Abdurrahman Wachid Memilih Bambang
Sudibyo
“Pendidikan
ekonomi di Indonesia selama ini terlalu steril dan naif, seakan-akan berjalan
dalam ruang vacum, terlepas dari setting politik, sosial, dan setting global.
Padahal, setting tersebut memiliki pegaruh yang besar sekali. Ekonomi Indonesia
rusak seperti sekarang ini, lebih banyak oleh karena settingnya yang rusak,
bukan oleh karena pranata ekonomi yang rusak”
Profesor Dr. Bambang Sudibyo, MBA lahir di Temanggung,
Jawa Tengah, 8 Oktober 1952. Bambang adalah anak guru agama dan petani tembakau
dan padi di Temanggung. Bambang merupakan anak kelima dari 11 bersaudara. Bambang
menempuh pendidikan dasar di Temanggung. Setiap pagi menuju sekolah ia mengayuh
sepeda dari desa ke Temanggung. Bambang masuk ke SMP Negeri 2 Temanggung dan
melanjutkan ke SMA Negeri 1 Temanggung. Masa kecil Bambang bersama keluarga
sampai remaja ia jalani di desa sekitar Temanggung. Pada tahun 1972,
saat Bambang berumur 18 tahun, Bambang diterima di jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Gajah Mada. Orangtuanya sangat mendukung dalam dana,
padahal di keluarganya masih ada 6 adiknya. Bambang menyelesaikan kuliah S1
sebagai sarjana ekonomi pada tahun 1977 di Universitas Gajah Mada. Selesai
kuliah, ia mendapat tawaran untuk menjadi dosen di UGM. Sejak tahun 1978,
Bambang pun mulai mengajar di almamaternya.
Ayahnya sangat menginginkan Bambang menjadi dosen di
UGM. Pengajar Riset Akuntansi Manajemen pada program Pascasarjana UGM 1997-1999
ini, selalu mengingat ayahnya seorang yang sederhana, tetapi dikenal sebagai
tokoh intelektual, bukan seperti orang kebiasaan. Bambang menilai,
ayahnya adalah seorang yang visioner dan berwawasan global.
“Beliau melihat anak-anaknya harus menjadi manusia yang intelektual,” kata Bambang.
“Beliau melihat anak-anaknya harus menjadi manusia yang intelektual,” kata Bambang.
Pada tahun 1979 Bambang dikirim oleh negara untuk
mengambil program MBA di Universitas North Carolina, AS. Bulan Desember 1980, Bambang
menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia. Kesempatan studi ke luar
negeri kembali diterimanya pada Januari 1982. Ia pun kembali meninggalkan tanah
air untuk mengenyam pendidikan di Universitas Kentucky sampai tahun 1985 untuk
mengambil program doktor bidang business adminitration.
Setelah pulang ke Tanah Air, ia kembali mengajar di UGM. Pada tahun 1988 ia bergabung dalam proses pendirian MM UGM. Kemudian menjadi pengelola bidang program Keuangan. Pada tahun 1988 ia aktif di pusat studi Pusat Pengkajian Startegi dan Kebijakan (PPSK) yang diketuai Amien Rais di Yogya. Tahun 1989 ia diangkat menjadi wakil direktur program dan pengelola akedemik. Di tahun 1993 ia dipromosikan menjadi Direktur program MM UGM, sampai tahun 1999.
Bambang mundur dari direktur MM UGM karena diangkat oleh Presiden Abdurrahman Wahid menjadi menteri keuangan. Jabatan Menteri Keuangan hanya berjalan selama kurang dari satu tahun, karena pada Agustus 2000 terjadi reshuffle kabinet dan ia termasuk menteri yang diganti.
Setelah pulang ke Tanah Air, ia kembali mengajar di UGM. Pada tahun 1988 ia bergabung dalam proses pendirian MM UGM. Kemudian menjadi pengelola bidang program Keuangan. Pada tahun 1988 ia aktif di pusat studi Pusat Pengkajian Startegi dan Kebijakan (PPSK) yang diketuai Amien Rais di Yogya. Tahun 1989 ia diangkat menjadi wakil direktur program dan pengelola akedemik. Di tahun 1993 ia dipromosikan menjadi Direktur program MM UGM, sampai tahun 1999.
Bambang mundur dari direktur MM UGM karena diangkat oleh Presiden Abdurrahman Wahid menjadi menteri keuangan. Jabatan Menteri Keuangan hanya berjalan selama kurang dari satu tahun, karena pada Agustus 2000 terjadi reshuffle kabinet dan ia termasuk menteri yang diganti.
Pada tahun 1979, Bambang menikah dengan Retno Sunarminingsih.
Setelah menikah, istrinya menjadi dosen farmasi di Universitas Gajah Mada
(UGM). Istrinya kini menjabat sebagai salah seorang Wakil Rektor bidang
Penelitian di UGM dengan menyandang gelar profesor doktor. Pernikahannya
dikaruniai dua orang anak, Dananta Adi Nugraha dan Harintho Budhi Wibowo.
Anaknya yang paling besar, Dananta Adi Nugraha, kuliah di fakultas ekonomi
jurusan akuntansi. Lalu anak keduanya, Harintho Budhi Wibowo, mengikuti
kegemaran ibunya, suka sekali dengan musik. Ia memiliki koleksi musik yang
banyak.
Sebagai seorang ekonom, Bambang memiliki kepedulian
terhadap permasalahan dunia politik dengan terus memantau perkembangan politik
di Indonesia. Meskipun Dosen Teladan II tahun 1989 ini memiliki sentuhan dan
pemikiran politik dan pernah ikut mendirikan partai politik (Partai Amanat
Nasional), namun ia mengakui bahwa dirinya bukan seorang praktisi politik.
Ia menjaga betul keterlibatannya dalam dunia politik, hanya sebatas sumbangsih pemikiran saja. Karena ia melihat adanya keterkaitan yang erat antara politik dan ekonomi. Sedangkan hukum dianggapnya sebagai produk dari proses politik.
Ia menjaga betul keterlibatannya dalam dunia politik, hanya sebatas sumbangsih pemikiran saja. Karena ia melihat adanya keterkaitan yang erat antara politik dan ekonomi. Sedangkan hukum dianggapnya sebagai produk dari proses politik.
Bambang ikut mendirikan dan menjadi anggota Majlis
Amanat Rakyat (MAR), 1998, serta ikut mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN)
tahun 1998, dan menjabat sebagai Ketua Dewan Ekonomi pada November 1998-April
1999.Sejak ada peraturan pemerintah tentang status PNS dalam partai poltik,
penerima penghargaan pengabdian kepada negara 20 tahun, pada tahun 1999, ini
memutuskan untuk meninggalkan politik praktis. Kalau dibilang ia seorang
politisi, ia pikir bukan, tapi ia adalah yang peduli terhadap politik.
Bambang ikut mendirikan ICMI tahun 1990 dan menjabat
Ketua Bidang Ekonomi Sumberdaya 1990-1995 dan Anggota Dewan Pakar 1995-2000 di
organisasi cendekiawan muslim ini.
Perjalanan kariernya di Kementerian Keuangan dirintis setelah menjabat sebagai Dosen Ekonomi, ketua Dewan Ekonomi, Komisaris BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) X, wakil ketua Komisaris Pertamina serta menjadi anggota Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK). Perjalanan kariernya di bidang ekonomi dan keuangan menjadikan dia dipilih sebagai Menteri Keuangan masa Kabinet Persatuan Nasional. Kebijakannya adalah mengupayakan keberlanjutan anggaran dan kembali menghidupkan sektor riil yang dirasakan macet. Kebijakannya lebih mendukung perkembangan sisi fiskal. Jabatannya sebagai Menteri Keuangan tidak sampai satu tahun. Pada tanggal 28 Agustus 2000, seorang Professional Perbankan dari Bank BRI, Prijadi Praptosuhardjo menggantikannya.
Perjalanan kariernya di Kementerian Keuangan dirintis setelah menjabat sebagai Dosen Ekonomi, ketua Dewan Ekonomi, Komisaris BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) X, wakil ketua Komisaris Pertamina serta menjadi anggota Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK). Perjalanan kariernya di bidang ekonomi dan keuangan menjadikan dia dipilih sebagai Menteri Keuangan masa Kabinet Persatuan Nasional. Kebijakannya adalah mengupayakan keberlanjutan anggaran dan kembali menghidupkan sektor riil yang dirasakan macet. Kebijakannya lebih mendukung perkembangan sisi fiskal. Jabatannya sebagai Menteri Keuangan tidak sampai satu tahun. Pada tanggal 28 Agustus 2000, seorang Professional Perbankan dari Bank BRI, Prijadi Praptosuhardjo menggantikannya.
Kebijakannya sebagai menteri keuangan adalah
mengupayakan keberlanjutan anggaran dan kembali menghidupkan sektor riil yang
dianggap macet. Kebijakannya lebih mendukung perkembangan sisi fiskal.
Jabatannya sebagai Menteri Keuangan tidak sampai satu tahun.
Di masa Bambang menjadi Menteri Pendidikan, kebijakan
UN sangat berpengaruh besar untuk menuntukan kelulusan siswa sekolah menengah
atas dan kejuruan. Sejak kepemimpinannya selama lima tahun, UN dikritik banyak
pihak, diantaranya karena belum meratanya kualitas dan fasilitas pendidikan di
Indonesia. Meski begitu Bambang dan Menteri Pendidikan penggantinya, Muhamad
Nuh, tetap meneruskan UN.
Di bidang sosial dan politik, ia menjadi Anggota MPR
RI Fraksi Utusan Golongan, sejak Mei 2001-2004 mewakili ISEI. Bambang juga
menjabat Bendahara PP Muhammadiyah 2000-2005. Melalui musyawarah yang sudah
dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2016, Bambang Sudibyo terpilih sebagai Ketua
Umum Badan Amil Zakat Nasional periode 2015-2020.
Bambang Sudibyo terpilih menggantikan Didin
Hafidhuddin, yang sudah menjabat sebagai Ketua Umum Baznas selama dua periode,
2004-2008 serta 2008-2011, dan diperpanjang untuk mengawal masa transisi sampai
Agustus 2015. Saat ini, di tahun 2015 Bambang dipercaya mewakili unsur
Masyarakat untuk duduk sebagai pimpinan Badan Amil Zakat Nasional periode tahun
2015 - 2020. Dengan keilmuannya dibidang ekonomi, serta pemahaman
agamanya yang kuat diharapkan Baznas yang dipimpinnya akan mampu meratakan
kesejahteraan kepada Masyarakat Indonesia.
Konferensi World Zakat Forum (WZF) telah selesai
dilaksanakan di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta pada 14-16 Maret 2017.
Perwakilan dari 16 negara menghadiri konferensi WZF untuk memilih calon
pengurus baru dan membahas seputar zakat. Konferensi WZF tahun ini juga telah
melahirkan 11 Resolusi WZF 2017. Sekretaris Jenderal (Sekjen) WZF terpilih,
Bambang Sudibyo yang juga sebagai ketua Baznas mengatakan, kepengurusan yang
baru akan bekerja keras untuk memperluas dan memperbanyak negara anggota WZF.
Juga akan bekerja dengan target-target yang jelas.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar