Protes mahasiswa STAN Kepada Bambang
Sudibyo yang Menyentuh
Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA (lahir di Temanggung, Jawa Tengah, 8 Oktober 1952; umur 65
tahun), adalah seorang politikus, ekonom, dan
akademisi Indonesia. Dia
merupakan alumnus Universitas Gadjah Mada Ia adalah Menteri Keuangan pada Kabinet Persatuan Nasional dan Menteri Pendidikan pada Kabinet Indonesia Bersatu.
Yang menarik, ada statement Bambang Sudibyo
perihal STAN. Saya juga kaget dengan statement beliau. Tapi yang membuat saya
lebih takjub adalah tulisan seorang mahasiswa STAN yang menampik statement
Bambang “mantan” Menteri Keuangan perihal STAN.
Artikel bisa
dilihat di : http://suaramerdeka.com/v1/index.php…a-dari-PT-Saya merasa
sakit hati dengan pernyataan “mantan menteri” Bapak Bambang Sudobyo ketika
menjadi pembicara tunggal dalam seminar nasional Reformasi Perpajakan Antara
Harapan dan Kenyataan di STIE AUB Surakarta, 4 Nopember 2010. Beliau
menyebutkan “STAN yang selama ini menjadi satu-stunya lembaga pendidikan yang
mencetak SDM perpajakan harus dihentikan. Hal itu untuk memutus perembetan
budaya korupsi.” Ia beralasan bahwa ”SDM atau aparat pajak yang direkrut harus punya
kompetensi teknis, profesional, punya integritas, dan nasionalisme yang
tinggi.” Lihatlah teman, apakah ucapan tersebut – terutama statement awal –
pantas diucapkan oleh orang sekaliber “mantan” menteri keuangan dan menteri
pendidikan seperti Bapak Bambang Sudibyo? Tanpa tedeng aling-aling beliau yang
“terhormat” berkata dengan lantang sambil mengarahkan telunjuknya ke STAN
sambil berkata “STAN ADALAH KAMPUS YANG MENCIPTAKAN SDM PERPAJAKAN YANG
KORUPTIF!”
Ada apakah
dibalik keberanian sang “mantan” menteri melemparlan statement seperti itu?
Mengapa beliau melemparkan statement tersebut ketika beliau sedang “lemah”,
sedang tidak memiliki kekuasaan lagi? Apakah beliau ingin mendekap lagi
kekuasaannya? Jika memang ia menganggap STAN adalah pencetak koruptor, kenapa
tidak dibubarkan saja sejak ia menjabat sebagai menteri keuangan? Tentunya pada
saat itu ia memiliki kekuasaan “Super Power” karena STAN berada di bawah
kekuasaannya? Apakah selama ini alumni STAN tidak memiliki kompetensi teknis?
tidak punya integritas? tidak memiliki nasionalisme yang tinggi? Ataukah beliau
bercermin pada saat ia berkuasa?
Statement
“pencetak budaya koruptif” adalah sebuah pernyataan yang tak berdasar, yang
hanya ingin mendiskreditkan STAN. Siapapun tahu bahwa korupsi sudah mendarah
daging di Indoonesia. Korupsi telah menyerang semua lini birokrasi di
Indonesia, bahkan orang pintar sekaliber “Sri Mulyani” sendiri harus
dilengserkan karena lantang menyuarakan kata integritas dan reformasi
birokrasi. Coba tengok pembuatan KTP, pelanggaran lalin, perizinan usaha,
birokrasi pemerintah daerah, pemilihan gubernur BI di DPR dan bahkan mantan
menteripun tak sedikit yang terjerat kasus korupsi. Korupsi adalah permasahan
moral, yang salah adalah pelakunya yang memperkaya dirinya sendiri, bukan
institusinya.
Sumpah demi
Allah bahwa STAN tidak pernah mendidik kami untuk menjadi koruptor. Tidak ada
satupun mata kuliah di STAN yang mengajarkan kami untuk menjadi koruptor. Tidak
ada seorang dosenpun yang mengajari kami bagaimana cara korupsi yang aman dan
nyaman. Tidak ada niat kami kulaih di STAN untuk menjadi koruptor. Tidak pernah
terbersit sedikitpun dalam benak orang tua kami mengantarkan kami ke STAN untuk
menjadi koruptor. Dan tidak pernah sekalipun dalam doa orang tua kami dalam
ibadahnya untuk berdoa kepada tuhan, “Ya Tuhan, jadikanlah anak kami sebagai
koruptor, dan biarkanlah dia hidup nyaman dari uang haram…” Jika Anda sebagai
pemimpin yang mulia di negeri ini, lihatlah kata-kata Anda telah menjadi pisau
yang tidak menyayat hati kami, tetapi juga alumni, dosen dan juga orang tua
kami yang telah bersusah payah berdoa dan berusaha setiap hari membanting
tulang agar kami bisa lulus dan menjadi orang yang berguna bagi Bangsa ini.
Bapak
Bambang Sudibyo yang terhormat, jangan pernah sekalipun Anda menaruh kedengkian
kepada kami. Bagaimana perasaan Anda jika berada di posisi kami? Apakah yang
akan Anda rasakan ketika Anda telah berusaha keras menyisihkan beratus ribu
pesaing? Apakah Anda pernah merasakan seperti kami, meluangkan waktu 3 tahun dalam
hidup Anda untuk berjuang melewati jeratan DO hingga lulus nanti? Apakah Anda
mengerti perasaan kami saat kami menandatangani surat pernyataan kesanggupan
untuk ditempatkan dimana saja? Disaat surat itu kami tandatangani, tak ada hal
lain yang bisa kami lakukan kecuali belajar dan belajar, berharap agar hasil
pendidikan kami disini memberikan manfaat sehingga kami mendapat penempatan
yang layak. Pernahkah Bapak berfikir selama kami bekerja kami memikul beban
tanggung jawab pengelolaan keuangan negara yang amat berat? Apakah Anda
memikirkan itu semua ketika Anda mengecap kami sebagai calon koruptor? Dimana
hati nurani Anda?
Lihatlah asa
dan harapan seratus ribu lebih putra-putri generasi muda Indonesia berjuang
memperebutkan kesempatan belajar di STAN. Apakah mereka mendaftar STAN hanya
untuk menjadi calon koruptor? Anda adalah seorang mantan menteri pendidikan,
Anda lebih berkapasitas da;lam mempelajari psikologi pendidikan. Tahukah Anda
ketika Anda mengecap STAN sebagai kampus pelopor budaya korupti, Anda telah
menyakiti hati seratus ribu lebih siswa-siswi lulusan SMA yang ingin mendaftar
USM STAN karena secara tak langsung Anda menuduh mereka ingin menjadi penerus
“perembet budaya korupsi” Lihatlah kami disini setiap semester berjuang keras
agar lolos dari jeratan DO sehingga kami tidak keluar sebagai pecundang dari
STAN karena kami di DO?
Dan lihatlah ketika orang tua kami bangga karena berhasil mengantar kami hingga diwisuda di STAN sedangkan hati kami tidak tenang karena menunggu akan kemana SK penempatan membawa diri ini berada. Siapa lagi kalau bukan kami, mahasiswa STAN, yang konsisten siap ditempatkan dimana saja di seluruh Indonesia? Apakah teman kami, sahabat kami, di PTN sana akan mau ditempatkan di Pulau Sabang, Mentawai, Nias, Sangir Talaud, Biak, Wasior dan daerah lain yang “Google Maps” saja sulit menemukan lokasinya?
Dan lihatlah ketika orang tua kami bangga karena berhasil mengantar kami hingga diwisuda di STAN sedangkan hati kami tidak tenang karena menunggu akan kemana SK penempatan membawa diri ini berada. Siapa lagi kalau bukan kami, mahasiswa STAN, yang konsisten siap ditempatkan dimana saja di seluruh Indonesia? Apakah teman kami, sahabat kami, di PTN sana akan mau ditempatkan di Pulau Sabang, Mentawai, Nias, Sangir Talaud, Biak, Wasior dan daerah lain yang “Google Maps” saja sulit menemukan lokasinya?
Apakah Anda
tidak pernah menyadari bahwa kemarin, tanggal 4 Nopember 2010, Anda telah salah
berucap. Dengan lantangnya Anda mengatakan bahwa “STAN yang selama ini menjadi
satu-satunya lembaga pendidikan pemasok SDM perpajakan”. Saat ini kementerian
Keuangan tidak hanya merekrut SDM perpajakan dari STAN saja, tetapi juga
melalui penyaringan CPNS Kementerian Keuangan. Lalu apakah jika ada pegawai
pajak yang terlibat korupsi, haruskah Bapak menyalahkan STAN???
Kami memilih
kuliah di STAN bukan karena kami ingin berkorupsi, bukan karena kami tidak
mampu kuliah di PTN terkenal di bawah naungan Dirjen Pendidikan Tinggi
Kementerian Pendidikan Nasional seperti UI, UGM, ITB, UNPAD, UNAIR, UNDIP dan
PTN lainnya. Kebanyakan memang kami adalah mahasiswa yang berasal dari keluarga
ekonomi pas-pasan, yang tidak mampu melanjutkan kuliah ke PTN favorit, entah
karena ketiadaan dana atau biaya pendidikan di PTN yang sangat tinggi.
Lalu buat apakah teman-teman kami di STAN, yang sudah kuliah 2, 3 dan 4 semester di perguruan tinggi namun ketika mereka diterima kuliah di STAN mereka tinggalkan studi mereka di PT? Apakah mereka resah karena takut tidak dapat pekerjaan setelah lulus dari Perguruan Tinggi nanti? Buat apa seorang mahasiswa semester 5 Fakultas Kedokteran meninggalkan studinya yang tinggal 2 semester lagi hanya untuk STAN?
Buat apa seorang mahasiswa UI, ITB, UNDIP, UNPAD, UNAIR, UGM banyak yang lebih memilih STAN sebagai tempatnya menimba ilmu dibanding di Perguruan Tinggi Negeri yang sudah terjamin nama besarnya. Apakah mereka semua ingin melanjutkan budaya korupsi? Ataukah karena keresahan miss match yang terjadi di dunia pendidikan dewasa ini? Kita lihat saja banyak Sarjana Hukum yang menjadi Sales, banyak Sarjana Pertanian yang bekerja di Kementerian PU, apakah pantas STAN dicap sebagai “Perembet budaya korupsi” sedangkan STAN ikut membantu dunia pendidikan di Indonesia untuk menciptakan konsep link and match dunia pendidikan.
Lalu buat apakah teman-teman kami di STAN, yang sudah kuliah 2, 3 dan 4 semester di perguruan tinggi namun ketika mereka diterima kuliah di STAN mereka tinggalkan studi mereka di PT? Apakah mereka resah karena takut tidak dapat pekerjaan setelah lulus dari Perguruan Tinggi nanti? Buat apa seorang mahasiswa semester 5 Fakultas Kedokteran meninggalkan studinya yang tinggal 2 semester lagi hanya untuk STAN?
Buat apa seorang mahasiswa UI, ITB, UNDIP, UNPAD, UNAIR, UGM banyak yang lebih memilih STAN sebagai tempatnya menimba ilmu dibanding di Perguruan Tinggi Negeri yang sudah terjamin nama besarnya. Apakah mereka semua ingin melanjutkan budaya korupsi? Ataukah karena keresahan miss match yang terjadi di dunia pendidikan dewasa ini? Kita lihat saja banyak Sarjana Hukum yang menjadi Sales, banyak Sarjana Pertanian yang bekerja di Kementerian PU, apakah pantas STAN dicap sebagai “Perembet budaya korupsi” sedangkan STAN ikut membantu dunia pendidikan di Indonesia untuk menciptakan konsep link and match dunia pendidikan.
Apakah kami
semua mahasiswa STAN hanya ingin menikmati kuliah gratis di STAN dan menikmati
jaminan pekerjaan yang nyaman sebagai PNS di lingkungan Kementerian Keuangan?
Bapak sebagai seorang mantan menteri sudah tahu pastinya berapa besaran nominal
pendapatan bulanan seorang PNS Kementerian Keuangan dari STAN. Jika kami mau,
kami bisa memilih jalan lain selain kuliah di STAN dan bekerja sebagai pegawai
swasta dengan jenjang pendapatan yang bisa berkali-kali lipat daripada
pendapatan seorang PNS biasa.
Kami tidak ingin menyombongkan diri kami, banyak teman-teman kami yang memiliki kemampuan yang tidak kalah diadu dengan mahasiswa lain, tentunya masa depan mereka juga tak kalah cerah jika mereka mengambil jalan lain. Kami adalah mahasiswa terpilih, yang telah menyisihkan berpuluh-puluh ribu saingan kami demi menjadi bagian dari almamater STAN. Sebegitu hinakah kami jika kami berlomba-lomba untuk menjadi mahasiswa STAN hanya untuk menjadi KORUPTOR? Kami, mahasiswa STAN, berada di kampus perjuangan STAN ini untuk mengabdi pada negara, bukan untuk menjadi koruptor!
Kami tidak ingin menyombongkan diri kami, banyak teman-teman kami yang memiliki kemampuan yang tidak kalah diadu dengan mahasiswa lain, tentunya masa depan mereka juga tak kalah cerah jika mereka mengambil jalan lain. Kami adalah mahasiswa terpilih, yang telah menyisihkan berpuluh-puluh ribu saingan kami demi menjadi bagian dari almamater STAN. Sebegitu hinakah kami jika kami berlomba-lomba untuk menjadi mahasiswa STAN hanya untuk menjadi KORUPTOR? Kami, mahasiswa STAN, berada di kampus perjuangan STAN ini untuk mengabdi pada negara, bukan untuk menjadi koruptor!
Saya
memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada Bapak Prof. Dr. Bambang Sudibyo
karena telah berani berbicara lantang dan mengarahkan telunjuknya kepada
almamater kami. Akan tetapi, hati dan pikir saya ini hanya mampu menggoreskan
pena untuk menjawab pernyataan Bapak yang sungguh sangat menyakitkan hati kami.
Kami, sebagai mahasiswa STAN tidak akan terpancing dengan statement Bapak. Sudah berkali-kali kampus kami tercinta ini diterpa isu miring dan cacian dari pihak yang tidak senang dengan eksistensi kami yang terus melejit hingga saat ini. Kini lihatlah hasilnya, semakin kencang angin meniup tempat kami belajar, semakin erat pegangan kami untuk melewati terpaan angin itu dan semakin solid kami mempertahankan tanggung jawab yang kami emban di pundak kami.
Kami, sebagai mahasiswa STAN tidak akan terpancing dengan statement Bapak. Sudah berkali-kali kampus kami tercinta ini diterpa isu miring dan cacian dari pihak yang tidak senang dengan eksistensi kami yang terus melejit hingga saat ini. Kini lihatlah hasilnya, semakin kencang angin meniup tempat kami belajar, semakin erat pegangan kami untuk melewati terpaan angin itu dan semakin solid kami mempertahankan tanggung jawab yang kami emban di pundak kami.
Biarkanlah
kami disini belajar dengan tenang, menunaikan tugas kami sehingga setelah kami
lulus kami dapat menunaikan tanggung jawab kami pada bangsa ini. Tentunya
sebagai manusia biasa Bapak hanya bisa mengintip kami dari luar rumah kami,
namun akan bedanya jika Bapak berada di dalam dan menjadi bagian kami. Jangan
usik kami, kita memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri untuk membangun bangsa
ini. Jangan pernah merusak sarang semut karena satu semut yang menggigit lengan
Anda. Jangan pernah menggeneralisir kami sebagai pelestari budaya koruptif.
Lihatlah di KPK sana, banyak alumni STAN yang berada disana, bukan sebagai koruptor, tetapi mereka adalah orang-orang yang menjerat koruptor. Sampai saat ini hanya Gayus Tambunan saja yang mencari masalah dengan hukum dan merusak citra baik almamater kami, tapi ia bukanlah cerminan dari diri kami. Apakah kami selama ini pernah menyinggung perasaan Bapak? Apakah kami pernah menyinggung eksistensi partai Bapak? Ataukah selama ini STAN telah mengalahkan popularitas instansi yang bernaung di bawah kekuasaan Bapak?
Bapak Bambang Sudibyo yang terhormat, saya sangat menghormati Anda sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, seorang Profesor Doktor yang bila dibandingkan dengan saya maka saya hanyalah manusia hina yang tidak ada apa-apanya. Mungkin kami sebagai mahasiswa STAN, akan dengan berlapang hati memaafkan pernyataan Bapak yang cukup menyakiti hati kami. Namun apakah Bapak, sebagai orang tua, akan bisa menerima jika anak-anak kesayangan Bapak, penerus keluarga Bapak dicap sebagai calon koruptor? Apakah orang tua kami mendidik kami untuk menjadi pelaku korupsi? Apakah orang tua kami membesarkan kami tidak dengan iman dan takwa? Orang tua mana yang tidak sakit hatinya jika anaknya dicap sebagai perembet budaya korupsi?
Lihatlah di KPK sana, banyak alumni STAN yang berada disana, bukan sebagai koruptor, tetapi mereka adalah orang-orang yang menjerat koruptor. Sampai saat ini hanya Gayus Tambunan saja yang mencari masalah dengan hukum dan merusak citra baik almamater kami, tapi ia bukanlah cerminan dari diri kami. Apakah kami selama ini pernah menyinggung perasaan Bapak? Apakah kami pernah menyinggung eksistensi partai Bapak? Ataukah selama ini STAN telah mengalahkan popularitas instansi yang bernaung di bawah kekuasaan Bapak?
Bapak Bambang Sudibyo yang terhormat, saya sangat menghormati Anda sebagai orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, seorang Profesor Doktor yang bila dibandingkan dengan saya maka saya hanyalah manusia hina yang tidak ada apa-apanya. Mungkin kami sebagai mahasiswa STAN, akan dengan berlapang hati memaafkan pernyataan Bapak yang cukup menyakiti hati kami. Namun apakah Bapak, sebagai orang tua, akan bisa menerima jika anak-anak kesayangan Bapak, penerus keluarga Bapak dicap sebagai calon koruptor? Apakah orang tua kami mendidik kami untuk menjadi pelaku korupsi? Apakah orang tua kami membesarkan kami tidak dengan iman dan takwa? Orang tua mana yang tidak sakit hatinya jika anaknya dicap sebagai perembet budaya korupsi?
Marilah kita
bersama-sama membangun negeri ini bukan dengan perkataan, tetapi dengan
belajar, berkarya dan bekerja. Selamanya perkataan hanya akan hidup dalam
pikiran selama kita tidak bangun untuk merealisasikannya!
Mohon maaf
jika ada kata-kata yang kurang berkenan dalam tulisan ini. Saya mohon maaf
sebesar-besarnya, tulisan ini adalah sebuah ungkapan curahan hati saya yang
tersakiti sebagai mahasiswa STAN…
Sumber:
https://rezkydaniel.wordpress.com/2010/11/08/surat-seorang-mahasiswa-stan-untuk-bapak-prof-dr-bambang-sudibyo-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar