Keputusan
Mencintai.
Lelaki tua
menjelang 80-an itu menatap istrinya. Lekat-lekat. Nanar.
Gadis itu masih
terlalu belia. Baru saja mekar. Ini bukan persekutuan yang mudah.
Tapi ia sudah
memutuskan untuk mencintainya. Sebentar. kemudian ia pun berkata, "Kamu
kaget melihat semua ubanku? Percayalah! Hanya kebaikan yang kamu temui
di sini". Itulah
kalimat pertama Utsman bin Affan ketika menyambut istri terakhirnya dari Syam,
Naila. Selanjutnya adalah bukti.
Sering
kali aku berkata,
ketika
orang memuji milikku,
bahwa
sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa
mobilku hanya titipan Nya,
bahwa
rumahku hanya titipan Nya,
bahwa
hartaku hanya titipan Nya,
bahwa
putraku hanya titipan Nya,
tetapi,
mengapa
aku tak pernah bertanya,
mengapa
Dia menitipkan padaku?
Untuk
apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan
kalau bukan milikku,
apa
yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah
aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa
hatiku justru terasa berat,
ketika
titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika
diminta kembali,
kusebut
itu sebagai musibah,
kusebut
itu sebagai ujian,
kusebut
itu sebagai petaka,
kusebut
dengan panggilan apa saja
untuk
melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika
aku berdoa,
kuminta
titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku
ingin lebih banyak harta,
ingin
lebih banyak mobil,
lebih
banyak rumah,
lebih
banyak popularitas,
dan
kutolak sakit,
kutolak
kemiskinan,
Seolah
...
semua
"derita" adalah hukuman bagiku.
Seolah
...
keadilan
dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika:
aku
rajin beribadah,
maka
selayaknyalah derita menjauh dariku,
dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan
Dia seolah mitra dagang,
dan
bukan Kekasih.
Kuminta
Dia membalas "perlakuan baikku",
dan
menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti,
padahal
tiap hari kuucapkan,
hidup
dan matiku hanyalah untuk beribadah...
"ketika
langit dan bumi bersatu,
bencana
dan keberuntungan sama saja"
(WS
Rendra)
Cinta adalah
universalitas. Tidak cinta yang abadi ketika fisik berbicara. Keinginan
mencinta adalah dari sebuah diri terhadap sesuatu yang ada dibatin atau mata.
Cinta itu bukan memiliki. Pernikahan adalah bukan kepemilikan. Pernikahan
adalah perjanjian untik bersama-sama menjalani hidup untuk menyempurnakan
ibadah. Pernikahan itu bukan penyatuan jiwa.
Cinta kepada
Allah bukan berarti memiliki Allah. Allah lah yang memiliki kita. Kepemilikan
adalah miliki seseorang yang tidak percaya terhadap sesuatu yang lebih
memiliki. Proses cinta adalah keputusan untuk menghargai lebih dalam.
Menghormati lebih jauh, dan memandang lebih teduh. Memercayakan kepercayaan
yang sulit dilepaskan, meskipun hal tersebut bukan hakiki, benarkan pak Rendra?
Begitulah Naila. Utsman telah memenuhi seluruh jiwanya
dengan cinta.
Maka ia memutuskan untuk tidak menikah lagi setelah suaminya
terbunuh.
Ia bahkan merusak wajahnya untuk menolak semua pelamarnya. Tak
ada yang dapat mencintai sehebat lelaki tua itu.
Rasulullah perlu dengan kesendirian ketika Khotijah
meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar