilaturahmi lah kita, makin lama makin dekat,
lama-lama menjadi TTM, yah, apakah hal tersebut harus menjadi tanggungan isteri
karena kelakuan kita?. Apabila pemikiran kita hanya seksualitas saja, apakah
bisa menjadi jalan keluar?, hal itu masih menjadi pertanyaan yang mendalam
dalam diri saya. Ketika hal tersebut menjadi hal yang menanyakan pada diri
saya, saya semakin bingung. Sekarang dengan dalih poligami ibadah, konsep
poligami menjadi umum diperlihatkan secara umum. Saya menjadi agak mafhum
ketika seorang kartunis luar negeri yang menggambarkan Nabi Muhammad dengan
banyak wanita seakan akan tukang kawin. Entah kenapa merasa agak mafhum, mafkan
saya,. Hal tersebut bisa terjadi karena kita sebagai ummat islam mengumbar
kisah dan perbuatan tersebut seakan-akan hal tersebut lumrah dan harus ditujukkan
dengan kepala tegak.
Apakah
kita masih ingat dengan Fatimah,?. Anak Rasulullah dan isteri dari Ali bin Abi
Tahlib, beliau meminta kepada suaminya untuk tidak mempoligami. Rasulullah pun
melarang Ali bin Abi Thalib untuk melakukan poligami. Mampukah kita berpikir
bahwa anak kita besok akan dipoligami? Kita tidak usah membahas tentang ijin
seoang isteri pertama. Namun pembicaraan ini diluar konteks ketika poligami
dilakukan dalam hal keturunan, saya tidak berani membahas sampai dsitu, berat.
Dan saya tidak ingin membahasnya, karena saya alhamdulillah sudah dikaruniai
keturunan, terima kasih Istriku, Allah Maha Besar. Kalau kita pernah membaca
buku ketika Cinta Bertasbihnya Kang Abik, kita akan diberikan catatan tentang
syarat Ana Athafunnisa ke pada Furqon untuk tidak menduakan dirinya selama dia
masih hidup dan mampu melayaninya. Ada
titik batas disitu. Sebenarnya yang ingin dilingkarkan adalah titik penghormatan
kepada wanita sebagai bentuk wanita secara utuh. Bukannya saya anti poligami,
dan saya tidak berani bilang bahwa saya anti poligami, takut saya akan
mengalami hal tersebut, saya tidak akan mampu mengolah jawaban tersebut.
Nah
sekarang dari anak-anak. Tentunya ada efek psikologi terhadap anak karena
memang memiliki kehidupan orang tua yang berbeda dengan teman sepermainannya.
Mudah2an anak anak bisa mendapatkan perhatian yang rata dan memiliki teladan
yang selalu ada bila di butuhkan. Jangan sampai mencari tokoh yang kurang baik
seperti tokoh2 smack down yang lagi heboh. Setiap anak pasti butuh tokoh
panutan, dimana orang tua harus bisa memenuhinya. Kadang harus melalui proses
sebelum menemukan tokoh yang benar2 pas. Seperti aku mencontoh ayah yang hanya
menyediakan satu tempat disandingnya. Meski butuh waktu untuk menyadari bahwa
ada cinta sejati yang tulus dalam keheningan. Tanpa warna, tanpa jejak.
Jangan
langsung ber husnudzon (berperasangka baik) atau bahkan su’udzon (berperasangka
buruk) terhadap kejadian tanpa melihat lebih jauh karena kita tidak akan bisa
menyerap hikmah yang ada. Tetaplah belajar kebaikan dari semua orang siapapun
itu. Kalo kita berguru pada seseorang tapi tidak bisa melihat kelemahan orang
tersebut, mulailah berhati hati. Sebab itu awal dari penyimpangan dan awal
matinya akal dan hati kita. Juga jadikanlah alam semesta ini sebagai guru kita.
Sakit sekali kalau ada yang mengatakan Islam tuh buat tukang kawin. Islam
adalah Rahmatan lil ‘Alamin (Islam membawa Rahmat bagi seluruh alam semesta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar