Ketika Tokoh Bangsa
Memandang J.B. Sumarlin
Prof. J.B. Sumarlin,
Ph.D.merupakan salah satu tokoh Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI yang memiliki
banyak penghargaan, Selain pernah dinobatkan sebagai Menteri Kuangan Terbaik
versi Euromoney dan Asia Money, Prof. Sumarlin juga pernah menyandang sejumlah penghargaan
bergengsi. Atas jasanya pada masa perang kemerdekaan, Prof. Sumarlin memperoleh
penyematan Bintang Mahaputra Adiprana III padatahun 1973. Prof. Sumarlin juga
memperoleh penghargaan Bintang Groot kruis in de Orde van Leopold II dari
pemerintah Belgia pada tahun 1975. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Indonesia memberikan penghargaan Wirakarya Adhitama
kepada Prof. J.B. Sumarlin, Ph.D., dengan dihadiri oleh Keluarga, kerabat dekat
dan Pimpinan Universitas Indonesia. Pemberian penghargaan ini adalah bentuk
apresiasi tertinggi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis kepada “Tokoh Kepeloporan”
yang atas karyanya yang tiada henti untuk membangun bangs secara terus menerus
hingga kini melalui dunia pendidikan, dunia industry dan juga pemerintahan.
Tim ekonomi di awal Orde Baru adalah tim yang solid,
bekerja keras dan terorganisir dengan sangat baik. Mereka berhasil mengatasi
kondisi ekonomi yang terpuruk, hiperinflasi dan hilangnya kesempatan kerja. Tim
yang sering dijuluki sebagai Mafia Berkeley ini adalah tim yang mengangkat
Indonesia dari negeri yang hampir bangkrut menjadi sebuah negeri yang berjaya.
Dengan strategi trilogi pembangunan dan delapan jalur pemerataan, tim ini
bekerja melalui tahapan pembangunan lima tahunan. Apalagi di tahun 1970-an
mereka mendapatkan keberuntungan melalui minyak bumi yang booming.
Salah satu anggota tim ekonomi
tersebut adalah J. B. Sumarlin. Keterlibatan Pak Marlin dalam tim ekonomi Orde
Baru diawali di tahun 1969 sebagai Deputi Kepala Bappenas Bidang Fiskal dan
Moneter. Kemudian berturut-turut sebagai Menteri Penertiban Aparatur Negara
(1973), Kepala Bappenas (1983), Menteri Keuangan (1988) dan Kepala BPK (1993).
Dengan demikian Pak Marlin adalah salah satu dari tim ekonomi Suharto yang
terlibat dari awal sampai akhir.
Pak Boediono, yang saat buku ini dipersiapkan masih
menjabat sebagai Wakil Presiden menjelaskan situasi pembangunan politik dan
ekonomi. Beliau masuk dalam lingkaran tim ekonomi karena tulisannya di KOMPAS
dibaca oleh pak Marlin. Pak Boediono menjelaskan bahwa disfungsionalitas dan
degenerasi demokrasi adalah dua masalah politik yang harus diwaspadai oleh
negara (hal. 3). Disfungionalitas demokrasi terjadi apabila para politisi hanya
semarak dalam berdemokrasi tetapi tidak berkomitmen untuk menata sendi-sendi demokrasi.
Disfungsionalitas demokrasi tidak bisa diatasi dengan mengutak-utik segi-segi
formal sistem demokrasi, tetapi hanya bisa diatasi dengan komitmen seluruh
bangsa untuk sepakat dengan sebuah sistem. Sedangkan tentang degenerai
demokrasi terjadi karena sistem yang kemudian menjadi otoriter, antidemokrasi
dan pejabat public yang lebih mementingkan dirinya sendiri dan golongannya
daripada kepentingan negara. Dalam tulisannya Pak Boediono tidak secara jelas
menerangkan bagaimana tim ekonomi dimana Pak Marlin terlibat di dalamnya
mengatasi disfungsionalitas dan degenerasi demokrasi di era Orde Baru.
Adrianus Mooy berkisah bagaimana sebagai tim fiscal
beliau bersama Pak Marlin mengisi trilogi pembangunan. Adrianus Mooy memaparkan
bagaimana tim ekonomi bekerja. Mereka sering rapat sampai malam untuk menyusun
strategi ekonomi dalam kondisi keuangan negara yang sangat minim. Ia juga
menyampaikan bagaimana tim ini selalu berkoordinasi sebelum menghadapi DPR.
Adrianus Mooy menyatakan bahwa keberhasilan Indonesia menghadapi krisis Asia
adalah karena fundamental ekonomi Indonesia sudah terbangun dengan baik.
Demikianpun di era reformasi, ekonomi Indonesia berhasil tegak dalam terpaan
resesi Amerika dan Eropa (hal. 18). Pendapat Adrianus Mooy ini dibenarkan oleh
Ali Wardana (hal. 23). Ali Wardana menyampaikan bahwa stabilisasi ekonomi yang
diikuti dengan regulasi pasar yang lebih responsive terhadap mekanisme pasar
bekerja telah membuat Indonesia tidak jatuh saat harga minyak bumi jatuh di
tahun 1985.
Sedangkan Emil Salim membahas “gebrakan Sumarlin” yang
mewajibkan BUMN menanamkan dananya di Sertifikat Bank Indonesia. Kebijakan yang
menggebrak tersebut diambil oleh Sumarlin saat menjadi Menteri Keuangan at
interim. Laju hilangnya devisa yang sangat mencemaskan membuat Sumarlin
mengambil kebijakan tersebut. Gebrakan tersebut telah memulihkan kembali
kepercayaan masyarakat pada rupiah, dan suatu malapetaka krisis ekonomi bisa
dihindari (hal. 90). Sumarlin telah melakukan inovasi dalam menjabarkan teori
ekonomi dalam praktik.
Hamzah Haz menyampaikan bahwa J. B Sumarlin, seorang
Katholik taat adalah yang melahirkan Bank Syariah. Sejak tahun 1980-an Pak
Sumarlin tak jemu-jemu melontarkan ide penerapan sistem bank syariah kepada
para perumus kebijakan, sampai akhirnya tahun 1992 Bank Syariah benar-benar
beroperasi (hal. 104).
Kuntoro Mangkusubroto mengisahkan bahwa Pak Marlin
adalah seorang pengambil keputusan yang cepat dan berani mengambil risiko.
Usulan Kuntoro untuk penyediaan anggaran dalam membenahi BUMN, khususnya PT Tambang
Timah adalah contoh bagaimana Pak Marlin membuat keputusan cepat. Beliau tidak
peduli bahwa hari itu adalah Sabtu dan bertepatan dengan tanggal 17 Agustus
yang seharusnya libur (hal. 157). Keberanian mengambil risiko itu diamine oleh
Marzuki Darusman yang saat itu ditugasi oleh Pak Marlin untuk menjadi Direktur
Pasar Modal (hal. 166).
Penyamarannya sebagai “Pak Sidik” diceritakan oleh
Fikri Jupri dan J. B. Kristadi. Penyamaran untuk melihat praktik para aparatur
negara di lapangan ini telah membuat sebuah gebrakan “tangkap tangan” pada era
Sumarlin menjabat sebagai Menteri Penertiban Aparatur Negara.
Karya Sumarlin dalam pemberantasan korupsi tidak hanya
terbatas pada sosok “Pak Sidik” saja. Satrio Boerdihardjo Joedono menuraikan
secara rinci peran beliau dalam pemberantasan korupsi (hal 198). Perjalanan Pak
Marlin memberantas korupsi diawali dari tahun 1960 saat membersihkan Biro
Pendidikan FEUI. Pak Marlin juga dilibatkan dalam penanganan korupsi di
Pertamina yang menimbulkan krisis pada tahun 1974-1975 (hal. 205).
Kerja keras, berani, santun
fleksibel dan jujur adalah karakter Sumarlin yang dicatat oleh para wartawan
seperti Fikri Jupri dan Jakob Oetama. Sumarlin juga dikenal sebagai menteri
yang dekat serta terbuka kepada wartawan.
Dalam perjalanan karirnya
yang begitu panjang di pemerintahan, Prof. Sumarlin dapat dikatakan merupakan
salah satu putra terbaik bangsa dengan rekam jejak pengalaman yang mungkin
paling beragam dibandingkan para menteri lain pada masa pemerintahan OrdeBaru.
Kecintaan pada bangsa dan negaranya diwujudkannya dengan upayanya yang tinggi
untuk selalu memberikan kontribusi maksimal dalam memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi masyarakat dan bangsa pada setiap jabatan yang diembannya.
Usianya yang telah senja tidak menghalangi Prof. Sumarlin untuk tetap berkarya.
Sebagai anggota Dewan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan BisnisUniversitas
Indonesia (FEB UI), Prof. Sumarlin tetap berupaya memberikan sumbangsih pada
almamater yang dicintainya.
Sumber
:
https://id.wikipedia.org/wiki/J.B._Sumarlin
https://en.wikipedia.org/wiki/J._B._Sumarlin
http://bisnis.liputan6.com/read/2911540/istri-mantan-menkeu-jb-sumarlin-meninggal-dunia
https://www.merdeka.com/peristiwa/hut-ke-80-jb-sumarlin-berterima-kasih-kepada-soeharto.html
http://www.feb.ui.ac.id/wirakarya-adhitama-prof-j-b-sumarlin-ph-d/
http://pengamatsejarah.blogspot.co.id/2011/11/biografi-j-b-sumarlin-pengamatsejarah.html
https://jawatimuran.net/2013/01/24/jb-sumarlin-kabupaten-blitar/
http://kabar24.bisnis.com/read/20150630/79/448579/jb-sumarlin-tetap-bugar-dan-penuh-energi
http://soeharto.co/si-cabe-rawit
https://kompas.id/gerai/belanja/buku/j-b-sumarlin-di-antara-sahabat/
http://jihd.co.id/id/prof-dr-jb-sumarlin-president-commissioner/
https://tokoh.id/tokoh/ensiklopedi/jb-sumarlin/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar