Rabu, 31 Desember 2014

Ajarkanlah Aku Bertobat

Ajarkanlah aku bertobat.
Kadang ku lupa akan hakekat hidup.Disaat sedang dimabuk cinta aku lupa segalanya , aku lupa ada Allah disana yang mengawasiku, dan ada malaikat yang mencatat dosa atas perbuatanku yang kutahu hanya indah dan nikmat sesaat. ku telah lupa entah yang keberapa kali 5, 10 20, mungkin sudah seratus kali.
kujalani semua tanpa penyesalan. malam ini kumenangis, bulu-kuduku merinding saat kurenungkan tentang mati, tentang siksa kubur,apalagi neraka. kusadar bahwa aku harus berhenti dalam maksiat dan cinta bebas ini.
Tapi kenapa kutak mampu,hingga hari inipun masih kubuat janji. Wajahnya,indahnya, nikmatnya tlah menggiurkanku dan melupakanku padaNya. Ya Allah, ampunilah aku dan beri aku jalan untuk bertobat.
Saudaraku bantulah aku untuk bertobat,kuatkanlah hatiku dengan nasehatmu!
Salam,
Toro
Entah kenapa saya ingin sekali bercorat-coret tentang kekuatan Tuhan, ada kisah menarik yang ditulis oleh Ice Oktavia, saya nukilkan kisah yang dibuat olehnya:
ALLAH itu ada,,,
Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri paman Sam kembali ketanahair. Sesampainya dirumah ia meminta kepada orangtuanya untuk mencari seorang Guru Agama, Kyai atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang yang dimaksud tersebut.  
Pemuda: Anda siapa? Dan apakah bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?
Kyai : Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda
Pemuda: Anda yakin? Sedang Profesor dan  banyak  orang pintar saja tidak mampu menjawab  pertanyaan saya.
Kyai : Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya.
Pemuda: Saya punya 3 buah pertanyaan:
1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan wujud Tuhan kepada saya!
2. Apakah yang dinamakan takdir?
3. Kalau syetan diciptakan dari api   kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat
dari api,tentu tidak menyakitkan buat syetan, sebab mereka memiliki unsur
yang sama. Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?  
Tiba-tiba Kyai tersebut menampar pipi si Pemuda dengan keras. 
Pemuda sambil menahan sakit: Kenapa anda marah kepada saya?
Kyai : Saya tidak marah...Tamparan itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada saya.
Pemuda : Saya sungguh-sungguh tidak mengerti.
Kyai : Bagaimana rasanya tamparan   saya?
Pemuda: Tentu saja saya merasakan sakit
Kyai : Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?
Pemuda : Ya
Kyai : Tunjukan pada saya wujud sakit itu !
Pemuda: Saya tidak   bisa
Kyai : Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan keberadaan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.
Kyai : Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?
Pemuda: Tidak
Kyai : Apakah pernah terpikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan  dari saya hari ini?
Pemuda: Tidak.
Kyai : Itulah yang dinamakan Takdir.
Kyai : Terbuat dari apa tangan yang saya gunakanuntuk menampar anda?
Pemuda : kulit.
Kyai : Terbuat dari apa pipi anda?
Pemuda: kulit.
Kyai : Bagaimana rasanya tamparan saya?
Pemuda : sakit.
Kyai : Walaupun Syeitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika  Tuhan berkehendak maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syeitan.
Ketika kita mulai meragukan keberadaan Tuhan, keadaan seputarnya akan juga menjadi seolah mendukung apa yang telah kita lakukan. Tuhan terlalu besar bagi pertanyaan-pertanyaan bodoh kita. Adalagi suatu kiriman dari teman via email yang sebenarnya biasa saja, sebagai penggugah semangat kita untuk selalu ingat padaNya 
Kubur Setiap Hari Menyeru Manusia Sebanyak Lima (5) Kali ...  
1. Aku rumah yang terpencil,maka kamu akan senang dengan selalu membaca Al-Quran.
2. Aku rumah yang gelap,maka terangilah aku dengan selalu solat malam.
3. Aku rumah penuh dengan tanah dan debu,bawalah amal soleh yang menjadi hamparan.
4. Aku rumah ular berbisa,maka bawalah amalan Bismillah sebagai penawar.
5. Aku rumah pertanyaan Munkar dan Nakir,maka banyaklah bacaan
"Laa ilahaillallah, Muhammadar Rasulullah", supaya kamu dapat jawaban kepadanya.
  Lima Jenis Racun dan Lima Penawarnya .....
1. Dunia itu racun,zuhud itu ubatnya.
2. Harta itu racun,zakat itu ubatnya.
3. Perkataan yang sia-sia itu racun,zikir itu obatnya.
4. Seluruh umur itu racun, taat itu obatnya.
5. Seluruh tahun itu racun,Ramadhan itu obatnya.
Nabi Muhammad S.A.W bersabda:
Ada 4 di pandang sebagai ibu ", yaitu :
1. Ibu dari segala OBAT adalah SEDIKIT MAKAN.
2. Ibu dari segala ADAB adalah SEDIKIT BERBICARA.
3. Ibu dari segala IBADAT adalah TAKUT BUAT DOSA.
4. Ibu dari segala CITA CITA adalah SABAR.
Berpesan-pesanlah kepada kebenaran dan kesabaran.
Orang Yang Tidak Melakukan Solat:
Subuh : Dijauhkan cahaya muka yang bersinar
Zuhur : Tidak diberikan berkah dalam rezekinya
Asar : Dijauhkan dari kesehatan/kekuatan
Maghrib : Tidak diberi santunan oleh anak-anaknya.
Isyak : Dijauhkan kedamaian dalam tidurnya
 Sederhana kan apa yang ditulis dalam pesan email dari teman saya. Paling jatuhnya saya delete dan selesai deh. Hakekat penyadaran diri pada kita memang tidak bisa dilihat pada satu sisi saja. Penamparan pada pipi kita memang mesti selalu dan selalu kita lakukan entah dengan cara apa dan bagaimana. Cermin akan bilang bahwa kita ini lebih baik dari pada yang lain. Tapi orang lain dalam perspektif lain akan memiliki suatu sisi yang lebih obyektif. Coba renungkan lagi apa yang ingin disampaikan oleh kiriman teman saya yang lain.
Astaghfirullah hal adzim! Beberapa hari yg lalu aku bermimpi bertemu dgn sahabatku
Yg sudah meninggal 2 tahun yag lalu….Dia meninggal karena kecelakaan
Dia menemuiku di sebuah tempat yg insya Allah ! Aku gak pernah tahu atau kenal tempat apakah itu….?! (Sebagai gambaran saja tempat itu seperti sungai yang kering,
Berbatu cadas hitam,dan tidak ada pohon ! kecuali hanya pohon dan ranting yg sudah kering dan mati saja). Lalu dalam mimpi itu dia menyampaikan 3 pesan untuk aku
Dan ini adalah pesan dia dalam mimpiku.
Pesan pertama dia memohon dengan sangat kepadaku ( khususnya!) dan pada semua umat manusia ( pada umumnya) supaya berhati2 dalam menjalani hidup yg hanya 1x ini saja. Dia berpesan kepadaku....Niscaya kamu kelak gak akan pernah kuat dan mampu
untuk menerima (siksa) yang sekarang aku jalani ujarnya….Astaghfirullah hal adzim !!!
Pesan kedua,dia berpesan juga kepadaku untuk senantiasa melakukan amal kebajikan sebanyak2nya…jangan beramal karena hanya semata2 ingin di sanjung dan dipuji oleh
mahluk karena amal tersebut hanya akan menjadi bumerang buat kamu sendiri ! Buat apa mulia dimata mahluk tp hina di mata Allah ujarnya….Akan tetapi berama'lah hanya semata2 kepada Allah SWT. Ikhlas dan sabar itulah kuncinya katanya….karena kelak amal2 itu adalah sebagai penolong dan sekaligus penghapus dosa2 kita waktu didunia…..
Subhanallah…. .
Pesan dia yg terakhir….Dia berterima kasih kepadaku,karena (Alhamdulillah ) setiap
Kali aku kirim al fatihah atau Yassin kepadanya….Telah sedikitnya melindungi dia dari siksa'an malaikat !Yang sekarang sedang tak henti2nya menyiksanya….Dan,para malaikat2 itu bertanya kepada sahabatku..Perkara apa saja yg telah memalingkanmu dan mendustakanmu kepada apa-apa yg telah Allah turunkan melalui nabi dan para rosul-Nya !!! seraya menghantamkan sebuah gada yg panjangnya tak terkira ke tubuh sahabatku tersebut…
Dan,serentak aku terbangun ALLOHU AKBAR ! jam dinding dikamarku menunjukan pukul 02.30 dini hari…dan,aku bergegas menuju kamar mandi,ku ambil air wudlu
lalu aku dirikan sholat lail…Seraya berdoa agar aku terselamatkan dari siksa kubur dan siksa api neraka jahanam !!!
[Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa `Aafihi Wa'fu `ahu, Wa Akrim Nuzulahu, Wa Wassi' Madkholahu, Waghsilhu Bil Maa'i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilhu Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A'idhu Min `Adzaabil Qabri]
Mudah2 mimpi dari sahabatku ini bisa kita ambil hikmahnya supaya kita lebih bijaksana dalam menjalani sisa helakan nafas kita ini...Allohumma amin.....
Subhaanakalloohumma wa bihamdika asyhadu allaa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaika......syukron kashiron...

Kemudahan untuk menatap kedepan akan menjadi berbanding terbalik ketika kita tahu bahwa kadang yang kita lakukan adalah sia-sia. Allah Maha Tahu apa yang Dia Kehendaki. Kita akan menjalani hidup dan menjalaninya. Bukan hanya menghaarap kemudahan, tetapi ridho yang kadang kita lupa untuk mintakan.

Bacaan Sholat

Bacaan Sholat

Menghadap kiblat. Niat melakukan sholat. Mengangkat tangan dengan mengucap tabiratul ikhram (Allahu Akbar). Untuk rekaat pertama disunnahkan membaca doa iftitah. Kemudian membaca al fatekhah. Kemudian disunnahkan membaca surat-surat dalam Al Quran. Kemudian dilakukan rukuk dengan menyebut takbir (Allahu Akbar). Kemudian membaca (pilih salah satu yang dianggap mudah ). Kemudian I’tidal. kemudian dilakukan sujud dengan mengucap takbir. Kemudian melakukan duduk diantara dua sujud dengan mengucap takbir. Kemudian sujud lagi dengan mangucap takbir dan bacaan seperti diatas ketika sujud. Kemudian berdiri lagi, mengucap takbir, langsung membaca al fatehah, disambung (sunnah) dengan membaca surat-surat dalam Al Quran. Untuk rekaat kedua setelah ritual yang sama (bila lebih dari dua rekaat), dilakukan iftirasy. Kemudian dilanjutkan dengan bacaan sholawat (sunnah), Jika sholat hanya dua rekaat, atau tiga rekaat atau empat rekaat kemudian dilakukan tasyahud akhir dengan bacaan seperti atau sama dengan iftirasy Ditutup dengan menoleh ke kanan dan ke kiri dengan mengucap salam.
Semua orang islam pastilah tahu yang namanya sholat. Ritual model apapun juga pastilah sudah ngeh. Malah ada yang bilang  jangan ajari guwe masalah sholat deh……neg guwe….
Allahumma baa’id bainii wa baina khathaayaaya kamaa baa’dta bainal masyiriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khathaayaaya bil maa-i watsalji wal barad
Hahahahaha......aku jadi ketawa......iyaya suatu ritualitas dalam islam. Itulah yang jadi konsep kewajiban kali ya?
Wajjahtu wajhiya lilladi fatharas samaawaati wal ardha haniifam muslimaw wamaa ana minal musyrikiin. Inna sholaati wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillahi robbil ‘aalamiin. Laa syariikalahuu wa bidzaalika umirtu wa ana minal muslimiin
Bahasa kita aja ya? Emang Rasulullah dulu mengemban misi dengan kewajiban sholat yang lima ini. Aku tersentak ketika tadi pas pengajian, sore hari, didengerin, entah hadits atau bukan, yang jelas ketika kelalaian terhadap sholat lima waktu ini dilakukan, kekerasan terhadap badan ini ketika dikuburan sampai masa kiamat benar-benar berat, merinding aku ketika dibacakan oleh Agung.
Bismillahirrohmanirrokhiim. Al hamdu lillahirobbil ‘Aalamiin. Arrohmaanirrokhiim. Maalikiyyaumiddziin. Iyyaa ka na’buduwwa iyyaaknash taiin. Ikhdinasyirootolmutaqiim. Shirootholladziina ‘an ‘am ta ‘alaihim. Ghoiril maghdzu bi ‘alaihim. Waladdhoolliin. Amin.
Sholat yuk, ajakku ketemanku............eh jawabannya, kamu udah masuk islam ya? Ya udah sholat saja, aku masih belum islam nih, karenanya aku belum bisa sholat.......Dasar anak gendheng
Bismillahirrohmanirrokhiim. Qul a’uudzubirobbinnaas. Malikinnaas. Ilahinnas. Minsyarrilwasywaashilhonnaas. Alldziiyuwaswisufii suduurinnas. Minaljinnati wannas.
Ada lagi satu keadaan yang aku inget……masa itu adalah masa dimana aku masih kuliah, aku mampir ke suatu kampus yang berbasis islam, dimana kampus tersebut sedang berjuang menjadi cabang HMI, melepaskan diri dari cabang induk, kami makmum sholat......eh ada anak kuliahan masuk, dia pesan mie ayam, kemudian duduk tepat didepan tempat sholat imam masjid sembari menawari kami mie ayam seolah-olah kami tidak sholat, sumpah. Biasanya memang aku memandang sholatku masih belum masuk tataran khusyu’, tapi ini kurang ajar!
Bismillahirrohmanirrokhiim. Qul huwallahu Akhad. Allahusshomad. Lam yalid wa lam yuulad. Walam yakullahuu kufuwan ahad.
Selesai sholat..kami saling bersalaman. Temanku yang jadi imam, kebetulan ketua wakil ketua HMI dikampus itu, tersenyum-senyum ke anak itu, sembari bertanya masih enggak sholat ya? Aku panas, aku berdebatlah disitu….aku dan dia dibiarkan berdebat oleh yang lain,….wah enggak bener nih. Setelah lama baru aku dikasih tahu, paham dia memang begitu, ngaco………susah dilurusin, masih pakai faham “masih mencari Tuhan”
Bismillahirrohmanirrokhiim. Wal’asyri. Innal insaana lafii husyrin illla. Illalladziina ‘aamanuu wa ‘amilusshoolikhaati watawa shoubil haqqi watawa shoubissobri.
Kata-kata “masih mencari Tuhan” semakin aku temui dikalangan anak-anak kampus islam berplat merah. Aku bingung, mereka dengan lugasnya berbicara tentang madzhab  Nurcolish Madjid dan Madzhab Jalaluddin Rakhmat yang mereka yakini kebenarannya masing-masing, padahal aku yakin diantara dua orang yang dimadhzhabi ini kalau terjadi proses ketemuan, kagak bakal ada perseteruan yang keras atas pola pikir mereka yang beda. Dan lucunya, adzan adalah menjadi sesuatu yang lewat saja.
Subhaanakallaahumma robbanaa wabihamdikallahumaghfirli
Ini lain lagi, ada teman yang tiba-tiba datang padaku dan bangga sekali dengan aktifitasnya di Jaringan Islam Liberal. Sholat jumat yuk………, jawabnya, hehehehehe
Subhaana robbiyal adziim  Subhaana robbiyal adziim  Subhaana robbiyal adziim
Temanku yang aktifis JIL itu datang lagi dan bercerita, aku sekarang mendirikan Jakar, itu lo, masak kamu gak tahu sih, Jaringan Islam Kafir, keren kan, oh ya aku pengikut setia Cak Nun yang di TIM itu lo……….. yo wes aku solat dulu ya, aku sudah nggak ngajak dia sholat lagi
Robbanaa walakal hamdu
Wah aku tunggu di Cak Nun Jumat malam kok nggak ada, katanya mau mampir bareng istrimu?, tanya teman Jakar tadi.
Subhaanakallaahumma robbanaa wabihamdikallahumaghfirli
Aku masih terdiam terhadap beberapa kaidah perdebatan yang membuat kepalaku berdenyut. Aku memutuskan masuk masjid, sholat Tahiyatul Masjid, kemudian membaca Al Quran kecil yang selalu berada didalam tasku. Islam yang penting, sholat yang penting, Syahadat yang penting,…. Kok masih saja berdebat ya…. Padahal sudah masuk maghrib  nih.
Subhaana robbiyal a’laa Subhaana robbiyal a’laa Subhaana robbiyal a’laa
Mundur ke masa SMU ku, ketika ketua Rokhisku memanggilku. Aku turun dari masjid sekolah setelah sholat Duha. Dia mengajak aku berdiskusi. Puasa kita ini bisa batal lho…. Kenapa mas?. Iyalah kalau kita ngomong, kita kan membuka mulut kita, berarti segala hal yang ada diluar bisa masuk, nah itulah yang masuk, berarti batal dong, kan kalau ada makanan yang sedikit aja bisa masuk, apalagi begitu, iya..kan?
Nggak aku jawab. Teruss, pori-pori kulit ini, pas wudhu, kan ada pori-pori yang bolong ditangan, nah masuk dong, gimana coba. Aku diam, pakai sepatuku, terus mengucap salam untuk masuk kelas. Pusing aku........males mikir.....
Allaahumaghfirlii warhamni wa’aafini wahdinii warzuqnii
Ada anak jalanan dikawasan Menteng. Dia rupanya memperhatikan aku sholat. Selesai sholat, dia mendekati aku. Kak, ajarin dong sholat..... yo wes, ayo wudhu dulu......aku sholat duhur untuk yang kedua kalinya menjadi imam anak-anak kecil itu yang bercelana pendek. Wallahualam Bisshowab
Robbighfirlii  Robbighfirlii
Ada teman tuh, dia nggak perlu rajin-rajin sholat, bolong-bolong malah, tapi nasibnya baik banget, bagaimana hayo. Ada pula yang otaknya kagak ada encer-encernya, lebih mujur dari kamu yang capek-capek sekolah dan berdoa ampe nangis-nangis. Lihat tuh kamu, jungkat-jungkit kayak gitu, nasibmu juga susah-susah amir. Terus, gimana coba, kamu pikirin deh.....Kamu nangis ampe meraung-raung, juga tetep aja kamu dapet cobaan. Liat aja dia, gak perlu meraung-raung, kerjaan dan hidupnya sedari kecil udah enak. Buat apa dia mikir ampe nangis-nangis, lha wong apa pun yang diinginkan udah dimunculkan.  
At-tahiyyatulillah. Washolawaatu watthoyyibah. Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu wa rohmatullaahi wabarokaatuh. As-salaamu ‘alainaa wa’alla ibadillahishoolihin. Asyhadu allaa illaaha illalaah. Wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu warosuuluh
Muhammdiyah ada sholat. NU juga ada sholat. PKS, jelas-jelas buat partai yang sholat. LDII, meskipun begitu, mereka mengusung sholat. Syiah pastilah memegang sholat. Nah......masalahnya kenapa ada pihak-pihak yang mengklaim dirinya paling benar.....lha aku ikut mana dong? Aku lahir dari keluarga yang sholat, pokoknya sholat aja. Nggak ada labelisasi Muhammadiyah, NU, ataupun LDII, atau Syiah. Ketika aku tidak berlabel, apakah aku perlu melabeli diriku sendiri agar aku bisa sah dalam sholatku menurut kacamata mereka? Allah Maha Tahu, dan... aku tidak tahu itu.
At-tahiyyatulillaah. Wassholawaatu waththoyyibatu lillah. Assalaamu Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu wa rohmatullaahi wabarokaatuh. As-salaamu ‘alainaa wa’alla ibadillahishoolihin. Asyhadu allaa illaaha illalaah. Wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu warosuuluh
Kamu sholat dulu gih, dimana kek terserah…atau pake sajadahku yang keren ini, aku suka banget sajadah ini, aku simpan muluk. Tempat wudhunya didepan, pake sandal ya………Aku disuruhnya sholat, dia tidak.
At-Tahiyyaatul mubarokaatush sholawaatuththoyyibaatu lillaah Assalamu Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu wa rohmatullaahi wabarokaatuh. As-salaamu ‘alainaa wa’alla ibadillahishoolihin. Asyhadu allaa illaaha illalaah. Wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhuu warosuuluh
Mas, kok sholatnya orang itu kayak gitu, model tangannnya itu lho mas, kok nggak kaya model yang biasanya sholat. Mas, kok setelah sholat, orang itu langsung bersalaman ya….Mas, emang Qunut itu perlu ya….Mas kenapa sih kalau kentut harus wudhu lagi….mas, mas………kalo nggak sholat emang kenapa mas…..
Allaahumma shalli ‘alaa muhammad wa ‘alaa ‘alii muhammad. Kamaa sholaita ‘alaa ibroohim wa ‘alaa ‘alii ibroohim. Innaka hammidummajid
Gito Rollies meninggal. Ketika wajah Gito Rollies diperlihatkan di televisi, kaget aku. Wajahnya penuh senyum, seperti orang yang tidur, penuh kedamaian. Ya Allah bisa nggak ya aku mati seperti itu, dengan kesenyumanku aku menghadap dirimu, heheheheehehehe, kadang itu menjadi cita-cita yang aneh ya.
Allahumma inni a’uudzubika min adzaabi jahannama wa min adzaabil qobri wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min syarri fitnatil masiihid dajjal
Asu....Bajingan......Asu...Bajingan. suara itu begitu jelas terdengar di ICU sebuah rumah sakit di Solo. Korban tersebut adalah akibat tabrakan, yang mengakibatkan orang itu sekarat. Astaghfirullah...aku merinding......tapi yang membuatku kembali tenang adalah, temanku dalam keadaan sekarat melantunkan ayat-ayat suci, aku ngiri lagi
Assalamualaikum wa rohmatullohi wa barokaatuh
Hiks  Hiks Hiks Hiks Al Quran kecilku hilang, aku sedih, sekarang musti gotong-gotong Al Quran yang agak besar, mana Al Quran kecilku?


“Aku Paling Tidak Tahan Melihat Perempuan Menangis”

“Aku Paling Tidak Tahan Melihat Perempuan Menangis”
Suara Fahri di telepon genggam Maria ketika melihat Nauro tersakiti.......
Habiburahman El Shirazi dengan Ayat-Ayat Cintanya mampu menjadi magnet yang kuat terhadap antusiasme pemutaran film ini di beberapa kota besar di Indonesia. Bahkan dibeberapa kota di Indonesia yang tidak ada bioskop, VCD bajakannya menjadi laris manis.
Setting yang manis. Teknik sinematografi yang menawan. Pemakaian warna yang soft.
Sepanjang melihat film ini kita akan melihat sudut pengambilan gambar yang bagus. Perpindahan dari scene satu ke scene lain yang halus membuat kita tidak akan sering merasa terjadi perubahan set. Fahri ditampilkan lebih biasa dari karakternya di novel. Orang yang memiliki kemampuan begitu terbatas terhadap media elektronik. Orang yang sering minta bantuan terhadap sahabat-sahabatnya, dan orang yang mudah bertanya terhadap sesuatu yang dirasa mengganjal dihati (kita akan bertemu pada dialog tentang taaruf antara Fahri dan Saiful). Nurul yang dibuat dengan gaya lebih atraktif dari novelnya, hingga membuat Nurul agak menjadi keluar, sayang porsi Nurul kurang terasa dalam Film ini.Noura, tetap dengan karakter gadis pendiamnya, tidak begitu dirubah oleh Hanung.
Yang menjadi terlalu keluar jalur adalah karakter Maria dan Aisha. Maria, gadis non muslim yang menyukai surat Mariam, bahkan dia mampu menghafalnya. Tinggal di flat yang sama dengan Fahri, hanya terpaut satu lantai. Dalam novel, pengammbaran dia terlihat begitu intelek dan terpelajar, tapi karakter yang terbentuk ketika film tersebut diputar adalah sebagaimana biasa perempuan yang jatuh cinta, ya..... dia mencintai Fahri. Aisha,.......Karakter yang muncul pada novel adalah karakter yang memiliki kadar keagamaan yang lumayan dalam, terlahir dari keluarga yang kaya. Kekauatan agamanya kental dalam diri Aisha, membuat dirinya seakan berjalan dalam lingkup agama. Hal ini berbeda dengan karakter dalam film. Dalam film Aisha menjadi seorang yang melankolis, pencemburu, dan sensitif, rapuh, dan masih menggunakan harta sebagai pegangan.
Perubahan karakter ini begitu terasa dalam film, tidaklah heran, banyak yang kaget, ketika bayangan film sudah  terkotak oleh novel. Fahri juga terasa mengagetkan ketika mau berdua saja dengan Maria, padahal konsep yang melekat pada Fahri adalah konsep islam kuat. Kalau kita ingat scene setelah pernikahan dengan Maria, Fahri baru mau memegang tangan Maria. Hal ini kontradiksi dengan keberduaan mereka di sungai Nil. Kemudian scene dimana Fahri menyambut jawaban salam wartawan dari Amerika yang notabene non muslim, masih terasa mengganggu di kuping, harap maklum, hal ini masih terhitung kontradiksi. Dan juga, perhatikan ketika Fahri benar2 melakukan tatapan terhadap Maria, Noura, Nurul, dan Aisha. Kesan kekuatan islam pada diri Fahri tidak ada. Saya malah teringat Ferdi Nuril ketika main di Garasi, tidak lebih. Memang banyak film  film China yang menggunakan bahasa China kembali ketika setnya bukan china, tapi terkesan menjadi aneh ketika muncul dalam awal film ini, bahasa mesirnya keluar, nah pas pertengahan film ini, kok muncul bahasa indonesianya ya? Dan para ustadz di Al Azhar kan bukan orang Indonesia semua. Anehnya juga, para polisi, hakim, dan suster Mesir ini apakah berasal dari Indonesia juga?
Ada lagi manuver Hanung Bramantyo yang membuat film ini menjadi film yang keluar jalur. Penambahan alur cerita paska bebasnya Fahri dari penjara sudah bukan merupakan kekuatan film tapi seperti penghalusan film ini masuk ke MD Entertainment, atau ketidak tegaan Hanung akan cepatnya kisah pernikahan Maria, entah apa yang mendasari Hanung menambah scene tersebut.
Masih dengan kekuatan sinetron, padahal Hanung dulu sukses membuat film seperti Brownies, Jomblo, dan Lentera Merah. Dalam film ini ada beberapa scene yang begitu nyinetron. Anggap saja. Scene para wanita itu ngelamun membayangkan Fahri, yang dibikin lama. Scene penggambaran malam pertama, dilakukan dengan tidur bersama. Ada pula scene pemerkosaan terhadap Noura yang dijelaskan dengan gamblang dengan visualisasi. Kemudian scene menutup kain putih dalam tubuh maria yang sudah meninggal. Masih banyak lagi. Membuat saya berfikir, kenapa simbolisasi seperti ini malah dimunculkan oleh Hanung. Ketika Hanung menggarap Jomblo, proses-proses tanda banyak dilakukan. Dan tanda tersebut bisa terbaca dengan jelas.
”Jangan-jangan Kau Sholat kalo ada masalah”
Diutarakan dengan cerdas oleh teman satu selnya yang berwajah dan berbahasa Indonesia. Aneh memang, ternyata banyak TKI yang dipenjara di Mesir
”Dikeluarkan dari Al Azhar bukan kiamat, Fachri.Bangun Fachri, Bagun Fachri, Allah sedang berbicara padamu agar tidak sombong!” (lagi-lagi diucapkan oleh teman satu penjara Fahry yang Ngindonesia itu).


Margaretha Geertruida Zelle

Margaretha Geertruida Zelle
“Kamu bangsat, Indonesia dan Belanda sama saja, kalian hanya hendak mempergunakan aku untuk maksud-maksud kalian sendiri.” Dan tanpa disadarinya tangannya melayang,menempeleng muka si Belanda. ( Bromocorah, Mochtar Lubis)
Matahari, kisah yang fenomenal pada masa itu. Simbol kegairahan yang sampai sekarang seakan tidak terputus untuk diceritakan. Di daratan Hindia Belanda, siapa yang tidak mengenal Matahari (kalangan menengah keatas). Pentas yang tidak atau terhitung jarang sepi pengunjung. Kebanyakan laki-laki,. Dengan berbagai bentuk dan ciri tarian erotis, membuat gendang erotisnya semakin ditungg-tunggu. Dari gerak tarian jawa , dansa, sampai semi striptis disajikan dalm satu panggung. Dalam kisah-kisah masa lampau, untuk bernafas dan berkedip saja sayang, karena tiap rajutan detik begitu berharga untuk dilewatkan. Maklum saja, Matahari ini menjadi musuh bagi istri meneer atau istri pamong praja kala itu.
Lahir di Belanda, dengan orang tua asli Belanda. Nama asli Matahari adalah Margaretha Geertruida Zelle. Asli Belanda, kelahiran 7 Agustus 1876 di Leewarden, kota peternakan di Belanda. Ayahnya berdarah yahudi bernama Adam Zelle, pengusaha di Leeuwarden. Ibunya Antje Van Der Meulen, Belanda totok. Ketika umur masih anak-anak. Ayahnya meninggalkan keluarga itu, katanya tergaet dengan wanita lain, entahlah, itu kabarnya. Margaretha terjerembab dalam kehidupan yang sulit, kesulitan dalam batinnya pun bertambah ketika ibunya menikah lagi.
Kehidupan remajanya diisi dengan penghidupannya dalam mencari sesuap nasi.    Kehidupannya yang ingin lebih mapan dan lebih baik mempertemukan dia pada sesorang tentara yang bertugas ke Hindia Belanda yang berada dalam naungan VOC. Pada masa itu, menjadi istri dari tentara Hindia Belanda menjadi idaman banyak wanita ( di Indonesia, dibeberapa daerah, menjadi istri anggota ABRI atau Polisi juga masih merupakan kebanggaan, apalagi pada masa dahulu). Menikahlah mereka. Suaminya bernama Rudolph Macleod. Jarak umur diantara keduanya terpaut jauh, hal inilah yang membuat pergerakan pernikahan mereka mengalami pergolakan.
Kegemaran Margaretha terhadap seni dan keberaniannya dalam mengeksplorasi dirinya dalam kekuatan seni-seni ditanah jawa. Hal berakibat pada perubahan sudut pandang Margaretha terhadap kehidupan, dan pergolakan kehidupan politik di tanah jawa. Ketekunannya mengasah seni membuat Margaretha mengenal kalangan-kalangan jawa yang ”memberontak” kepada VOC. Pergulatan, percintaan, dan diskusi menghantarkan Margaretha pada pengenalan konsep spionase pada masa itu.
Pemberontakan dikawasan-kawasan Jawa Timur sering berhasil dengan baik. Membuat pihak VOC berpikir keras.  Yah... Margaretha Geertruida Zelle mengubah namanya menjadi Matahari. Nama yang  diambil dari bahasa Indonesia. Nama yang membumbungkan dirinya menjadi tokoh wanita spionase perempuan yang dikenal dunia. Tercatat tiga negara telah menjadi operasi targetnya, yakni Indonesia (Hindia Belanda), Belanda, dan Jerman. Hal yang menakjubkan dalam hal dia berspionase adalah simpati, kemudian menjadi kebutuhan. Meskipun hukuman mati telah membunuhnya, catatan sejarah Matahari sebagai tokoh spionase wanita pertama tetap tergurat.
Kesenangan dan petualangan yang dia dapatkan dalam pergerakan Matahari menggelitik saya kepada diri Kartini. Kartini yang memiliki jiwa bergerak, meskipun lewat catatan goresan tinta membuat dia menjadi percakapan dunia. Hanya saja Kartini masih tunduk pada aturan jawa dan agama. Kita ingat Kartini bermain-main pada kekuatan pencerdasan, pelarian itulah yang membawanya pada kekuatannya untuk tetap bertahan hidup. Matahari?, bodo amat...................Let the water flow.

Pekerjaan yang paling rendah sekalipun, jika saja dapat melindungi aku dari perkawinan dan membuat aku merdeka, akan kuterima dengan senang hati. (Surat Kartini kepada Stella, 6 Nopember 1899)

Selasa, 30 Desember 2014

Yang Namanya Mati

Yang Namanya Mati
Telah menjadi hukum alam, manusia dilahirkan, dewasa, tua, dan akhirnya mati. Siapa pun juga tak akan mungkin mampu menghindari kematian. Manusia dilahirkan, hidup, bagaikan narapidana mati yang hanya menunggu saat tibanya pelaksanaan hukuman. Pelaksanaan hukuman mati ini jauh lebih pasti daripada vonis yang dijatuhkan oleh hakim di pengadilan, karena tak seorang pun akan bisa melarikan diri atau
menghindarinya.
Di jaman dahulu, manusia lebih bisa menerima penderitaan ataupun kematian. Hal itu mungkin dikarenakan keterbatasan sarana usaha untuk menghindari penderitaan maupun kematian. Bila merasa panas, mereka puas hanya dengan berkipas-kipas, karena tidak ada AC. Dalam mengadakan perjalanan jauh, mereka hanya berjalan kaki atau menggunakan kereta berkuda, karena tidak ada kendaraan bermotor.
Konsep nrimo terhadap kematian memang lebih terasa pada masa lalu. Bukan berarti kita berbicara tentang kepasrahan diri. Nrimo dalam hal ini adalah nrimo yang meraksuk. Karena bersosialisasi dengan alam lebih didapat pada masa lalu daripada masa sekarang yang sudah termaktubkan oleh teknologi dan sarana yang lebih ringan. Konsep penderitaan pada masa dulu lebih bisa dirasakan secara umum daripada masa sekarang, dan itu terasa dengan pendeknya umur kekuatan kita. Pada masa lalu, manusia pada umur tujuh puluh tahun masih terlihat bugar dan segar, tapi sekarang, manusia pada umur 45 tahun udah terasa berat dan menyedihkan. Ketika orang dahulu ketika menghadapi masa penantian, masih dengan senyum yang mengikat dan menawan hati, pada saat sekarang, proses penantian menjadi panjang dan melelahkan. Sudah bukan menjadi kekuatan untuk berjuang untuk bersimpuh dengan fisik yang memadai.
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (ali Imran: 185.)
Menurut Syaikh Utsaimin, takut (khauf) adalah rasa gelisah yang muncul sebagai reaksi kekhawatiran akan tertimpa sesuatu yang menghancurkan, membahayakan atau menyakitkan. Sehingga, ketakutan manusia akan sesuatu ditentukan oleh ilmu yang dia miliki. Apa yang menurutnya akan merugikan, menghancurkan, membahayakan dan menyakitkan, tentunya akan membuatnya takut jika menimpanya. Sebaliknya, apa yang diketahuinya tidak akan memberinya bahaya apa-apa, tentu tidak membuatnya takut. Apalagi hal-hal yang akan mendatangkan kebaikan, kesenangan, atau manfaat baginya.
Rasulullah ditanya seorang shahabat yang ingin masuk jannah. Beliau menjawab, "Pendekkanlah angan-angan, buatlah ajal ada di depan mata kalian, dan malulah kepada Allah dengan sebenar-benarnya!" (HR. Ibnu Abid Dunya)

Jalan menuju kematian sudah tergambar jelas ditiap manusia. Setapak demi setapak akan dialalui dengan hati-hati maupun serampangan. Proses ait pasti akan dilewati oleh makhluqNya. Tidak ada kesempatan untuk menghindari. Nah proses ini apakah akan dilalui dengan kesakitan atau kedamaian, ini yang menjadi pertanyaan. Kematian adalah realitas. Sia-sia jika kita ingin menolaknya, sebab kita ‘dipaksa’ mengalaminya. Dengannya mahligai dunia kita akan hancur, kelezatannya sirna dan semua perolehan tanpa iman akan terlecehkan. Tidak ada jalan lain kecuali mempersiapkan diri dengan segera. Wallahu A’lam. Hanya Allah yang tahu akan apa yang dikehendakiNya. Allahu Akbar, Allah Maha Besar

Konsep Jilbab

Konsep Jilbab
Pewajiban jilbab dan busana islami (bagi orang Islam) dan anjuran memakainya (untuk non-Islam) yang diberlakukan lewat Instruksi Walikota Nomor 451.422/Binsos-III/2005, tertanggal 7 Maret 2005, di Padang. Formalisasi syariat di banyak tempat berlangsung dengan menguritanya. Pewajiban jilbab ditopang pula oleh klaim sosio-kultural masyarakat Padang yang konon tidak mengenal lagi keterbelahan antara adat dan agama. Kredo ‘adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah’ yang secara historis menjadi formula untuk mendamaikan kelompok adat dan kelompok paderi, kini sudah bergeser pemahaman. Aspirasi adat dan agama, bahkan antara keminangan dan keislaman, kini telah bersatu. Mungkin orang Padang kini mengklaim bahwa keminangan adalah keislaman itu sendiri. Menjadi orang Minang atau sekadar tinggal di Padang, seakan-akan sama artinya dengan menjadi Islam, persis seperti salah satu ciri kemelayuan. Karena itu, orang-orang yang menentang kebijakan ini, tak ayal akan tertumbuk ‘dua karang’ sekaligus: karang keislaman dan keminangan. Penentang islamisasi yang formalistik itu akan divonis durhaka pada agama (Islam) sekaligus mendelegitimasi identitas keminangannya sendiri.
Pakaian pada dasarnya merujuk pada peran dan fungsinya. Untuk wanita muslimah, pakaian pergaulan umumnya mengenakan jilbab dan kerudung. Jilbab itu penutup tubuh (ada yang mengartikannya mantel), dan kerudung itu penutup kepala. Pakaian penutup tubuh dan penutup kepala sebagai bagian dari budaya terkadang dikenakan dengan cara yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Untuk itu melalui QS 33:59 kaum wanita diminta melonggarkan jilbabnya hingga menutup seluruh tubuh. Dan melalui QS 24 : 31 kaum wanita muslimah diminta mengenakan kerudung sehingga menutupi dadanya. Jadi prinsip pakaian pergaulan umum wanita muslimah itu terletak pada upaya menutupi tubuh dan bentuknya agar tidak terlihat dengan cara melonggarkan pakaian penutup tubuh (jilbab) dan menjulurkan kerudung hingga menutup dada.
Di negeri Islam lainnya, jilbab lebih merujuk pada pakaian terusan panjang menutupi seluruh badan kecuali tangan, kaki dan wajah yang biasa dikenakan oleh para wanita muslim. Penggunaan jenis pakaian ini terkait dengan tuntunan ajaran Islam untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat atau dikenal dengan istilah hijab. Sementara kerudung sendiri di dalam Al Qur'an disebut dengan istilah khumur, sebagaimana terdapat pada surat An Nuur ayat 31 : "Hendaklah mereka menutupkan khumur (kerudung-nya) ke dadanya."
Menurut Muhammad Nashiruddin Al-Albany kriteria jilbab yang benar harus menutup seluruh badan, kecuali wajah dan dua telapak , jilbab bukan merupakan perhiasan, tidak tipis, tidak ketat sehingga menampakkan bentuk tubuh, tidak disemprot parfum, tidak menyerupai pakaian kaum pria atau pakaian wanita-wanita kafir dan bukan merupakan pakaian untuk mencari popularitas.
Pakaian penutup kepala perempuan di Indonesia semula lebih umum dikenal dengan kerudung, tetapi permulaan tahun 1980-an lebih populer dengan jilbab. Jilbab berasal dari akar kata jalaba, berarti menghimpun dan membawa. Jilbab pada masa Nabi Muhammad SAW ialah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa.
Jilbab dalam arti penutup kepala hanya dikenal di Indonesia. Di beberapa negara Islam, pakaian sejenis jilbab dikenal dengan beberapa istilah, seperti chador di Iran, pardeh di India dan Pakistan, milayat di Libya, abaya di Irak, charshaf di Turki, hijâb di beberapa negara Arab-Afrika seperti di Mesir, Sudan, dan Yaman. Hanya saja pergeseran makna hijâb dari semula berarti tabir, berubah makna menjadi pakaian penutup aurat perem-puan semenjak abad ke-4 H.
Terlepas dari istilah yang dipakai, sebenarnya konsep hijab bukanlah ‘milik’  Islam. Misalnya dalam kitab Taurat, kitab suci agama Yahudi, sudah dikenal beberapa istilah yang semakna dengan hijâb seperti tif’eret. Demiki-an pula dalam kitab Injil yang merupakan kitab suci agama Nasrani juga ditemukan isti-lah semakna. Misalnya istilah zammah, re’alah, zaif dan mitpahat.
Bahkan kata Eipstein yang dikutip Nasaruddin Umar dalam tulisannya yang pernah dimuat di Ulumul Quran,konsep hijâb dalam arti penutup kepala sudah dikenal sebelum adanya agama-agama Samawi (Yahudi dan Nasrani). Bahkan kata pak Nasar, pakaian seperti ini sudah menjadi wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM), kemudian berlanjut di dalam Code Hammurabi (2.000 SM) dan Code Asyiria (1.500 SM). Ketentuan penggunaan jilbab sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia, dan Asyiria. (Kompas, 25/11/02)
Pada Asian Games di Busan yang lalu, seorang perempuan Iran –lengkap dengan jilbabnya—berhasil meraih medali perunggu taekwondo.
Iran memang tidak bisa dijadikan contoh sebagai negara yang –secara praktis-- benar-benar ketat menerapkan aturan hijab. Tapi, ada satu bukti tak terbantahkan yang berhasil ditunjukkan Iran, yaitu: jilbab dihadirkan bukan untuk mengekang perempuan. Apa buktinya? Di Iran, semua lapangan pekerjaan bisa dipegang oleh perempuan, mulai dari wakil presiden (menjadi presiden memang belum pernah terjadi, meskipun dibenarkan oleh undang-undang),  pilot, insinyur, dokter, sopir taksi, petani, penyanyi, olahragawan, dan bintang film. Jangan bayangkan bahwa film Iran berkisar pada tema-tema religius atau diperankan anak-anak melulu sebagaimana beberapa film pemenang festival yang pernah diputar di Indonesia. Tema film apapun, termasuk kisah cinta ala Rano Karno dan Yessi Gusman bisa dibuat di Iran dengan bintang film berjilbab atau ber-chadur sekalipun.
yang harus sama-sama diakui ketika kita ingin membicarakan masalah jilbab adalah apakah Islam itu agama hukum (syariat) atau bukan? Artinya, apakah kita mengakui Islam itu adalah agama dengan seperangkat aturan hukum atau tidak? Bila tidak, jilbab malah sama sekali tidak perlu dibahas. Buat apa? Ketika kita menganggap bahwa ayat-ayat Al-Quran tidak bisa dijadikan landasan utama batasan atau hukum – atau dalam istilah Ulil Abshar-Abdalla dalam artikelnya Agama, Akal, dan Kebebasan, wahyu hanyalah sekedar ”...membawa suatu wawasan tertentu mengenai yang baik dan yang jahat. Wahyu dapat mengangkat derajat akal manusia ke tingkat yang lebih tinggi dan bermutu untuk dapat lebih memahami batas-batas. “—adalah non-sense membicarakan aspek-aspek hukum dalam Islam. Artinya, sah-sah saja bila kita menafikan semua aturan yang (dianggap) ada dalam Islam. Tidak perlu kita capek-capek sholat lima kali sehari semalam bila kita tidak meyakini adanya syariat itu. Tidak perlu takut dianggap kafir, karena istilah kafir itupun akan menjadi bias dalam konteks ini.
Bila kita sudah menyepakati bahwa Islam adalah agama yang memberikan segenap aturan yang berupa syariat, mana yang boleh, mana yang tidak, (dengan pembahasan filosofis yang panjang, dan saya kira amat dangkal bila disimpulkan “O...kalau begitu, Islam itu hanya buat keledai, yang harus diatur-atur, dikasih tahu mana yang benar, mana yang salah), kita bisa melangkah ke premis kedua, bagaimana proses tasyri’ (penetapan hukum) terjadi?
Proses tasyri’ dalam masalah ibadah (misalnya, mengapa haji harus mengelilingi Ka’bah) terjadi –ringkasnya—secara arbitrer alias: suka-suka Tuhan, Dia yang menentukan. Tapi, proses tasyri’ dalam masalah sosial selalu bersifat kontekstual (dan masuk akalnya memang seharusnya begitu). Proses ini bisa saja berupa imdha’ (pengukuhan—budaya yang ada memang sesuai dengan prinsip islam lalu diadopsi dan ditetapkan sebagai hukum Islam) atau sebaliknya, berupa rad (penolakan). Seluruh fenomena budaya direspons secara proaktif oleh hukum Islam (kadang-kadang hukum yang muncul melebar melebihi keperluan temporer). Justru inilah yang menjadi salah satu ciri progresivitas hukum Islam.

            Dari sini, bisa disimpulkan bahwa ayat jilbab (QS 33:59) memang kontekstual. Bisa dicatat di sini, artinya, mengenakan jilbab bukan berasal dari budaya orang Arab, tapi, justru Islam yang memerintahkan kepada perempuan Arab saat itu untuk mengubah cara berpakaiannya. Nah, di sinilah proses tasyri’  Islam terjadi. Ketika sudah ditetapkan, maka akan menjadi hukum abadi, tidak peduli bagaimana asalnya dan bagaimana konteksnya ketika diturunkan.

            Bila kita membantah proses ini, pada saat yang sama akan terbantah pula seluruh proses tasyri’ yang lain dalam bangunan Islam. Misalnya dalam budaya Arab Jahiliah, anak angkat tidak ada bedanya dengan anak kandung. Tuhan memberikan respon syar’i dengan memerintahkan Rasul menikahi Zainab binti Jahsy, mantan istri anak angkatnya. Dengan demikian terjadi aturan syar’i baru bahwa anak angkat tetaplah anak angkat, yang bukan muhrim dan tidak berhak dimasukkan dalam pembagian warisan mendapatkan warisan (tentu saja, berhak mendapat hibah harta dari orang tua angkatnya—hibah berbeda aturannya dengan waris). Atau, kaum Arab Jahiliah dulu tidak punya aturan dalam menikah (boleh berapa saja), Islam memberi aturan, maksimal empat.
“Hai Nabi, katakanlah kepada istrimu, anak-anakmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, yang demikian itu supaya mereka mudah dikenal dan tidakdiganggu dan sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”—artinya, yang dimaksud dengan “mereka” itu sudah amat eksplisit
berjilbab di Iran (yang artinya juga mengenakan pakaian panjang dengan warna yang gelap  atau minimalnya kalem) saya lihat justru membebaskan kaum perempuan dari mode. Pergi kuliah atau ke kantor memakai baju dan jilbab yang itu-itu selama bertahun-tahun bukanlah aib atau aneh. Tidak ada yang peduli. Bahkan, bila seorang perempuan ber-chadur, dia akan lebih merdeka lagi dari yang namanya mode. Mau pakai pakaian apapun tidak akan terlihat orang. Tapi, fitrah perempuan pun bukannya hilang. Berdandan adalah fitrah perempuan. Kompensasinya, perempuan Iran cenderung berpakaian cantik dan seksi di rumah. Hasilnya, secara sosial kaum laki-laki (terutama yang belum menikah) terbebas dari “siksaan batin” menonton keindahan tubuh perempuan yang tidak bisa dia “jamah”, kaum perempuan tidak perlu sibuk-sibuk berdandan ketika akan keluar rumah, dan di rumah, suami-suami disuguhi istri dengan pakaian seksi.


Roh dan Badan ini

. Roh dan Badan ini

"Ya Allah! Anugerahkanlah kematian kami dengan kematian yang baik lagi mulia, lancarkan lidah kami mengucap kalimah "Lailahaillallah.." semasa sakaratul maut menghampiri kami. Amin.. amin.. amin Yarobbal a'lamin.."
ETIKA Amirul Mukminin Khalifah Umar al-Khattab RA mengalami sakratul maut, beliau meminta kepada anaknya supaya meletakkan pipinya di atas tanah. Umar menangis sambil berkata: “Semoga Allah mengampuniku, Wahai Tuhan Pemilik Kerajaan yang tidak akan hilang, kasihanilah orang yang kerajaannya hilang.”
Apabila roh keluar dari jasad, ia akan berkata-kata dan seluruh isi alam sama ada di langit atau bumi akan mendengarnya kecuali jin dan manusia.
Apabila mayat dimandikan, lalu roh berkata : “Wahai orang yang memandikan, aku minta kepadamu kerana Allah untuk melepaskan pakaianku dengan perlahan-lahan sebab pada saat ini aku beristirahat daripada seretan malaikat maut”.
Selepas itu, mayat pula bersuara sambil merayu : “Wahai orang yang memandikan, janganlah engkau menuangkan airmu dalam keadaan panas. Begitu juga jangan menuangnya dengan air yang dingin kerana tubuhku terbakar apabila terlepasnya roh dari tubuh”.
Apabila dimandikan, roh sekali lagi merayu :”Demi Allah, wahai orang yang memandikan jangan engkau menggosok aku dengan kuat sebab tubuhku luka-luka dengan keluarnya roh”.
Setelah dimandi dan dikafankan, telapak kaki mayat diikat dan ia pun memanggil-manggil dan berpesan lagi supaya jangan diikat terlalu kuat serta mengafani kepalanya kerana ingin melihat wajahnya sendiri, anak-anak, isteri atau suami buat kali terakhir kerana tidak dapat melihat lagi sampai Hari Kiamat.
Pemikiran akan kematian menimbulkan pertanyaan, ‘Siapakah aku? Apa yang akan terjadi kepadaku jika aku mati? Apakah peranku dalam tujuan penciptaan Allah?
Banyak orang yang disilaukan oleh sejumlah kehebatan penemuan-penemuan ilmiah, dan sedapat mungkin berusaha untuk menghilangkan segala pemikiran akan kematian dari benak mereka.
Ada satu kepastian diantara ketidakpastian dalam kehidupan manusia. Dimana secara sadar atau tidak, manusia sesungguhnya menuju kepadanya. Tidak perduli apakah ia siap atau tidak, tua atau muda, cepat atau lambat. Bagi sebagian manusia, ia hanyalah proses alamiah dalam sebuah kehidupan. Menjadi akhir peristirahatan dari segala kegalauan. Bagi sebagian lain ia adalah awal dari sebuah kehidupan. Itulah kematian.
Sesungguhnya manusia telah memilih bagaimana akhir kehidupannya. Dan pilihan itu ada pada bagaimana ia menjalani kehidupannya. Sebagaimana ia menjalani kehidupannya seperti itulah kemungkinan besar ia akan menghadapi kematiannya. Karena sesungguhnya dengan menjalani kehidupan berarti kita sedang berjalan menuju kematian kita.
Orang-orang yang berfikir secara kerdil dan menjatuhkan diri kepada keduniawian akan berlari dengan segala kemampuan yang ada dari kematian. Kematian merupakan momok yang menakutkan yang akan mengambil segala yang telah diusahakan selama hidupnya. Padahal jauh berabad-abad dahulu Rasulullahpun telah mengingakan akan kematian dalam sebuah sabdanya : Perbanyaklah mengingat-ingat sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan (kematian). (HR. Tirmidzi)
Cukuplah kematian itu sebagai penasehat. (HR. Thabrani dan Baihaqi) Secerdas-cerdasnya manusia ialah yang terbanyak ingatannya kepada kematian serta yang terbanyak persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka itulah orang yang benar-benar cerdas dan mereka akan pergi ke alam baka dengan membawa kemuliaan dunia serta kemuliaan akhirat. (HR. Ibnu Majah)
Sesungguhnya kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal lagi. Allah s.w.t berfirman, ertinya,
"Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya." (QS. Qaaf:19)
Siapakah di antara kita yang meragui kematian dan sakaratul maut? Apakah ada orang yang meragui kubur dan azabnya? Siapakah yang mampu menunda kematiannya dari waktu yang telah ditentukan?
Mengapa manusia sombong padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa manusia melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa menunda-nunda , padahal anda mengetahui kematian akan datang secara tiba-tiba?


Syair-Syair Kematian

Syair-Syair Kematian
Untuk apa talqin dibacakan? Apa tujuan pidato kematian diungkapkan?Apakah si mati akan mendengar ucapan yang disampaikan. Mampukah si mati mengikuti modul jawapan yang dibacakan?

Karena kematian tak lain hanya berdiri telanjang di dalam angin
dan melebur di dalam matahari.
Karena kematian tak lain hanya tarikan nafas terakhir
yang membebaskan helaan naik turun tak tenang.
Agar dia bisa naik tanpa rintang menuju Tuhan.

Hanya jika minum dari mata air, kita menang.
Hanya jika mencapai puncak gunung, kita naik.
Hanya jika bumi merangkul jasad, kita menari.

(Dari “Tentang Kematian” Khalil Gibran)

Hai anak muda
jika kau takut mati,
matilah sekarang!
Mati cuma sekali,
kau tak akan mati lagi.
Hakuin (1685-1768)


Satu bulan
satu aku
jalan padang bertabur salju.
Shofu (1848)


Aku menulis, menghapus, menulis lagi
menghapus lagi, dan kemudian
bunga candu mekar.
Hokushi (1718)


Tahun ini aku ingin
melihat seroja
dari sisi lain.
Jakura (1906)


"Firdaus,"
aku bergumam, dalam tidur
dalam kelambu.
Chora (1776)


Kini musim semi telah datang
ke duniaku.
Selamat tinggal!
Bainen (1905)


Perjalanan ke barat
jalan yang dilalui semua orang:
padang bunga.
Baiseki (1716)


Selamat jalan--
Aku lewat saat
embun menyentuh rerumputan.
Banzan (1730)


Oh, aku tak peduli
ke mana awan musim gugur
berarak.
Bufu (1792)


Aku melewati
tahun berlalu--
hari ini batasnya.
Bunzan (1787)


Aku juga pernah melihat rembulan
dan kini, dunia
benar-benar milik kalian.
Chiyoni (1775)


Badai musim gugur:
aku tak punya urusan lagi
di dunia ini.
Ensetsu (1743)


Apa itu kematian?
Bebas, dari diriku sendiri
Ho! Ho!
Ensetsu (1743)


Tahun berakhir:
Aku tak meninggalkan hatiku
di belakang.
Hankai (1882)


Sejak aku lahir
aku harus mati
jadi...
Kisei (1764)


Hari ini
hidupku tercermin di
semarak pagi
Jomei
hidup bagaikan garis lurus, tak pernah kembali ke masa lalu
hidup bukan bulatan bola yang tiada ujung dan tiada pangkal
hidup ini melangkah terus semakin mendekat ke titik terakhir
setiap langkah hilanglah jarak menikmati hidup nikmat di dunia

pesan nabi, tentang mati :
jangan takut mati karena pasti terjadi
setiap insan pasti mati, hanya soal mati
pesan nabi, tentang mati :
jangan lah minta mati datang kepadamu, dan janganlah kau berbuat
menyebabkan mati

tiga rahasia ilahi yang berkaitan dengan hidup manusia :
kesatu tentang kelahiran,
kedua pernikahan
ketiga kematian

penuhi hidup dengan cinta
ingatkan diri saat untuk berpisah
tegakkan shalat lima waktu
dan ingatkan diri saat dishalatkan

pesan nabi : jangan takut mati, meski kau sembunyi dia menghampiri
takutlah pada kehidupan sesudah kau mati, renungkanlah itu
dan pesan nabi" ~Bimbo

Memang mati itu urusan Tuhan, tapi janganlah dengan cara seperti ini…”
(Ratna, salah seorang keluarga korban Bom Kuningan.)

"...Masalah moral, masalah akhlak
Biar kami cari sendiri
Urus saja moralmu, urus saja akhlakmu
Peradilan yang sehat itu yang kami mau
Turunkan harga secepatnya
Berikan kami pekerjaan
Pasti kuangkat engkau
Menjadi manusia setengah dewa..."
(Manusia setengah dewa, Iwan Fals)

     "Ketika aku menemukan kehidupan (duniawi)
     kutemukan bahwa akhir kehidupan adalah kematian,
     namun ketika aku menemukan kematian, aku pun
     menemukan kehidupan abadi. Karena itu, kita harus
     prihatin dengan kehidupan (duniawi) dan bergembira
     dengan kematian. Kita hidup untuk mati dan mati
     untuk hidup."
Konon  Socrates  pernah  berkata,  sebagaimana  dikutip oleh
Asy-Syahrastani dalam bukunya Al-Milal wa An-Nihal (I:297),

     "Sesungguhnya usaha sungguh-sungguh yang lahir
     dari lubuk jiwa saya, itulah yang merupakan bukti
     yang amat jelas tentang keabadian. Jika saya telah
     mencurahkan seluruh hidup saya untuk berkarya,
     maka adalah merupakan hak saya atas alam ini untuk
     menganugerahi saya wujud baru, setelah kekuatan
     saya terkuras dan jasad ini tidak lagi memikul
     beban jiwa."
Abdul  Karim  Al-Khatib  dalam  bukunya Qadhiyat Al-Uluhiyah
(I:214)  mengutip  tulisan   Goethe   (1749-1833   M)  

     "Kematian, yang dikenal sebagai berpisahnya ruh
     dari badan, merupakan sebab yang mengantar manusia
     menuju kenikmatan abadi. Kematian adalah
     perpindahan dari satu negeri ke negeri yang lain,
     sebagaimana dirtwayatkan bahwa, "Sesungguhnya
     kalian diciptakan untuk hidup abadi, tetapi kalian
     harus berpindah dan satu negen ke negen (yang
     lain) sehingga kalian menetap di satu tempat."
     Raghib
Al-Isfahani:
 (Abdul Karim AL-Khatib, I:217)