Kata Kata Ki Bagus Perihal Kriteria Kepemimpinan
“Djandji tidak boleh disalahi terutama oleh para
pemimpin, karena namanja akan luntur hilang kehormatan dirinja, dan pemimpinja
tak akan dihargai orang. Djanganlah boros dengan djandji dan kesanggupan, djanganlah
berdjanji kalau tidak jakin dapat menetapi. Menjalahi djandji adalah dosa besar
dan menetapi djandji adalah satu kewadjiban.”
“Buat masyarakat Islam penting sekali perhubungan
antara pemerintah dan masyarakat. Oleh karena itu, yang diusulkan pasal 4 ayat
(2) ditambah dengan kata-kata :”yang beragama Islam.” Jika Presiden Orang
Islam, maka perintah-perintah berbau Islam , dan akan besar pengaruhnya.“ (Safroedin Bahar dkk, 1995, Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, Jakarta:
Sekretariat Negara Republik Indonesia,)
Dalam Achlaq Pemimpin, Ki bagus Hadikusumo
memberikan delapan (8) kriteria seorang pemimpin.
Pertama, seorang pemimpin haruslah memiliki sifat istiqomah.
Istiqomah menurut beliau berarti lurus, teguh dan bersungguh-sungguh. Lurus
maksudnya tidak miring dan tidak berbelok. Teguh berarti sikap tak berubah
pendirian. Dan bersungguh-sungguh berarti yakin dan setia. Ki Bagus menegaskan,
„Dalam i’tiqod (kepertjajaan), pembitjaraan dan
tindakan dengan pendirian jang teguh serta bersedia membela kebenaran itu
dengan setia.“ Beliau kemudian mengutip surat Hud ayat 112 dan
As-Syura ayat 15. (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan
Achlaq Pemimpin, Pustaka Rahaju, Jogjakarta)
“Orang jang tidak bertawakkal kepada Allah hati dan
keteguhan, mendjadi penakut dan senantiasa merasa kuatir ragu. Kalaupun ia
berani, maka keberaniannja itu tidak teguh dan lekas berubah mendjadi ketakutan
dan ketjemasan.” (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara
dan Achlaq Pemimpin)
Poin kedua syarat pemimpin adalah Tawakkal. Ki Bagus
menekankan pentingnya tawakkal bagi seorang pemimpin.
“Orang jang sengadja beramal kebaikan membela agama
dan kebenaran sangat sering digoda oleh sjaitan – iblis (jang selalu
menampakkan dirinja berupa kesenangan dunia), sehingga ia merasa takut dan
kuatir berkurang penghasilanja, mundur perusahaannja, atau susut hartabendanja;
atau kehilangan pangkat dan djabatannja, atau kuatir tak mendapat rezeki.
Ketahuilah, disini orang harus mempunja tawakkal itu untuk mengalahkan godaan
sjaitan tersebut diatas.” (Ki Bagus Hadikusuma, Islam
Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)
Poin ketiga, Ki bagus menyebutkan “Selpkoreksi
(self-correction-pen) serta tidak menjari-tjari kesalahan dan tjela orang lain.
“ Sambil menyitir Surat AlHajr ayat 18, Ki Bagus menyebutkan pentingnya
bermuhasabah. Karena yang paling berbahaya adalah hawa nafsu yang
bersembunyi dalam diri manusia.
Poin keempat adalah adil dan jujur menjadi syarat seorang pemimpin.
‘”Maka djudjur ialah keadilan watak dan kelakuan, dan
adil ialah kedjudjuran hukum dan peraturan” (Ki Bagus
Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)
Poin kelima adalah tawadlu dan tidak takabur kriteria pemimpin. Ki Bagus
menyebutkan Surat Luqman ayat 18 sebagai peringatan Allah untuk tidak berlaku
angkuh dan sombong. Sifat sombong dan ujub menurut Ki Bagus menghilangkan
kehati-hatian dan kewaspadaan. Inilah yang menjadi pangkal kekalahan dan
kejatuhan. (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq
Pemimpin)
Poin ke enam adalah Pemimpin harus memegang teguh janji. Ki Bagus berseru,
“Djandji tidak boleh disalahi terutama oleh para
pemimpin, karena namanja akan luntur hilang kehormatan dirinja, dan pemimpinja
tak akan dihargai orang. Djanganlah boros dengan djandji dan kesanggupan,
djanganlah berdjanji kalau tidak jakin dapat menetapi. Menjalahi djandji adalah
dosa besar dan menetapi djandji adalah satu kewadjiban.” (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan Achlaq Pemimpin)
Poin ketujuh adalah sabar dan halim. Sabar bukan hanya menerima kekecewaan
dengan tenang, tetapi juga lebih luas, yaitu;
“Tahan dan kuat batinja, teliti, tenang dan berani.
Bersabar ialah menahan kemarahan hawanafsu dan menahan keinginan nafsu jang
djahat, sehingga nafsu itu dapat dikendalikan dan diatur dengan teliti dan
utama“ (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara
dan Achlaq Pemimpin)
Sifat halim menurut Ki Bagus adalah lembut hati dan
peramah, tidak lekas marah dan pemaaf. Sifat seperti ini akan menarik hati,
perhatian dan kecintaan pengikutnya dan masyarakat.
Poin terakhir adalah hidup sederhana sebagai sifat seorang pemimpin.
Pemimpin harus menghindari sifat kikir dan boros. Menariknya, Djarnawi
Hadikusumo, tokoh Muhammadiyah yang juga putra dari Ki Bagus Hadikusumo,
diberikan nasehat mendalam bagi oleh Ki Bagus diakhir hayat beliau. Ki bagus
berpesan,
“Kalau engkau hendak mentjari pemimpin sedjati ichlas
lahir-batin, perhatikanlah terlebih dahulu dapur rumahnja dan tjara hidupnja
sebelum memperhatikan dia dari segi-segi lainnja. Djika engkau lihat dapurnya
penuh santapan jang enak-enak dan tjara hidupnja mewah, hentikan penjelidikanmu
karena sudah terang dia bukan pemimpin sedjati. Sebab seorang pemimpin sedjati
tidak mungkin suka hidup mewah. Bahkan pemimpin jang mengatakan bahwa kemegahan
dan kemewahan itu perlu untuk medjaga standing bangsa dan negara kita dimata
dunia internasional : tetapi perkataan itu njatanja alasan jang dibuat-buat,
sebab dirumah tangganja jang terpisah dari dunia internasional, namun mereka
suka mewah dan megah djuga. Djarang orang jang berani hidup melarat ketika ada
kesempatan baginja mendjadi kaja baik setjara halal atau tidak halal, jang
berani hanjalah pemimpin-pemimpin sedjati dan muchlis serta orang2 jang saleh,
karena mereka sedia rela melepaskan keduniaan itu asal dapat bekerdja dan
berdjoang untuk keselamatan dan kebahagiaan umat”
Ki Bagus melanjutkan, “Tidak kurang pemimpin jang
dahulu disebut muchlis, tetapi setelah terbuka kesempatan untuk mewah maka
diambilnja kesempatan itu dan mereka terus djuga mendjadi pemimpin; tetapi
keichlasanja itu telah hilang, apalagi djika kesempatan itu tidak halal.
Ketahuilah bahwa ukuran pemimpin tidak ditentukan oleh lamanja dia berdjoang,
tetapi oleh keichlasan dan kebidjaksanaannja serta keberaniannja memikul
tanggung djawab.“ (Ki Bagus Hadikusuma, Islam Sebagai Dasar Negara dan
Achlaq Pemimpin)
Sumber
:
https://www.kiblat.net/2015/11/06/idealisme-dan-keikhlasan-ki-bagus-hadikusumo/alang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar